“Sialan,” desis Sebastian, bibirnya pucat menahan sakit. “Apa kau tidak bisa lebih lembut padaku, Ann?”Ann tertawa pelan. Ia mengangkat bahunya. “Aku bisa menelepon 911 kalau anda mau, Tuan.”Sudut mata Edward memicing. Bibirnya berdecak kesal. “Jaga mulutmu, Anna!”Ann memutar matanya, ia sungguh tidak habis pikir mengapa ada manusia yang tidak pernah bersantai seperti Edward. Hidupnya selalu diisi dengan wajah yang kaku dan gerak yang begitu-begitu saja. Sambil mengangkat bahu, Anna mengerling pada Sebastian lalu kembali tersenyum. Ann membungkuk memegang perut Sebastian, dengan hati-hati ia menarik peluru dari daging Sebastian. “Ini dia.”Sebastian menarik nafas lega dan kembali mendesis kesakitan saat Anna mulai menjahit untuk menutup luka Sebastian.Anna membayangkan rasa sakit itu. Ia melirik salah satu scotch terbaik miliknya di atas meja di samping tempat tidur. “Edward, beri Tuan scotch itu. Tuan membutuhkan alkohol.”“Cepat selesaikan saja, Ann. Aku tidak boleh mabuk.”Gadi
Sebastian merebahkan tubuhnya dan mengerang sakit. Edward dan Zoe dengan cekatan membantu Tuannya menaruh tubuhnya di atas tempat tidur. Mereka sampai di rumah dengan lebih cepat karena beberapa petugas polisi yang berada dibawah kendali Sebastian secara sukarela menawarkan pengawalan agar mereka bisa tiba lebih cepat dirumah.Saat mereka sampai, Edward sempat melihat Angela yang terduduk lemah di ruang TV. Pandangan matanya terlihat sangat khawatir saat melihat kedatangan mereka. Ia bahkan hendak mengikuti mereka menuju kamar Sebastian. Tapi langkahnya terhenti saat dengan tegas Edward berkata pada Angela, “Tolong beri waktu Tuan Sebastian untuk beristirahat.”Namun sesaat sebelum Edward akan menutup pintu kamar Sebastian, pria itu memerintahkan ia untuk memanggil Angela. Ia ingin menolak perintah Tuannya, tapi Sebastian sudah memberikan dia sebuah peringatan. Tidak ada pilihan lain.“Baik, Tuan.”Saat melihat Angela masuk ke dalam kamar Sebastian, Zoe berdiri di sampingnya sambil me
Ini terlalu cepat. Ia bahkan tidak memberi waktu istirahat untuk dirinya sendiri, tapi dirinya sudah tidak punya waktu lagi. Ada begitu banyak nama yang harus ia musnahkan. Ada begitu banyak Sanders yang haru ia buru.Udara begitu dingin. Tubuhnya bergetar hebat, tulangnya terasa ngilu. Ia dapat merasakan tenggorokannya terasa makin perih. Atap ini sangat kasar dan berlapis es di bawah perutnya dan jari-jarinya terasa membeku.Ia telah menunggu selama dua jam, dan belum ada tanda-tanda Henry Evan Sanders akan muncul. Ia tersenyum masam, bibirnya terbuka. Mungkin keluarga Sanders sekarang makin bijak. Kematian Chris Sanders dan Viona Sanders telah memberi peringatan kepada mereka untuk tidak muncul di jam-jam yang tidak wajar di tempat yang gelap dan kumuh di kota ini.Ah, tapi laki-laki tua itu tidak akan dapat menolak umpan yang kuberi.“Sial. Aku benar-benar kedinginan!”Laki-laki itu memberengut marah, memeluk tubuhnya sendiri menahan dinginnya angin. Henry, si tua bangka itu pasti
Laki-laki itu tidak mengetuk terlebih dahulu. Ia menggedor pintu cukup keras hingga bisa membangunkan orang mati. Seorang pelayan wanita terburu-buru membuka pintu lalu wajahnya mendadak pucat saat melihat pria di depannya. “Tu-tuan...”Sebastian mendorong pintu, lalu menutupnya dengan kasar. Ruangan itu bergetar. “Daddy ada dirumah?!”Pelayan itu tertunduk. “Tuan Andrian sedang ada meeting di...”Tubuh Sebastian bergetar hebat karena marah. Tanpa menunggu pelayan itu menyelesaikan kalimatnya, ia berjalan menuju lantai tiga. Ia sangat hafal dimana ruangan yang biasa dipakai ayahnya untuk menemui partner bisnisnya.Info terbaru yang disampaikan oleh Edward membuat emosinya meledak. Ia berpikir, bagaimana mungkin berita seperti ini belum pernah ia dengar sebelumnya. Satu hal yang membuatnya benar-benar tersinggung, BCB Royal Bank berada di bawah kendalinya dan bagaimana bisa ia tidak mengetahui fakta tentang keluarga besarnya yang berlindung di bawah nama besar perusahaannya?Saat sampa
“Siapa Liza Broderick? Kumohon.”Laki-laki itu memandang Henry dengan jijik. Henry terlihat angkuh dan punya kekuatan saat duduk di atas kursi yang tinggi di depan ruang parlemen. Seorang gubernur yang menjijikkan. Lihatlah sekarang saat ia merasa terancam, Henry menjadi benda menggigil yang tak berarti.Ia telah memindahkan Henry dari van-nya ke ruang basement dengan mudah. Henry melawan saat di baringkan di atas meja, tapi sedikit bujukan berupa sebuah pukulan pada kepala Henry ternyata dibutuhkan untuk membuat pria tua itu menurut.Saat kesadaran Henry telah kembali, ia menghabiskan waktu satu jam tanpa hasil dalam usaha melepaskan ikatan di kedua tangan dan kakinya. Lalu Henry mulai memohon-mohon. Tampaknya keangkuhan dan kesombongan yang selama ini ia tampilkan perlahan mulai menghilang.“Tolong katakan apa maumu, apapun, akan kuberikan apapun yang kau mau.”Henry Evan Sanders nampaknya masih belum juga mengerti. Laki-laki itu hanya menginginkan Henry merasakan rasa sakit yang lu
Sebastian melakukannya, memegangi tangan Angela agar mantap. Angela begitu fokus pada dada target itu kala ia mengosongkan magasinya ke dada target. Tapi setiap tembakan mendorong tubuh Angela ke tubuh Sebastian, konsentrasi Sebastian perlahan buyar.Ia kembali teringat pada foto Viona saat meninggal yang masih memegang pistol di tangannya. Ia tidak bisa membayangkan kejadian serupa pada Angela. Ia sungguh tidak akan bisa memaafkan dirinya jika hal itu sampai terjadi.“Isi pelurunya,” kata Sebastian melalui sela-sela giginya, mundur selangkah kala Angela menuruti petunjuknya. Tangan Angela bergerak gesit dan ia menyelesaikan tugas itu lebih cepat dari yang Sebastian duga. “Bagus.”Angela mengangkat lagi pistol itu, tapi tanpa lengan Sebastian yang memegangi lengannya, bidikannya tidak akurat dan ditembakkan ketiga, Angela benar-benar tidak bisa mengenai target lagi.“Kamu memejamkan matamu lagi. Buka terus matamu, Angela.” Sebastian memegangi lengan Angela lagi, membetulkan bidikan An
Matahari mulai tenggelam dan pria itu masih duduk sambil berpikir, membayangkan, dan mengingat-ingat, dalam kegelapan dapurnya. Foto Liza berada di sisi kirinya dan setumpuk peluru di sisi kanannya.Di tengah meja, akuarium kecil, penuh berisi daftar nama-nama orang yang harus ia singkirkan. Ada begitu banyak orang yang terlibat selain keluarga Sanders. Dan ia adalah satu-satunya orang yang mempunyai waktu sedikit lebih luang untuk menghabisi mereka semua.Pria itu memejamkan mata sambil membayangkan wajah Liza seperti saat terakhir Liza hidup. Sangat, sangat kesepian. Itu semua karena keluarga Sanders dan setiap anak keturunan mereka sekalipun mempunyai kewajiban untuk membayar hutang yang telah tetua mereka lakukan.“Mengapa harus aku yang mereka pilih?” tanya Liza waktu itu, tiga hari sebelum ia mengakhiri hidupnya sendiri. Ya, mengapa harus Liza? Mengapa harus adikku? Dua pertanyaan ini terus berdengung bagai ribuan lebah bersarang dalam otaknya.Liza sudah berusaha sekuat tenaga
“Tuan, saya sudah mencoba menyelidiki siapa kerabat dari Liza Broderick dan hasilnya masih nihil. Liza juga tidak mempunyai kekasih sebelum ia meninggal. Tetapi saya akan menyelidiki lebih lanjut tentang beberapa nama dari kerabat lama Liza.” Edward menarik kursi dan meletakkannya di depan meja Sebastian.“Aku yakin, Liza bukan satu-satunya korban. Apa kamu juga sudah menyelidiki tentang hubungan ruang bawah tanah di tempat gudang laki-laki tua itu? Kamu tentu ingat bukan, ruang bawah tanah di tempat kita menemukan banyak wanita dan anak-anak di sekap di sana?”Edward mengangguk cepat, ia menyerahkan beberapa dokumen pada Sebastian. “Lembar pertama adalah daftar kerabat dan saudara Liza. Walau sejauh ini kami menemukan kerabat yang tersisa semuanya sudah meninggal tapi kami tidak menutup kemungkinan ada data yang di palsukan.”Sambil berjalan ke arah samping Sebastian, Edward menunjuk pada lembar kedua. “Lembar ini adalah bukti keterlibatan paman anda pada penemuan ruang bawah tanah.”