Semua Bab HINAAN IPAR (ADIK SUAMIKU): Bab 21 - Bab 30

45 Bab

Rasakan

Adik Suamiku 21 Salwa selalu menolak apapun yang mereka berikan. Jadi aku bisa bernapas lega. Bahkan teman-temannya Salwa tidak berhenti memujinya melebihi pujian anak Rina yang sedang ulang tahun. Akan tetapi karena anak-anak berteman dengan baik, jadi anaknya Rina sama sekali tidak masalah. Tidak seperti ibunya yang sudah seperti cacing kepanasan. Sebelum acara selesai, Salwa sudah meminta pulang. "Huh, dasar menantu yang pemalas. Bantu di rumah mertuanya saja gak mau." Ibu langsung mengeluarkan kata-kata sindiran. "Kenapa? Ibu mau aku bantu atau aku bayarkan orang untuk bantu?" Aku bertanya tanpa nada angkuh sama sekali karena aku sedang membawa motor keluar dari parkiran. "Kamu sombong banget, ya. Kamu pikir kami tidak bisa bayar pembantu, hah? kamu pikir yang kaya hanya kamu dan kami miskin?" Rina dan Ratih langsung mendekat ke arahku dan Salwa. Berhubung ada anak-anak yang melihat, tidak mungkin aku bertengkar di sini. "Oh, jadi kalian tidak terima dan mau menantangku?
Baca selengkapnya

Penakut

Adik Suamiku 22 Seharian ini aku dan Salwa mulai hidup normal, tidak ada lagi yang mengganggu dari pagi sampai sore ini. Lebih tepatnya dari semalam. Meksipun kami sangat bersyukur, tapi kami juga heran dengan sikap orang-orang yang baru pertama kali membiarkan kami hidup dengan tenang. Andai saja dari dulu seperti ini, mungkin aku tidak akan selalu mengalami sakit kepala. Ah, mungkin aku terlalu serakah. Padahal aku hanya perlu menutup mata dan telinga saja. Hanya saja terkadang mereka memang berbuat hal yang membuatku kecewa, yaitu melibatkan Salwa, dan juga ibu mertua. Semenjak bapak nimbrung di grup keluarga waktu itu, tidak ada lagi yang mengirimkan pesan sampai sekarang. Alhamdulilah. "Assalamu'alaikum." Mas Arif langsung masuk ke dalam rumah setelah mengucapkan salam. "Wa'alaikumussalam warahmatullah." "Hari ini aman?" Mas Arif bertanya dengan wajah berseri. "Aman, Mas." Aku menjawab cepat dengan wajah berseri juga. "Tadi Mas langsung minta Surya untuk antar motor, b
Baca selengkapnya

Teladan

Adik Suamiku 23 Mas Arif dan aku tertawa kecil ketika melihatnya berlari seperti itu, begitupun Salwa. Jujur saja sangat lucu. Padahal selama ini dia tidak takut dengan apapun, termasuk Dandy. Makanya barusan kami sangat terkejut ketika wajahnya langsung pucat. "Emang Mas telpon Dandy?" tanyaku sambil membawa Salwa ke pangkuan. "Enggak. Tadi Mas cuman tes saja, iseng. Eh, gak taunya malah bekerja." Mas Arif menjawab tanpa dosa. Kami kembali tertawa ketika mendengarnya. Bisa-bisanya Mas Arif kepikiran cara untuk membuatnya takut, tapi aku juga tidak kalah kaget dengan sikap Ratih ini. Biasanya juga dia tidak kenal takut, kenapa sekarang jadi takut sama Dandy, seperti ada yang mencurigakan. Esoknya sebelum berangkat bekerja, Mas Arif langsung memberikan nomor ponsel temannya. "Kabari Mas ke nomor ini kalau kulkasnya sudah mau diantar ke rumah, ya," pesannya. "Lain kali kalau ada yang pinjam uang sama kamu, jangan dikasih juga, ya. Kecuali mereka memang tidak punya beras, uang jaja
Baca selengkapnya

Bab 24 Terlalu Jauh

Adik Suamiku 24 Sejauh ini rekening Mas Arif memang sangat besar, tidak mungkin aku pinjam dalam beberapa tahun ke depan kalau bisa mengelolanya dengan sangat baik. Maka dari itu aku tidak terima ketika dia bilang ekonomi keluargaku sedang turun. Perkataan Mas Arif beberapa tahun lalu pun melintas di pikiran. "Meskipun Mas hanya punya bengkel kecil dan tua, tapi akan Mas usahakan untuk memberikan apapun yang Adek inginkan. Mau itu kuliah, buka usaha, buat rumah mewah, apapun itu. Mas hanya mau satu, yaitu Adek bahagia hidup dengan Mas," pintanya kala itu. Bukan hanya hatiku yang meleleh, tapi juga orang-orang yang ada di samping kita pun langsung terdiam sambil menatapnya haru. Alhamdulillah sampai sekarang kita memang tidak pernah kekurangan uang, cuman ya itu, masalahnya ada sama ibu mertua, dan adik-adiknya. Ratih langsung pergi ke rumah ibu dengan berjalan kaki. Aku pun langsung buru-buru melihat keadaan di dapur. "Bu, kulkasnya sudah terpasang sempurna. Mau dicek dulu?" tan
Baca selengkapnya

Bab 25 Terpental Lagi

Adik Suamiku 25 Bukannya takut, aku malah ingin tertawa mendengar perkataannya yang terlalu percaya diri. Memangnya apa yang bisa dia lakukan pada Salwa? Apa dia pikir Mas Arif selaku ayahnya akan diam saja? Lucu. Bapak melemparkan tatapan tajam dengan sikap Ratih. "Sudah kubilang kamu jangan terlalu memanjakan anak-anak, jadinya mereka melunjak," ucapnya pada ibu. "Kapan aku memanjakan mereka. Mana ada." Ibu mengelak. Daripada ikut campur masalah bapak dan ibu, aku pamit pulang untuk memindahkan isian kulkas ke kulkas yang baru. "Tuh orangnya datang!" Ibu-ibu tetangga sudah berkumpul di warung depan. Aku sudah tidak kaget lagi jika menjadi topik utama pembicaraan mereka. "Permisi, Bu." Berhubung aku enggan mendengarkan omongan yang tidak penting, aku hanya mengatakan permisi sambil lewat. Salwa pun hanya aku tuntun dan kami langsung masuk ke dalam rumah. Rencananya. Akan tetapi, aku kembali mengurungkan langkah ketika mendengar tawa mereka yang renyah setelah aku mengatakan
Baca selengkapnya

Bab 26

Adik Suamiku 26 Ratih menjerit dengan suara yang bisa membangunkan hewan sekampung. Suaranya benar-benar membuat telingaku seperti mendengar gas yang meledak. Sangat menganggu. Meksipun ada rasa kasihan, tapi aku lebih suka hal ini terjadi daripada Salwa yang kenapa-kenapa. "Mas, tolong!" pintanya pada Dandy lirih. "Kalau kamu bisa melakukan semua ini, sepertinya kamu tidak perlu ditolong," tolak Dandy. Dia malah duduk manis di depan Ratih yang kakinya berdarah. Ibu yang panik langsung menelpon dokter terdekat yang bisa dipanggil ke sini. "Sekarang, Dok. Anak saya tidak bisa nunggu lagi," ucapnya panik. "Mas," panggil Ratih pelan dengan wajah yang tampak ingin dikasihani, tapi Dandy benar-benar hanya melihatnya saja. "Kenapa? Kamu suka kan melakukan semuanya semau kamu, sekarang lakukanlah semau kamu juga." Dandy yang biasanya selalu peduli, kini terlihat tampak lelah. "Aku memang gak bersalah, Mas." Ratih masih mencoba untuk membela diri. "Tidak bersalah? Buka matamu lebar-
Baca selengkapnya

Bab 27

Adik Suamiku 27 "Mas, sini masuk dulu!" Dengan penuh antusias, Dandy berjalan mendekat ke arah Mas Arif. Hanya dia dan Bapak yang bersikap biasa saja karena tidak melakukan kesalahan apapun. Memang pada dasarnya hanya orang yang melakukan kesalahan yang selalu takut. Seperti mereka berempat ini, termasuk ibu. Meksipun sikapnya sok berani, tapi ibu juga lebih banyak takutnya. Apalagi pagi ini baru menerima kulkas baru dari kami, Mas Arif pasti marah banget. "Oke." Mas Arif pun mengikuti langkah Dandy. "Loh, ini Ranti kenapa? Kok, di perban gitu?" tanyanya heran.Bapak dan Dandy terdiam, mungkin memberikan aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya. "Mas, Ranti tadi pagi ngancem mau apa-apain Salwa," ucapnya pelan. Mendengar kata Salwa, Mas Arif langsung bangkit dari duduknya, dan berjalan ke arah Ranti. "Tangan mana yang sudah tidak kau inginkan sampai berani punya niat untuk melukai putriku?" tanyanya tajam dengan mata yang merah. Semua orang yang ada di sini sangat terkejut denga
Baca selengkapnya

Bab 28

Adik Suamiku 28 Setelah semua orang pergi, aku langsung membuka kamarku, dan membuka pintu kamar penghubung menuju kamarnya Salwa. "Sayang, kamu gapapa, kan?" tanyaku setengah berteriak takut dia kenapa-kenapa, tapi ternyata dia sedang mengobrol dengan Rani, anaknya Ratih dari jendela yang dibuka. Ya ampun, di sini ibunya sedang dimarahi, tapi anaknya malah menghibur anakku di sini. Rani memang lebih besar dari Salwa, sekitar dua tahun lebih tua. Dari segi pikiran pun beda, apalagi Rani mempunyai sikap seperti papanya yang selalu memakai logika. "Tadi aku kasian lihat Kak Salwa melamun. Kalau orang lain aku gak peduli, tapi ini Kakak Salwa," ucapnya membuatku terharu. "Iya, Sayang. Makasih banyak ya, sudah peduli sama Kakak Salwa. Sini masuk!" Aku langsung mengajaknya masuk dari arah depan dan memberikannya makan. "Kita makan sama-sama, ya?" Aku menyuapi Salwa dan Rani dari piring yang sama. Gadis kecil yang biasanya berwajah galak itu kini hampir menangis. "Kenapa, Sayang?" ta
Baca selengkapnya

Bab 29

Adik Suamiku 29 Aku melihat ke arah Mas Arif, tubuhnya sudah tegap seperti yang siap untuk memberikan hukuman. Sama seperti kepada Ranti waktu itu. Bedanya kali ini lebih menakutkan. Jangankan Mas Arif, aku saja yang menyaksikan bagaimana sayangku makan sungguh ingin melakukan hal yang sama dengan apa yang dia lakukan. Selama ini aku selalu diam jika mereka menggangguku, tapi tidak dengan Salwa. Dia bahkan sudah secara tidak langsung berniat untuk meracuni anakku dan ingin membunuhnya. "Kamu tunggu di sini, ya. Biar Mas yang memberikan serangga-serangga itu hukuman!" Mas Arif memberikan Salwa padaku sambil duduk di teras depan rumah ibu. Mas Arif masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan salam, langsung membuka pintu dengan paksa. Dari sini, aku bisa melihat dan mendengar langsung obrolan yang ada di dalam. "Apa yang kau lakukan pada anakku?" Mas Arif berteriak, sampai suaranya terdengar menakutkan di telinga. Tangannya mencekal leher Rina. Semua orang yang ada di dalam rumah mul
Baca selengkapnya

Bab 30

Adik Suamiku 30 Setelah sampai rumah, aku langsung membuatkan s9ip daging sapi kesukaan putriku meksipun harus memakai masker agar tidak terlalu menyengat di hidung. Kejadian tadi siang bener-bener menampar diriku, apalagi ketika melihat Salwa makan dengan lahap. Aku merasa seperti seorang ibu yang tidak berguna. Untunglah di warung makanan beku samping rumah ada yang jual, jadi Mas Arif tidak perlu mencarinya lebih jauh lagi. Aku hanya memakai bahan seadanya, yang penting ada wortel, dan bawang putih. "Mas lupa kalau kita belum belanja lagi, Dek," ucap Mas Arif tiba-tiba dengan suara yang pelan. Duh, aku jadi semakin tidak enak. Mas Arif selalu melakukan apapun untuk membuatku bahagia. "Gapapa, Mas. Aku tahu Mas sangat sibuk, terlebih kita juga banyak masalah." Aku tersenyum lebar ke arahnya sambil menata sup dan nasi di meja depan. "Sebaiknya kita pindah rumah, nanti kita lihat perumahan di kampung sebelah, yuk?" ajaknya tiba-tiba. Aku terdiam sejenak. Dulu aku pernah member
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status