Adik Suamiku 28 Setelah semua orang pergi, aku langsung membuka kamarku, dan membuka pintu kamar penghubung menuju kamarnya Salwa. "Sayang, kamu gapapa, kan?" tanyaku setengah berteriak takut dia kenapa-kenapa, tapi ternyata dia sedang mengobrol dengan Rani, anaknya Ratih dari jendela yang dibuka. Ya ampun, di sini ibunya sedang dimarahi, tapi anaknya malah menghibur anakku di sini. Rani memang lebih besar dari Salwa, sekitar dua tahun lebih tua. Dari segi pikiran pun beda, apalagi Rani mempunyai sikap seperti papanya yang selalu memakai logika. "Tadi aku kasian lihat Kak Salwa melamun. Kalau orang lain aku gak peduli, tapi ini Kakak Salwa," ucapnya membuatku terharu. "Iya, Sayang. Makasih banyak ya, sudah peduli sama Kakak Salwa. Sini masuk!" Aku langsung mengajaknya masuk dari arah depan dan memberikannya makan. "Kita makan sama-sama, ya?" Aku menyuapi Salwa dan Rani dari piring yang sama. Gadis kecil yang biasanya berwajah galak itu kini hampir menangis. "Kenapa, Sayang?" ta
Baca selengkapnya