All Chapters of Pembalasan Berkelas Istri Tak Sempurna: Chapter 211 - Chapter 220

225 Chapters

Perkara Oleh-oleh (3)

Bab 211) Perkara Oleh-oleh (3)"Aku dzalim?" Refleks Hanum menggeleng."Dzalim dari sisi mana, Kak? Orang yang menentukan siapa yang mendampingiku umroh itu bukan Hanum, tapi Haji Sofyan. Apalagi itu kan wasiat. Kita nggak boleh dong tukar menukar orang sesuka kita. Bukankah aku juga berjanji sama Mama, jika ada rezeki, Mama pun juga akan bisa berangkat umroh....""Tapi kenyataannya Mama sudah tiada, Fahri?" sergah Zainab. Wanita itu kembali meneteskan air mata. Bisa berangkat haji dan umrah adalah impian terbesar dari ibundanya. Namun sampai wanita itu meninggal dunia, niatnya tidak terlaksana."Kak." Tangan Hanum terulur, mengusap lengan coklat gelap itu. Namun dengan segera Zainab menepisnya. "Percayalah, aku tidak pernah menginginkan diberangkatkan umrah secara gratis. Seandainya aku ingin umroh beneran, aku bisa membiayai umrahku sendiri. Tapi masalahnya, ini adalah wasiat dan Kakak tahu apa arti sebuah wasiat, kan?""Tapi kan kemarin seharusnya kamu bisa membiayai Mama juga, bia
last updateLast Updated : 2023-03-18
Read more

Sumbangan Untuk Acara Tahlilan

Bab 212) Sumbangan Untuk Acara Tahlilan"Jangan pura-pura lupa kalian! Kita harus mempersiapkan acara tahlilan tujuh hari meninggalnya Mama. Mana sumbangan dari kalian?" tagih Zainab seraya berkacak pinggang."Kak, acara itu kan masih 4 hari lagi. Masa iya Kakak menagihnya sekarang?" protes Fahri. Dia jelas tidak terima, karena kemarin saja ia sudah memberikan uang satu juta kepada Zainab untuk belanja kebutuhan acara tahlilan selama 3 hari berturut-turut. Memang uang satu juta itu kurang, tapi bukankah anak mendiang ibunya bukan cuma dirinya saja? Tidak mungkin saudaranya yang lain tidak menyumbang apa-apa, walaupun mereka tidak buka mulut soal berapa uang yang disumbangkan untuk keperluan penyelenggaraan jenazah sampai acara tahlilan."Memang. Tapi Kakak harus segera berbelanja....""Sudahlah, Kak," potong Hanum. Wanita itu memberikan lima lembar uang berwarna merah kepada Zainab."Cuma segini?" protes wanita itu. Matanya melotot. "Pelit banget kamu. Masa iya nyumbang acara tujuh ha
last updateLast Updated : 2023-03-19
Read more

Sumbangan Untuk Acara Tahlilan (2)

Bab 213) Sumbangan Untuk Acara Tahlilan (2)"Nggak apa-apa, Ma. Biasa, cuma satu kesalahpahaman kecil," sahut Hanum seraya menutup pintu. Dia kembali membawa ibunya ke ruang tamu."Nggak apa-apa gimana? Mama jelas dengar kok, kakak iparmu itu bilang apa. Dia mau malak kamu lagi. Iya, kan?" ujar wanita paruh baya itu sinis. Lama-lama dia makin gerah dengan ulah keluarga ini. Sempat terpikir dibenaknya untuk membawa Hanum, Fahri serta Adzkar kembali tinggal di dekatnya. Namun semua itu bukan wewenangnya. Hanum sudah menikah dan memiliki suami. Disini yang pegang kendali adalah Fahri. Jika Fahri tidak bersedia, maka ia bisa apa? Sejauh ini dia hanya mendoakan agar putrinya baik-baik saja berada di tengah-tengah keluarga besar suaminya."Sudahlah, Ma. Tak perlu diperpanjang. Itu udah aku kasih 500 ribu. Ntar juga diam sendiri." Hanum mengusap bahu ibunya. Wanita paruh baya ini jika sudah marah, raut wajahnya terlihat mengerikan. Namun Filza adalah tipe wanita yang jarang marah. Dia sangat
last updateLast Updated : 2023-03-20
Read more

Ancaman Fahri

Bab 214) Ancaman FahriSetelah selesai makan malam dan menunaikan shalat isya, Fahri mengambil senter dan bergegas keluar dari rumahnya menuju gudang yang terletak di belakang rumah ibunya. Lelaki itu benar-benar penasaran, berapa banyak hasil yang didapat tahun ini dari dua petak sawah milik Hanum, istrinya.Lelaki itu berjalan perlahan karena tempat itu memang sedikit gelap, hanya ada penerangan lampu listrik berkekuatan 5 watt yang menerangi depan bangunan berukuran 4x5 meter itu. Fahri membuka pintunya dengan hati-hati, kemudian segera masuk. Dengan bantuan cahaya senter, Fahri mulai menghitung karung-karung yang menumpuk rapi di tempat itu."Sepertinya hasilnya masih sama seperti tahun-tahun yang dulu. Lebih dari 200 belik gabah. Setidaknya Hanum mendapatkan 70 belik gabah. Wah, kecurangan seperti ini tidak bisa dibiarkan," gumam Fahri seraya menggeleng kesal.Fahri merutuki dirinya sendiri yang terlalu sibuk mengurus sawahnya sendiri, sehingga lupa mengawasi sawah milik Hanum ya
last updateLast Updated : 2023-03-21
Read more

Tidak Rela

Bab 215) Tidak Rela "Seandainya kalian mau merubah sikap sedikit saja lebih baik kepada Hanum, tentu aku sangat bersyukur. Tapi sayangnya kalian tidak juga berubah," ujar Fahri getir. Lelaki itu lantas melenggang pergi meninggalkan rumah ibunya. Kini ia sudah angkat tangan, tak lagi berharap apapun. Diapun mafhum. Zainab, Mila, Diana, semua sama saja. Kecil kemungkinan mereka akan berubah menjadi lebih baik. Tugasnya kini hanya menjaga Hanum, agar istrinya itu tak terus menerus menjadi pihak yang dirugikan. Sudah, itu saja prioritasnya kini. Zainab dan Mila menatap nanar kepergian Fahri. Berbagai macam pikiran berkecamuk di benak. Diana lah yang akhirnya bangkit dari tempat duduknya, lantas menutup pintu depan. Setelah itu ia menggamit lengan Aziz, mengajaknya pergi masuk ke dalam kamar. Diana tidak ingin turut campur. Dia sudah lelah. Lelah raga, juga lelah hatinya. Belum lagi rasa sedih akibat ditinggal seorang ibu juga masih terasa sampai kini. Seburuk apapun sifat ibunya, bagi
last updateLast Updated : 2023-03-22
Read more

Penawaran Herlita

Bab 216) Penawaran Herlita"Ada keperluan apa Mbak kemari? Kalau mau mencari Mas Sandi, jelas tidak ada di rumah ini. Aku sudah tiga hari tidak bertemu dengan Mas Sandi, karena barusan dari rumah orang tuaku," ucap Mila tanpa basa-basi begitu wanita paruh baya itu menyadari kehadiran dirinya sebagai pemilik rumah ini."Tidak. Mbak sama sekali tidak mencari Mas Sandi. Mbak juga tahu, dia sedang keluar kota, karena ada urusan pekerjaan," jawab Herlita santai.Mira mengangguk. Dia pun tahu soal itu. Bertepatan dengan ibunya meninggal dunia, Sandi berangkat ke luar kota, karena ada proyek yang akan dimulai proses pengerjaannya dan Sandi harus hadir di awal pengerjaan proyek itu. Itulah satu-satunya alasan kenapa Sandi tidak hadir di acara prosesi penyelenggaraan jenazah ibunya tiga hari yang lalu."Terus, apa keperluan Mbak?" tanya Mila seraya membuka pintu dan mempersilahkan kakak madunya itu masuk ke dalam rumah.Tak ada alasan bagi Mila untuk tidak mempersilahkan wanita itu masuk ke da
last updateLast Updated : 2023-03-23
Read more

Kita Lihat Saja Nanti

Bab 217) Kita Lihat Saja NantiMila menatap nanar saat mobil yang membawa kakak madunya pergi dari rumah ini. Sampai di titik akhir, Mila tetap menolak. Dia takkan pernah sudi menerima tawaran Herlita untuk menjadi asisten pribadinya. Bekerja merupakan hal yang berat bagi Mila dan itu bukan tujuan hidupnya. Selamanya dia bercita-cita untuk menjadi istri dan ibu bagi anak-anaknya, sementara urusan pekerjaan dan nafkah itu urusan laki-laki, urusan suami. Sudah cukup ia menyaksikan mendiang ibunya harus pontang panting kerja di sawah sambil mengurus rumah, suami, anak-anak, bahkan mertua.Bekerja itu sama sekali tidak menyenangkan bagi Mila. Dia menyaksikan sendiri bagaimana lelahnya ibunya saat pulang dari sawah. Setelah pulang dari sawah pun tetap tidak bisa beristirahat, karena harus mengurus rumah, anak-anak dan mertua.Dia tidak mau nasib buruk ibunya menimpa dirinya pula. Dia harus mencari suami orang kaya, agar hidupnya terjamin. Dan sekarang keinginan itu tercapai, walaupun keny
last updateLast Updated : 2023-03-24
Read more

Peringatan Terakhir

Bab 218) Peringatan Terakhir Merasa tak ada lagi respon dari istrinya, Fahri memilih melangkah menuju kamar mandi. Dia melepas seluruh pakaiannya, melemparkannya ke keranjang cucian, lalu mengguyur tubuhnya yang lengket akibat keringat. Sembari mengguyur tubuhnya, bayangan raut wajah istrinya yang datar menari-nari di benak Fahri. Dia tahu, sulit bagi Hanum untuk mempercayainya lagi setelah selama bertahun-tahun, janji hanya tinggal janji. Namun dia tak bisa menampik, kenyataan bahwa dia memang tidak bisa terlalu tegas terhadap keluarga besarnya sendiri, karena waktu itu masih ada ibunya. Surga di bawah telapak kaki ibu. Ajaran yang melekat kuat di alam bawah sadarnya, membuatnya tunduk dengan mutlak. Sejauh yang bisa ia lakukan hanya sekedar mencari jalan tengah, meski pada akhirnya Hanum juga yang harus mengalah dan berkorban. Kini sudah saatnya ia bertindak. Ibunya sudah meninggal dunia. Apalagi yang mesti ia perhatikan? Darah memang lebih kental daripada air, tetapi jika air l
last updateLast Updated : 2023-03-25
Read more

Jatuh Tertimpa Tangga

Bab 219) Jatuh Tertimpa Tangga"Bi Nab tuh!" seru Adzkar dengan bahasa bocah."Bibi Zainab terjatuh?!" pekik Hanum kaget. Kepala mungil itu mengangguk.Hanum buru-buru mengucap istighfar kemudian bangkit dari tempat duduknya. Sembari menggendong Adzkar, ia segera berlari kecil menuju rumah sebelah.Sudah lebih dari 3 bulan Zainab menderita stroke. Sehari-hari hanya menghabiskan waktunya di atas kursi roda. Dia tidak bisa melakukan apapun. Separuh tubuhnya dari tengah sampai ke bawah mati rasa. Hanum, Mila dan Husnalah yang akhirnya merawat wanita itu. Untuk meringankan pekerjaannya, terpaksa Hanum membawa serta bibi Diah untuk tinggal di rumah ini. Dia tidak mungkin menghandle semuanya sendirian. Mengurus rumah, mengasuh Adzkar, merawat Zainab, sekaligus mengerjakan pekerjaannya di Najmi Store. Bahkan kini, pekerjaan Hanum bertambah, yaitu menjadi konten kreator di sebuah aplikasi. Bermula dari keisengannya mengunggah video-video Adzkar yang tengah belajar menghafal Al-Qur'an. Tern
last updateLast Updated : 2023-03-28
Read more

Penyesalan Zainab

Bab 220) Penyesalan ZainabZainab hanya sanggup menatap kepergian adik iparnya yang melesat cepat setelah memenuhi semua keperluannya. Sebenarnya bukan ini yang Zainab inginkan. Zainab pengen sekali ditemani, dimengerti, meskipun dia tak mungkin menceritakan semua yang sudah terjadi pada hidupnya kepada siapapun, apalagi kepada ipar-ipar yang dulu pernah dimusuhinya. Mereka pasti akan tertawa dan menyorakinya penuh dengan ejekan.Dia merasa malu, sangat malu. Pernikahannya yang hanya seumur jagung, harus berakhir menyakitkan. Dia hancur sehancur-hancurnya. Tidak ada lagi yang bisa ia banggakan kini. Semua sudah lenyap. Harta, kemampuan fisik dan semuanya. Hanya menyisakan dirinya yang terpaksa setia duduk di kursi roda. Bahkan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari pun tidak bisa. Sehari-hari dia hanya mengharap belas kasihan adik dan para iparnya untuk mengurus semua keperluannya.Sepasang matanya mengembun. Antara sedih, kecewa, terpuruk dan kesepian bercampur baur dalam dirinya.
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more
PREV
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status