Lavenska mengerjapkan mata, perlahan terbangun. Lantai terasa dingin di pipinya. Ia mendengar langkah-langkah kaki di luar. Pria itu datang. Lagi.Wanita itu bersiap-siap akan cahaya yang menyilaukan. Akan rasa sakit. Tapi pintu itu tidak terbuka. Malahan ia mendengar suara pintu lain yang dibuka dan terdengar bunyi debuk keras seperti sebuah benda berat yang jatuh. Tampaknya seseorang dilemparkan ke sel sebelah Lavenska. Sebuah suara mengerang kesakitan. Ia seperti mengenali suara itu.Kemudian dari luar pria itu bicara, suaranya gemetar karena amarah. “Dasar wanita jalang tidak tahu diri! Apa kau berpikir aku benar-benar tertarik padamu?!”“Sa-sayang? Jangan bercanda. Apa ini termasuk bagian dari permainan yang kau maksud tadi?” Suara wanita itu bercampur tawa. Tawa ketakutan.Lavenska tidak mungkin salah. Itu suara Ibunya. Ya Tuhan... ibunya juga diculik sama seperti dirinya! Ya Tuhan...Pria itu tertawa keras. Suara tawanya membuat Lavenska menggertakkan rahangnya, begitu khawatir
Angela duduk di dalam mobil, sambil mencemaskan apa yang akan dilakukannya. Sebastian akan segera tiba, lalu ia akan menghadapi sekali lagi tatapan Sebastian yang sangat sulit ia tolak.Ia ingat saat malam dimana Sebastian pergi dari kamarnya, ia berkali-kali harus menahan tangannya agar tidak menekan nomor ponsel Sebastian dan memanggilnya kembali. Setelah kejadian mengerikan yang membuat nyawanya nyaris melayang, ia sungguh merasa menggantungkan seluruh harapannya pada pria itu.Pria yang bersikap berbeda saat ini. Seharusnya Angela mengerti, pria itu bukan lagi suaminya. Dan mungkin saja apa yang dirasakannya saat ini bertolak belakang dengan apa yang dirasakan oleh pria itu. Ya, seharusnya ia pergi. Ia seharusnya pulang saat ini juga.Lalu apa yang kulakukan disini?Angela menggigit bibirnya kuat-kuat, ia tidak ingin pulang. Ia takut. Ia takut akan serangan seperti kemarin dan ia takut kehilangan Sebastian. Inilah alasan mengapa ia mematuhi perintah Sebastian untuk selalu berada d
Pabrik itu hanya kamuflase untuk menutupi aktivitas mengerikan di ruangan bawah tanahnya. Ruangan menuju bawah tanah dijaga sangat ketat. Angela menghitung, ia sudah melewati lebih dari sepuluh penjaga. Ia juga harus melewati sebuah lift khusus yang didesain tidak mencolok.Edward membuka sebuah pintu seperti menuju ke sebuah kamar kecil dimana salah satu ruang gantinya terdapat satu tombol kecil berbentuk seperti gantungan baju kristal yang nyatanya merupakan tombol untuk membuka pintu menuju ke lift ruangan bawah tanah. Cukup dalam, ia tidak bisa memperkirakan kedalamannya. Ia hanya bisa menghitung bahwa ia berada di dalam lift selama sekitar sepuluh menit.Ia nyaris terkejut saat menginjakkan kaki di ruangan ini. Sebuah jalan menuju gua buatan. Sebastian merengkuh bahunya untuk menunduk saat masuk ke dalam gua yang kecil, yang hanya muat di lewati dua orang. Semakin kedalam, jalannya semakin menyempit. Bahkan, mereka perlu membungkuk untuk memasukinya.“Kamu yakin mau masuk lebih d
Tindakan yang sangat gegabah. Sebastian tidak menyangka bahwa Angela akan mengeluarkan pistolnya dan mengacungkan tepat di tengah kening Garvin. Tindakannya membuat Sebastian Edward, dan Zoe yang baru saja tiba tersentak kaget dan segera berlari menghentikan tindakan konyol wanita itu. Beruntung, sebelum Angela menarik pelatuk, dirinya sudah di dorong Sebastian hingga mereka jatuh ke lantai. “Mengapa kamu mencegahku, Sebastian?! Aku ingin membunuh lali-laki sialan itu!!” Angela berteriak histeris saat melihat wajah Sebastian di bawah dirinya. Garvin mendengus kesal. Ia sudah sangat siap untuk mati saat ini. Sekarang atau tidak sama sekali, kalimat itu terus berdengung bagai ribuan lebah yang memenuhi isi kepalanya. Secara tidak sengaja, ia melirik pistol yang berada di dekat kakinya, Ayo lakukan sekarang! pekiknya dalam hati. Dengan cepat ia menyambar pistol tersebut dan mengacungkan ke arah Sebastian dan Angela. Dagunya terangkat sedangkan matanya berkilat penuh kemarahan. “Sekar
“Sialan,” desis Sebastian, bibirnya pucat menahan sakit. “Apa kau tidak bisa lebih lembut padaku, Ann?”Ann tertawa pelan. Ia mengangkat bahunya. “Aku bisa menelepon 911 kalau anda mau, Tuan.”Sudut mata Edward memicing. Bibirnya berdecak kesal. “Jaga mulutmu, Anna!”Ann memutar matanya, ia sungguh tidak habis pikir mengapa ada manusia yang tidak pernah bersantai seperti Edward. Hidupnya selalu diisi dengan wajah yang kaku dan gerak yang begitu-begitu saja. Sambil mengangkat bahu, Anna mengerling pada Sebastian lalu kembali tersenyum. Ann membungkuk memegang perut Sebastian, dengan hati-hati ia menarik peluru dari daging Sebastian. “Ini dia.”Sebastian menarik nafas lega dan kembali mendesis kesakitan saat Anna mulai menjahit untuk menutup luka Sebastian.Anna membayangkan rasa sakit itu. Ia melirik salah satu scotch terbaik miliknya di atas meja di samping tempat tidur. “Edward, beri Tuan scotch itu. Tuan membutuhkan alkohol.”“Cepat selesaikan saja, Ann. Aku tidak boleh mabuk.”Gadi
Sebastian merebahkan tubuhnya dan mengerang sakit. Edward dan Zoe dengan cekatan membantu Tuannya menaruh tubuhnya di atas tempat tidur. Mereka sampai di rumah dengan lebih cepat karena beberapa petugas polisi yang berada dibawah kendali Sebastian secara sukarela menawarkan pengawalan agar mereka bisa tiba lebih cepat dirumah.Saat mereka sampai, Edward sempat melihat Angela yang terduduk lemah di ruang TV. Pandangan matanya terlihat sangat khawatir saat melihat kedatangan mereka. Ia bahkan hendak mengikuti mereka menuju kamar Sebastian. Tapi langkahnya terhenti saat dengan tegas Edward berkata pada Angela, “Tolong beri waktu Tuan Sebastian untuk beristirahat.”Namun sesaat sebelum Edward akan menutup pintu kamar Sebastian, pria itu memerintahkan ia untuk memanggil Angela. Ia ingin menolak perintah Tuannya, tapi Sebastian sudah memberikan dia sebuah peringatan. Tidak ada pilihan lain.“Baik, Tuan.”Saat melihat Angela masuk ke dalam kamar Sebastian, Zoe berdiri di sampingnya sambil me
Ini terlalu cepat. Ia bahkan tidak memberi waktu istirahat untuk dirinya sendiri, tapi dirinya sudah tidak punya waktu lagi. Ada begitu banyak nama yang harus ia musnahkan. Ada begitu banyak Sanders yang haru ia buru.Udara begitu dingin. Tubuhnya bergetar hebat, tulangnya terasa ngilu. Ia dapat merasakan tenggorokannya terasa makin perih. Atap ini sangat kasar dan berlapis es di bawah perutnya dan jari-jarinya terasa membeku.Ia telah menunggu selama dua jam, dan belum ada tanda-tanda Henry Evan Sanders akan muncul. Ia tersenyum masam, bibirnya terbuka. Mungkin keluarga Sanders sekarang makin bijak. Kematian Chris Sanders dan Viona Sanders telah memberi peringatan kepada mereka untuk tidak muncul di jam-jam yang tidak wajar di tempat yang gelap dan kumuh di kota ini.Ah, tapi laki-laki tua itu tidak akan dapat menolak umpan yang kuberi.“Sial. Aku benar-benar kedinginan!”Laki-laki itu memberengut marah, memeluk tubuhnya sendiri menahan dinginnya angin. Henry, si tua bangka itu pasti
Laki-laki itu tidak mengetuk terlebih dahulu. Ia menggedor pintu cukup keras hingga bisa membangunkan orang mati. Seorang pelayan wanita terburu-buru membuka pintu lalu wajahnya mendadak pucat saat melihat pria di depannya. “Tu-tuan...”Sebastian mendorong pintu, lalu menutupnya dengan kasar. Ruangan itu bergetar. “Daddy ada dirumah?!”Pelayan itu tertunduk. “Tuan Andrian sedang ada meeting di...”Tubuh Sebastian bergetar hebat karena marah. Tanpa menunggu pelayan itu menyelesaikan kalimatnya, ia berjalan menuju lantai tiga. Ia sangat hafal dimana ruangan yang biasa dipakai ayahnya untuk menemui partner bisnisnya.Info terbaru yang disampaikan oleh Edward membuat emosinya meledak. Ia berpikir, bagaimana mungkin berita seperti ini belum pernah ia dengar sebelumnya. Satu hal yang membuatnya benar-benar tersinggung, BCB Royal Bank berada di bawah kendalinya dan bagaimana bisa ia tidak mengetahui fakta tentang keluarga besarnya yang berlindung di bawah nama besar perusahaannya?Saat sampa