Semua Bab Pembalasan Berkelas Istri Tak Sempurna: Bab 91 - Bab 100

225 Bab

Pulang (2)

bab 91) Pulang (2)Mobil terus meluncur menyusuri jalan provinsi yang selalu ramai dilintasi kendaraan bermotor. Hanum terlihat begitu menikmati perjalanan, karena mobil yang mereka gunakan ini adalah mobil milik Rizal, papanya. Mobil berharga lebih dari 300 juta ini sangat nyaman ia tumpangi. Adzkar sama sekali tidak rewel di pangkuannya. Bayi berumur hampir dua bulan itu kerjanya hanya tidur dan menangis saat bangun tidur untuk meminta susu. Hampir dua bulan waktu berlalu dan ASI Hanum belum juga lancar, bahkan cenderung kering. Hanum sudah mencoba segala cara, termasuk membeli alat pompa ASI, minum susu ibu menyusui dan suplemen serta menjaga pola makan. Namun hasilnya tetap sama. Hanya beberapa tetes cairan yang keluar saat ia memompa payudaranya. Perjalanan melintasi beberapa wilayah kabupaten, hingga akhirnya mobil yang dikemudikan oleh paman Andi memasuki halaman rumah. Dari rumah mertuanya, Zainab berlari kecil menyongsong mobil yang kini sudah terparkir."Selamat datang ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-26
Baca selengkapnya

Tetangga Yang Luar Biasa

Bab 92) Tetangga Yang Luar BiasaTangan wanita tua itu mengepal. Dia benar-benar jengkel dengan Ida, wanita yang menjadi tetangga sebelah rumahnya itu. Sungguh memalukan melontarkan kata-kata itu di hadapan putri kiai Hasan yang kini tengah duduk di sampingnya. Filza Nuraini, ibunda Hanum ini merupakan putri ketiga dari kiai Hasan, seseorang yang pernah menjadi gurunya di masa muda."Sudah, Bun. Nggak apa-apa. Mungkin para wanita di sini tidak ada yang mengalami masalah seperti Hanum. Jadi memang nggak perlu beli susu. Sementara si Hanum, kalau nggak beli susu formula, lah si Adzkar minum apa? Nggak mungkin kan kita biarkan kelaparan?" Senyum Filza lagi-lagi merekah. Dia sudah terlatih menghadapi para tetangga yang istimewa, karena dia sendiri sudah sering mendengar cerita Hanum soal orang-orang yang menjadi tetangganya.Filza menyentuh lembut tangan keriput itu sehingga akhirnya kapalan itu terbuka."Iya, Bu. Semua ibu melahirkan di sini tidak pernah ada sejarahnya ASI sampai kering.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-26
Baca selengkapnya

Ini Baru Permulaan

Bab 93) Ini Baru Permulaan"Bukan salahmu, Nak. Ini hanya murni perasaan seorang ibu kepada putrinya. Kamu sudah berusaha menjadi suami yang baik dan Mama berterima kasih kepadamu," ujar Filza. Di dalam hati ia merasa menyesal dengan ekspresi di wajahnya yang ternyata tertangkap jelas oleh menantunya."Besok Mama pulang. Mama harap kamu bisa jaga Putri dan cucu Mama dengan baik. Bibi Arni akan menemani kalian selama seminggu. Nanti kamu antar bibi Arni sampai terminal ya. Biarkan dia naik taksi," ujar Filza lagi.Wanita setengah baya itu menepuk bahu menantunya sekilas kemudian melangkah menuju kamar putrinya. Dia tak mau terlalu lama terjebak pada situasi yang tidak enak. Fahri memiliki perasaan yang sangat sensitif dan Filza tidak mau pembicaraan selanjutnya justru akan membuat Fahri merasa bahwa dia sebagai laki-laki tidak berdaya. Filza sudah cukup bahagia dengan perlakuan Fahri kepada putrinya. Sejauh ini belum ada keluhan dari Hanum tentang suaminya. Dia hanya mendengar keluhan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-27
Baca selengkapnya

Ada Udang Dibalik Bakwan

Bab 94) Ada Udang Dibalik Bakwan"Kamu jangan bilang sama suamimu kalau Kakak yang meminta.....""Kakak mau minta apa sama Hanum?" Tiba-tiba suara bariton terdengar yang membuat Zainab langsung terlonjak dari tempat duduknya. Zainab yang duduk membelakangi pintu tak menyadari kehadiran Fahri.Lelaki itu memang sengaja pulang karena ada sesuatu yang ingin diambil di rumah, tetapi dia tidak menyangka jika Zainab bertandang ke rumahnya dan tengah berbicara serius dengan Hanum"Fahri?!" Wajahnya mendadak pucat pias."Kenapa, Kak? Ada apa dengan Kakak? Kakak mau minta apa sama Hanum?" Lelaki itu sudah bisa menebak dari gerak-gerik sang kakak yang terlihat salah tingkah. "Tidak ada apa-apa. Kakak hanya meminta Hanum untuk membantu Kakak di dapur. Bukankah minggu depan acara haul Ayah Zaid?" ujar Zainab beralasan"Oh begitu ya?" Lelaki mengiyakan meski hatinya tak percwya. "Tapi Kakak jangan berharap sama Hanum. Dia punya bayi dan belum bisa mengangkat beban yang berat." Fahri mengingatka
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-27
Baca selengkapnya

Menantu Pelit

Bab 95) Menantu PelitWanita berumur 40 tahunan itu seketika bungkam. Hanum mengibaskan tangannya pelan dengan mata yang menatap wajah perempuan berkulit coklat gelap itu dalam-dalam. Akhirnya Zainab mengalah. Dia bangkit dari tempat duduk dan keluar dari rumah itu."Syukurlah akhirnya pergi juga," gumam Hanum saat bayangan perempuan itu menghilang dari pandangannya."Dia pikir aku ini gudang uang? Seenaknya saja minta uang 30 juta. Gampang banget bilangnya. Dia pikir hanya dengan modal berbaik-baik denganku bisa mendapatkan apa yang dia mau? Jangan harap itu akan kamu dapatkan, Kak. Seandainya dulu di awal pernikahanku dengan Kak Fahri, kamu bersikap tulus menerimaku apa adanya tanpa harus dibanding-bandingkan dengan Yasmin, mungkin aku bisa mempertimbangkan permintaanmu."Boleh dikatakan kesederhanaan yang ia tampakkan di awal merupakan ujian bagi suami dan keluarganya. Dia melihat Fahri memang lulus ujian, tidak silau oleh uang dan harta, tetap menjalankan perannya sebagai seorang
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-28
Baca selengkapnya

Bukan Hal Baru

Bab 96) Bukan Hal BaruHanum melenggang santai keluar dari rumah Zainab. Tak ada rasa khawatir sedikitpun. Dia sudah mempercayakan sepenuhnya urusan dua orang wanita berbeda generasi itu kepada sang suami. Biarkan saja Fahri yang menghadapinya, toh lelaki itu berstatus adik dan anak mereka, pasti omongannya lebih bisa didengarkan, meskipun sebenarnya Hanum sendiri kurang yakin.Omongan Fahri saja seringkali dimentahkan oleh ibu dan kakaknya, apalagi omongannya yang hanya sekedar menantu dan ipar. Ditambah lagi sekarang dia kembali mendapatkan cacat dalam pemikiran mereka. Dia dianggap pelit. Ah, dia yang pelit atau mereka yang serakah sih? Ini bukan hal yang baru. Dari awal mereka sudah serakah, merampok hak nafkahnya sebagai seorang istri. Waktu itu dia masih bisa sabar, bahkan ketika uang hasil jualan kue putri sembunyi dirampas oleh ibu mertuanya, dia masih diam dan hanya menangis. Namun kini penghasilan yang didapatnya dari toko, toko yang sudah ia miliki semenjak belum menika
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-29
Baca selengkapnya

Kecolongan

bab 97) Kecolongan"Tidak perlu aku jawab, Sayang. Nyatanya baju ini ada di rumah kita." Fahri memejamkan matanya sejenak, lalu menatap ragu istrinya.Dia merutuki kelalaiannya, tidak menyimpan baju itu ke tempat yang aman. Seharusnya Hanum tidak perlu tahu jika Ibu dan adiknya tidak mau menerima pemberiannya."Aku sudah tahu, Kak. Aku hanya ingin memastikan saja sebenarnya. Baju ini bukan benar-benar baju murahan. Harganya di atas 300 ribu, hanya memang berasal dari tokoku, bukan dari butik Mama," ujar Hanum tenang. "Tapi kalau yang diinginkan oleh Mama dan Mila adalah baju kelas butik dengan harga jutaan, maaf ya. Kalian sudah keterlaluan," tegas wanita muda itu. Dia kembali memasukkan benda itu ke dalam kresek hitam."Aku minta maaf, Sayang....""Bukan salahmu, Kak. Aku hanya tidak habis pikir, sampai segitunya keluarga Kakak tidak menghargai, apalagi bersyukur dengan pemberian seseorang, pemberian yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan. Apakah segala sesuatu itu harus diukur
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-29
Baca selengkapnya

Jebakan Batman

Bab 98) Jebakan BatmanHanum meringis sesaat. Namun ia tidak peduli. Dia masih berusaha untuk meraih Adzkar yang masih berada di dalam dekapan Zainab. Adzkar menangis semakin kencang, tapi wanita yang tengah mendekapnya itu tak sedikitpun berusaha untuk menenangkan."Kembalikan Adzkar padaku, Kak," pekik Hanum.Bukannya menenangkan bayi yang tengah menangis keras, Zainab justru memanfaatkan tangisan Adzkar untuk menaikkan emosi adik iparnya."Katakan apa yang kalian inginkan dan kembalikan Adzkar padaku!""Aku tidak akan mengembalikan Adzkar sebelum kamu memenuhi permintaanku!" tukas Zainab."Apa permintaanmu?" Tangannya masih terulur ingin meraih putranya. Namun Zainab selalu berhasil menghindar."Apakah kamu pura-pura lupa? Bukankah aku sudah mengatakannya berulang kali, bahkan dengan sukarela menunggu selama seminggu, sampai akhirnya permintaanku kamu tolak dan sekarang aku menagih itu kembali!" Suara Zainab menggelegar, mengalahkan suara tsngis Adzkar.Mulut Hanum seketika terngan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-30
Baca selengkapnya

Gagal Lagi

Bab 99) Gagal Lagi"Cepatlah, Mila. Kakak sudah tak sabar ingin mendapatkan uang itu," desak Zainab ketika gadis itu baru saja memarkir kendaraan matic-nya di halaman kantor bank, satu-satunya bank yang ada di daerah tempat tinggal mereka. "Sabarlah, Kak. Tuh, nggak lihat apa, masih banyak orang di depan kita. Tunggu antrian, Kak," ujar Mila ketus. Duh, kakaknya benar-benar tidak sabaran. "Tapi kita harus cepat...." Zainab mengingatkan. Dia sangat ingin mengambil uang itu sesegera mungkin, lalu segera masuk ke kantor bank dan melunasi semua cicilan agar dia bebas dari hutang. "Aku tahu, Kak, tapi kita tidak mungkin menyerobot antrian," ucap Mila. Gadis itu menatap orang-orang yang berdiri di depan bilik ATM. Sial, mereka benar-benar harus menunggu. Selang 15 menit menunggu, akhirnya tiba giliran mereka. Mila segera memasukkan kartu berwarna biru itu, kemudian memencet nomor PIN yang barusan disebutkan oleh Hanum. "Kok gagal? Bagaimana bisa?" pekik Mila saat ia mencoba bertransaksi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-30
Baca selengkapnya

Tak Ingin Kecolongan Lagi

Bab 100) Tak Ingin Kecolongan Lagi Hanum menatap kedua wanita tak tahu diri ini bergantian. Tangannya tetap memegang gagang pintu. Kali ini ia tak ingin kecolongan lagi. "Kalian pikir aku akan membiarkan begitu saja semua uangku kalian rampas?!" ujar Hanum dingin. Tatapan setajam mata pisaunya seakan ingin mengoyak tubuh dua wanita ini. "Kakak sudah menjadi istri kakakku dan apa yang Kakak miliki seharusnya menjadi hak kakakku, sedangkan aku adalah adiknya," balas Mila tak mau kalah. "Oh, ya? Benarkah begitu? Jika apa yang aku miliki saat ini juga menjadi hak kakakmu, apakah dia sudah menjalankan tugasnya sebagai seorang suami? Ya, aku tahu dia sudah menjalankan tugasnya, tetapi adiknya yang tidak tahu diuntung ini justru merampas sesuatu yang menjadi hak seorang istri. Kamu masih belum lupa, bagaimana caramu mengambil uang yang seharusnya untukku dengan mengatasnamakan uang saku dan uang kouta?" Hanum semakin erat memegang gagang pintu. Dia mewaspadai setiap pergerakan dua wanita
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
23
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status