“Sialan,” desis Sebastian, bibirnya pucat menahan sakit. “Apa kau tidak bisa lebih lembut padaku, Ann?”Ann tertawa pelan. Ia mengangkat bahunya. “Aku bisa menelepon 911 kalau anda mau, Tuan.”Sudut mata Edward memicing. Bibirnya berdecak kesal. “Jaga mulutmu, Anna!”Ann memutar matanya, ia sungguh tidak habis pikir mengapa ada manusia yang tidak pernah bersantai seperti Edward. Hidupnya selalu diisi dengan wajah yang kaku dan gerak yang begitu-begitu saja. Sambil mengangkat bahu, Anna mengerling pada Sebastian lalu kembali tersenyum. Ann membungkuk memegang perut Sebastian, dengan hati-hati ia menarik peluru dari daging Sebastian. “Ini dia.”Sebastian menarik nafas lega dan kembali mendesis kesakitan saat Anna mulai menjahit untuk menutup luka Sebastian.Anna membayangkan rasa sakit itu. Ia melirik salah satu scotch terbaik miliknya di atas meja di samping tempat tidur. “Edward, beri Tuan scotch itu. Tuan membutuhkan alkohol.”“Cepat selesaikan saja, Ann. Aku tidak boleh mabuk.”Gadi
Last Updated : 2022-12-01 Read more