Home / Romansa / Baby Sitter Sang CEO / Kabanata 71 - Kabanata 80

Lahat ng Kabanata ng Baby Sitter Sang CEO : Kabanata 71 - Kabanata 80

89 Kabanata

Keputusan Nenek

Pagi ini semua yang ada di rumah resah. Ayu, Nindi, dan juga Aira. Nindi dan Ayu sudah berusaha untuk membujuk para direksi yang biasa mendukung Saga. Namun, apa yang mereka usahakan sia-sia. Tak ada direksi yang bisa mempercayai dengan apa yang dikatakan oleh Nindi. Mereka lebih mempercayai tentang isu yang beredar bahwa Saga memiliki sedang tak sehat mentalnya dan tak akan bisa untuk memimpin perusahaan. Tentu saja saat ini itu membuat semua jadi bingung dengan apa yang harus mereka lakukan. Apalagi sepertinya Saga jadi semakin tak ingin untuk bertahan di perusahaan. Mereka sudah banyak menghubungi direksi dan juga yang lain. Dan rasanya tak akan ada harapan untuk Saga."Jadi gimana keputusan ibu?" Nindi bertanya kepada Ibu mertuanya."Kita buat Aira saja yang jadi penggantinya Saga. Kita ajukan Aira," jawab Ayu kepada menantunya itu.Sementara mendengar apa yang dikatakan oleh Ayu, membuat Aira merasa terkejut. Tentu saja ia tak mau seperti itu. "Kenapa aku?" "Sementara kamu yang
Magbasa pa

Brian Cerewet!

Sejak kedatangan Aira sore tadi, malam ini Reres jadi gelisah sendiri. Dalam hati peduli sekali dengan kondisi Saga saat ini. Hanya saja, banyak yang menjadi pertimbangannya. Ia tau bagaimana kalau Saga tengah mengalami kecemasan. Membayangkan itu membuat hatinya terasa ngilu sekali. Reres tak bisa tidur kemudian memutuskan untuk berjalan ke luar kamar. Melihat Brian yang tengah menonton televisi tengah malam begini. Ia melirik ke arah Reres, lalu kembali menonton televisi seolah tak ada apapun. Padahal, saat menatap Reres tadi wajahnya julid sekali. "Enggak bisa tidur ibu?" tanyanya yang terdengar seperti sebuah sindiran. Reres sudah biasa diperlakukan seperti itu oleh Brian dalam banyak hal. Sudah terbiasa dengan sikap menyebalkan Brian. Ia lalu berjalan dan duduk di samping Brian. "Kalau peduli itu samperin," ucap Brian.Reres dengan keras memukul bahu Brian. "Berisik," kesal Reres.Reres kemudian kembali ke kamar untuk beristirahat dengan kedua buah hatinya. Namun, meskipun de
Magbasa pa

Bertemu si kembar

Reres merapikan pakaian dan juga rambut Saga. Saga tak tau bagaimana harus mengungkapkan apa yang ia rasakan saat ini. Sejak tadi bahagia sekali, terus tatap Reres seolah takut, kalau ini adalah mimpi dan kemudian wanita itu akan menghilang. Sementara Reres sejak tadi berusaha mengalihkan atapan matanya dari Saga. "Res," panggil Saga."Hmm?"Saga hela napas, lalu tersenyum. "Reres?"Reres menatap ke arah Saga, "Apa Saga?""Ah, aku denger suara ini lagi," ucap Saga. Kebahagian yang tak terhingga hingga buat ia mulai gila rasanya. "Jangan pergi ya? Stay di sini?" tanya Saga.Reres tak menjawab, kini merapikan kemeja dan dasi Saga, Bahkan Reres tak ingin menatap mata Saga meski kini mereka dekat sekali. Reres tak bisa menjanjikan banyak. Perjanjiannya dengan Aira adalah ia bisa kembali ke kehidupannya setelah Saga kembali memimpin perusahaan dengan baik. "Udah rapi, nanti rapat jam sepuluh. Sarapan dulu ya, nanti berangkat jam setengah sepuluh. Harus lebih banyak rest di tempa tidur.
Magbasa pa

Pengakuan Aira

Aira kini berada di ruangan Saga bersama dengan Nindi dan juga Ayu. Tadi Aira telah mengatakan kalau rapat direksi akan sedikit diundur. Karena ia akan menunggu kehadiran Saga. Sadar betul Kalau Saga butuh waktu beberapa saat untuk bisa datang ke kantor. Aira mengerti karena ia tahu kalau Reres pasti akan memperkenalkan si kembar kepada ayah mereka. Jika ingin dikatakan, atau bisa diungkapkan saat ini perasaan Aira jelas sangat terluka. Istri mana yang tak sedih dan rela melihat suaminya harus berbagi hati dengan perempuan lain. Hanya saja untuk hari ini ia harus belajar untuk menerima itu. Karena semua yang ia lakukan adalah untuk kebaikan Saga dan juga perusahaan."Kamu kenapa sampai menunda rapat?" Nindy bertanya kepada Aira seraya menikmati teh manis yang tersaji untuknya.Sejujurnya sejak tadi Aira tengah mempersiapkan diri untuk mengatakan tentang apa yang ia lakukan kepada Ayu dan juga Nindi. Iya tahu dengan pasti kalau ini akan menjadi pertentangan bagi keduanya. Hanya saja I
Magbasa pa

Rapat Direksi

Saga dalam perjalanan menuju kantor bersama dengan Reres. Sejak tadi ia menggenggam tangan Reres dan tak rela untuk melepas genggaman tangannya dari tangan Reres. Hari ini rasanya seratus kali lipat lebih bersemangat. Semua tentu saja akibat kedatangan dari Reres dan juga si kembar. Senyuman sejak tadi terus tersungging di wajah Saga. Kebahagiaan terpancar dari wajah pria itu, yang setahun belakangan menjadi benar-benar buruk. "Aku udah minta Yuni untuk siapin kamar tamu buat kalian." Saga berkata. "Kamu enggak nyuruh aku tinggal di rumah kamu kan?" Reres bertanya. Tentu saja ia tak mau tinggal di sana. Karena harus sedikit-sering bertemu dengan Nindi dan juga Ayu yang jelas-jelas tak mungkin menerimanya untuk ada di situ. "Terus kamu mau di mana? Hmm? Kamu harus tinggal sama aku. Aku nggak mau kamu pergi lagi. Apalagi bawa anak-anak jauh dari aku."Reres sebenarnya di dalam hati merasa kesal sekali dengan perkataan yang dikatakan oleh Saga tadi. Hanya saja kali ini memilih untuk
Magbasa pa

Suami

Tepuk tangan riuh di ruangan. Keputusan bulat kalau Saga akan tetap memimpin perusahaan. Semua hal mengenai program sebelumnya yang hanya bisa diwakili oleh Haris kini ia ceritakan semua konsepnya secara matang. Saga juga membeberkan rencana kerja barunya pada pada direksi. Tentu saja itu membungkam mulut para direksi yang mencemoohnya kemarin. "Saya memang memiliki sedikit masalah kemarin. Ada beberapa hal yang mengganggu. Dan semua sudah teratasi dengan baik saat ini," ucap Saga dengan yakin. Di tempat duduknya, Ayu, Nindi dan juga Aira memerhatikan Saga. jelas, Saga memang terlihat berbeda sekali. Menggebu dan bersemangat, jujur saja saat ini Nindi, Ayu dan juga Aira begitu bahagia sekali melihat perubahan yang terjadi dalam diri Saga. Hanya saja di sisi lain, Nindi dan Ayu jelas mengetahui kalau ini semua karena Reres dan jelas itu akan mengganggu hubungan Aira dan Saga. Keduanya tak mau memiliki seorang menantu yang sama sekali tak jelas asal usulnya. Apalagi hanya cucu seoran
Magbasa pa

Ketemu Nenek

Saga kini tengah mengganti pakaian di kamar besama Reres. Sudah pucat sejak pulang tadi karena terlalu banyak bergerak, padahal dokter memintanya untuk banyak beristirahat. Reres sudah melarang Saga untuk mandi dan hanya membasuh dengan air hangat.setelah selesai membasuh tubuh Saga, Reres menemani Saga yang kini merebahkan dirinya ke tempat tidur. Saga rebah sambil memegangi tangan Reres. Masih merasa takut kalau Reres akan meninggalkannya. Dan jika itu terjadi lagi, Saga tak akan tinggal diam. Ia pasti kali ini akan mencari pujaan hatinya itu hingga ke ujung dunia. "Kamu harus baik sama istri kamu, Mbak Aira. Dia yang maksa aku untuk datang ke sini. Samapi memohon karena kamu sakit dan juga direksi minta kamu mundur. Dia sayang banget sama kamu Ga." Reres buk suara meminta Saga agar bisa bersikap lebh baik pada Aira. Saga terdiam, sejujurnya terkejut juga karena Aira melakukan itu semua. Padahal selama ini ia sudah bersikap kasar dan ketus pada Aira. "Dia lakuin itu semua?""iya,
Magbasa pa

Surat-surat Mas Haris

Reres berjalan masuk ke dalam kamar dan ia menemukan Uca yang kini tengah tertidur di pangkuan Haris. Haris dengan telaten menepuk-nepuk bokong bayi kecil itu. Sementara Brian sedang bermain ponsel dan Mbok yang sudah terlelap. Reres berjalan mendekat, sebelumnya menyerahkan Una pada Brian yang sedikit terkejut karena Reres dengan tiba-tiba meletakan Una di atas perutnya. "Haish, bilang-bilang kek" ucap Brian awalnya wajahnya menatap kesal pada Reres, lalu setelah melihat ke arah Una raut wajah Brian segera berubah menjadi manis sekali.Haris hanya tersenyum saja, ia lalu meletakan telunjuknya di atas bibir. Takut kalau kedatangan Reres membangunkan si cantik. Hanya saja Reres tau kalau dirinya yang memindahkan Uca tak akan terbangun. "Uca tau aja sama om ganteng," kata Brian. "Dari tadi nempel terus, Om Brian-nya di lupain," lanjut Brian saat Reres memindahkan bayi kecilnya itu ke tempat tidur."Lo kalah cakep soalnya," sahut Reres. Reres lalu duduk di samping Haris. Haris memerha
Magbasa pa

Kebahagiaan Aira

Pagi ini Aira sudah terbangun dan bersiap untu berangkat ke rumah orang tuanya. Biasanya memang ia mengunjungi ayah dan ibunya itu satu bulan sekali. Saga juga biasanya ikut, hanya saja karena ia tengah sakit, jadi Saga terpaksa tinggal di rumah. Tentu saja kedua orang tau Aira mengerti dengan keadaan Saga yang tak mungkin memaksakan diri untuk menemui mertuanya itu.Saga kini tengah membaca artikel dari ponsel, duduk dengan menyandarkan dirinya ke sandaran kasur. Sejak tadi sebenarnya ia ingin berbicara dengan Aira. Hanya saja masih merasa malu dan enggan. Kemarin Reres memintanya untuk bersikap baik pada Aira, karena Aira yang meminta Reres untuk kembali. Jika tak ada Aira, tak mungkin Saga bisa bertemu dengan Reres dan juga buah hatinya. Saga berdeham. "Hmm, Ra?"Aira menoleh paa sang suami. "Hmm? Kamu butuh sesuatu?' tanya Aira takut kalau suaminya itu membutuhkan sesuatu. "Enggak, aku cuma mau bilang makasih." Saga mengatakan dengan lembut. Sejujurnya, ini adalah pertama kal
Magbasa pa

Pembicaraan Haris

Haris kini berada di rumah untuk menghabiskan waktu liburnya. Waktu libur kali ini lebih tenang, karena ia tak mencemaskan Reres. Ais memang kini berada di Jakarta. Apalagi Hana, anak bungsunya kini kuliah di salah satu universitas negeri. Mereka kini tinggal di bersama dengan Haris. Hal itu membuat Haris tak perlu bolak-balik ke Bandung lagi, karena keluarganya sudah berkumpul bersama. Ais kini tengah menyiapkan sarapan. Di meja sudah ada nasi goreng buatannya. Dan kini ia tengah menggoreng nugget untuk Haris. Makanan favorit Haris sejak mengenal Reres adalah nasi goreng dan nugget. Karena menu itu yang hampir selalu dibawa Reres untuknya di kantor. Ais memerhatikan si sulung yang kini tengah menatap ponselnya dengan senyum yang terus terulas di bibirnya. "Kenapa kamu belakangan kelihatan seneng banget?""Bu, Haris mau ngomong serius sama ibu." Haris membuka pembicaraan pagi di antara dirinya dan juga Ais.Ais menatap dengan serius, terakhir kali putranya berbicara seperti ini
Magbasa pa
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status