Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, tapi Mas Arif belum juga pulang. Aku kembali mengirimkan pesan. "Mas, kok masih belum sampai rumah?" tanyaku tidak sabar. "Satu jam yang lalu ada mobil ban depannya pecah semua, jadi kita ganti dulu," balasnya cepat. Inilah suamiku, dia selalu bisa menemukan cara untuk membuat istrinya bahagia. Termasuk membalas pesan dengan cepat. "Sekarang kamu di mana, Mas?" Aku kembali bertanya. "Mas sudah di jalan, kok. Tenang aja. Mas lagi beli sate sama martabak kesukaan ibu sama bapak, juga bakso langganan kita," balasnya lagi yang membuat senyumku semakin mengembang. "Sip, kamu suami terbaik," balasku lagi, lalu mengirimkan stiker hati yang banyak. "Demi kamu, apapun akan Mas lakukan," ucapnya lewat pesan suara. Untuk yang terkahir, aku tidak bisa membalas lagi. Sepertinya aku hanya bisa membalas secara langsung ketika dia sudah pulang nanti. Aku langsung bersiap sambil menunggu kedatangannya. "Assalamu'alaikum." Suara Mas Arif mulai terdengar.
Read more