Home / Romansa / Baby Sitter Sang CEO / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Baby Sitter Sang CEO : Chapter 61 - Chapter 70

89 Chapters

pesta pernikahan

Brian membuka pintu, ia mendapati salah seorang anak panti yang berdiri seraya memegang sepucuk surat. Tentu saja anak itu diperintahkan oleh Bu Ida. Ia diperintahkan untuk mengantarkan surat yang dituliskan Haris."Apa?" tanya Brian pada anak laki-laki itu."Surat untuk Kak Reres. Ini dari bu Ida, katanya surat dari Mas Haris." jawab anak laki-laki itu."Oke, terima kasih," ucap Brian kemudian ia menerima surat yang diberikan oleh anak laki-laki itu.Anak itu kemudian segera berlari meninggalkan Brian. Sementara setelah menutup pintu Bryan segera berjalan masuk, kemudian memberikan surat itu pada Reres yang kini tengah dipijat kakinya oleh mbok.Reres menerima kemudian menatap dengan bingung. "Surat apa nih?""Surat dari Bu Ida, katanya dari Haris," jawab Brian kemudian melangkahkan kakinya menuju ruang tamu depan. "Makasih,Bri." Reres mengucapkan."Kalau suratnya bikin sakit hati nggak usah dibaca neng," kata mbok pada Reres. Tentu saja ia khawatir karena keadaan saat ini. Takut ka
Read more

pengakuan Aira

Direksi di kantor mulai meributkan mengenai Saga yang tak pernah lagi menghadiri dan memimpin rapat. semua digantikan oleh Nindi atau Ayu. Tentu saja itu aneh sekali, apalagi selalu saja alasannya adalah kesehatan Saga. Itu jelas menjadi desas-desus bahkan, direksi meminta untuk pemilihan CEO ulang karena Saga dianggap tak bisa memimpin perusahaan. Tentu saja itu tak bisa diterima oleh Nindi dan juga Ayu. hanya Saga yang boleh memimpin perusahaan. Dan tak mungkin ada yang lain karena Saga adalah keturunan satu-satunya dari keluarga Manendra. Mana bisa kursi kepemimpinan diberikan pada orang lain? Ayu dan Nindi jelas menolak itu mentah-mentah. "Kamu harus ikut terapi dong Ga," ucap Nindi.Mereka semua kini berada di ruang makan, menikmati santap malam yang seharusnya nikmat menjadi menyebalkan bagi Saga karena celotehan Nindi dan juga Ayu. Saga hanya diam saja, seperti biasa sejak kepergian Reres lebih banyak diam, tak bersuara. Aira menatap pada sang suami, tatapan saga dingin, terk
Read more

Hey Baby

Aira menatap keluar jendela kamar sambil menatap mobil suaminya yang berlalu keluar melewati pagar rumah. Aira lalu mematikan panggilan tersebut. Selama ini, sejak Saga menyebutkan nama Reres, ia mulai membayar seseorang untuk mencari dan mengawasi pergerakan Reres. Sementara itu kini, Reres bersama bayi pertama yang keluar dari rahimnya, bayi cantik itu di gendong oleh salah seorang suster yang kini berdiri tepat di sampingnya. Rasa haru, bahagia dan syukur tak lepas ia ucapkan dari tadi. Buat air matanya terus saja menetes. Meski belum sadar sepenuhnya ia masih bisa merespon rasanya dengan baik. ""Bayinya Dok," suara suster terdengar cemas. Karena bayi itu mengalam henti napas. Dokter dan suster segera bergegas untuk melakukan penanganan. Reres menatap kembali pada lampu bisa melihat bayi itu tak bergerak, ataupun menangis. Berbeda saat bayi pertamanya keluar tadi, ia segera menggerakkan tangan dan kakinya sambil menangis keras sekali. Sampai kemudian suster dan dokter membawany
Read more

Kehidupan Baru

Sudah dua bulan ini Reres menghabiskan hidupnya di Bali. Sejak kedua putri kembarnya berusia tiga bulan, ia memutuskan untuk segera pindah. Kemudian membuat sebuah toko sederhana yang menjual makanan beku dan juga brownies buatannya yang kiani dibantu oleh empat orang karyawan. Sehingga ia bisa tetap mengasuh Uca dan Una si kembar yang kini berusia lima bulan. Uca dan Una terlahir kembar, tapi keduanya bukan kembar identik. Uca memiliki mata bulat besar seperti sang ibu, dan Una memiliki mata yang sipit seperti Saga. Uca adalah bayi kedua yang terlahir dengan gagal napas. Beruntung dokter dan suster bisa menangani dengan baik. Sehingga nyawa bayi cantik itu bisa diselamatkan. "Bri istirahat dulu, capek!" seru Reres pada Brian yang tengah mendorong stroller di depannya. Brian menoleh dan menatap dengan kesal. "Tadi sok enggak mau naik mobil," kata Brian mengingatkan. Tadi Reres yang mengatakan kalau ingin berjalan-jalan sekaligus menurunkan berat badannya yang kini kembali seperti
Read more

Luka Aira

Saga frustrasi, mengacak semua yang berada di kamar hingga buat kamarnya jadi berantakan. Semua bagian dari kamar tak ada yang luput dari perbuatannya mencari surat dari Reres. jadi menyesal sekali tak langsung membaca surat tersebut. Saga kini terduduk di lantai, merutuki kebodohan yang ia lakukan. Kenapa menunda membaca surat itu? Kenapa tak segera membacanya? Juga pertanyaan lain yang membuatnya menyesal sekali. Sementara Aira menatap dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada amarah, kecewa, cemburu entah apa yang ia rasakan. Hanya menatap Saga di sudut kamar, berdiri sambil melipat tangannya di depan dada. "Udah bikin keributannya?" tanya Aira.Saga melirik Aira, kemudian menatap Aira dengan tatapan kesal. "Kamu kan yang bawa surat itu?""Surat apa sih?!" tanya Aira lagi karena terus saja disalahkan. "Surat dari Reres? Sampai segitunya.'Saga berdiri, kemudian dengan cepat menghampiri Aira. "Di mana?" tanya Saga menekankan."Aku enggak tau," jawab Aira lalu memalingkan wajahnya
Read more

Lauren dan Saga

Kak maaf ini babnya terbalik. harusnya ini dulu baru yang sebelumnya.aku salah post.. maaf banget. ***Malam ini Reres belum bisa tidur karena Uca tengah demam. Dan Reres tentu saja dengan telaten menjaga bah hatinya tersebut. Apalagi kalau demam seperti ini ia selalu berusaha untuk memberikan banyak ASI pada buah hatinya itu. Uca memang cukup sering sakit, entah apakan ini adalah salah satu pengaruh dari kelahirannya yang sempat henti jantung. Namun, apapun itu Reres hanya ingin yang terbaik untuk kesehatan buah hatinya,.Ia kini duduk sambil menyusui Uca, saat itu pintu di ketuk. Terdengar suara Mbok dai luar. "Masuk Mbok," kata Reres. Terlihat Mbok membuatkan teh di tumblr milik Reres. Sengaja Reres meminta, untuk memudahkan Mbok membawa jika membuatkan sesuatu. Selain itu, di tumblr posisinya lebih pas untuknya. Mbok berjalan masuk ke dalam, lalu meletakkan di atas nakas teh manis buatannya, lalu duduk di samping Reres. "Masih demam Neng?""Masih Mbok, tapi udah enggak separa
Read more

terjatuh

Saga melangkahkan kakinya menuju ke kantor. Pagi ini tak ada Haris di sana karena harus menemui rekanan. dan ada urusan untuk mengurus beberapa dokumen perpanjangan kontrak kerjasama. Jadi hari ini Saga terpaksa di kantor sendirian. Beruntung tak ada kegiatan yang membutuhkan bantuan Haris hari ini. Hanya sekitar 3 minggu lagi sebelum rapat direksi kembali dimulai. Namun agaknya Saga tak terlalu memikirkan tentang itu dan ia hanya menginginkan untuk fokus pada program yang tengah ia buat. Dirinya juga sudah siap jika suatu saat nanti atau pada saat rapat besok, para direksi ingin mengganti CEO dan pemilik chandramawa. Sapaan terdengar dari para karyawan, sesekali Saga menjawab salam tersebut sambil terus melangkahkan kakinya masuk menuju ruangannya. Sampai di depan ruangan langkahnya sedikit terhenti, ia terkejut melihat beberapa direksi yang menunggu tepat di depan ruangannya."Akhirnya kami bisa melihat pak Saga."Ada 8 direksi yang kini berdiri di depan ruangannya. Saga tahu kala
Read more

Saga sakit

Saga beruntung karena segera ditemukan. Direksi mencarinya, kemudian menemukan ia pingsan di bawah tangga. Sehingga terjatuh dari tangga darurat, bagian tubuhnya terantuk oleh besi tangga beberapa kali. Dan itu menyebabkan beberapa tubuhnya memar, tangan kirinya patah, dan juga bagian panggulnya yang retak. Sehingga saat ini pria itu membutuhkan perawatan khusus di rumah sakit.Ia kini merebahkan tubuh, ditemani oleh Ayu, Nindi dan juga Aira sang istri. Tentu saja ketiganya sangat khawatir dengan keadaan Saga saat ini. Sementara pria itu hanya menatap nanar pada dinding. Tubuhnya mulai merasakan nyeri, akibat obat penghilang rasa sakit yang mulai berkurang efeknya. Aira yang paling terlihat sedih. Dia bahkan menangis sejak tadi sampai saat ini."Keadaan kamu seperti ini bisa menyelamatkan kamu dari pemecatan direksi. Rapat besok jadi nggak perlu kamu datangi. Dan tentu saja ini alasannya tepat karena kamu saat ini sedang sakit." Ayu mengatakan itu. Tidurnya memang saat ini tak tepat m
Read more

please

Reres melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Biasanya memang ada pelanggan yang datang sore begini, umumnya memesan kembali dan mengambil brownies juga frozen food yang dibuat Reres. Namun, langkah kakinya terhenti ketika melihat seseorang yang kini berada di hadapanya. "Mbak Aira?" sapa Reres.Aira tersenyum, lalu mengulurkan tangannya. "Gimana kabar kamu Res?""Aku sehat. mbak sendiri?" tanya Reres. "Silahkan duduk Mbak,' ucap Reres lagi mempersilahkan.Aira kemudian segera duduk di kursi. Ia memerhatikan rumah Reres yang cukup besar. "Aku senang kamu bisa sukses kayak gini. Aku juga tahu kamu jual brownies dan juga frozen food."Jelas mendengar apa yang dikatakan Aira, menyiratkan kalau sepertinya selama ini wanita itu mengetahui apa yang ia lakukan. "Mbak Aira selama ini ngikutin saya ya?"Aira memilih untuk tak menjawab. Ia hanya tersenyum ke arah reres. Lagi bola sepertinya tanpa harus diberitahu juga sudah terlihat jelas. Karena dengan kehadirannya di rumah ini juga sebagai s
Read more

Keras kepala

"Enggak, enggak akan ada kembali ke Jakarta. Si kembar enggak butuh ayah. Dan Saga enggak perlu tau tentang Uca dan Una. Mereka punya gue sebagai ibu yang bisa memenuhi semua," ucap Reres tegas menjawab apa yang dikatakan oleh Brian barusan. Brian hela napas, memang Reres cukup keras kepala dalam hal ini. Salah satu yang menyebabkan keras kepalanya adalah, ia takut jika si kembar diambil oleh Nindi atau Ayu atau Saga yang tak akan melepaskannya Melihat sikap Saga dan juga kedatangan Aira ke rumahnya malam ini, menunjukkan kalau Saga sepertinya belum melupakan drinya. Reres tak ingin jadi perusak rumah tangga Saga. Aira terlihat begitu mencintai sahabatnya itu. Reres berpikir kalau Saga hanya butuh waktu sebentar lagi untuk bisa menerima Aira. "Keras kepalan lo sumpah,' ucap Brian."Biarin,' sahut Reres kemudian duduk kembali mendekati kedua putrinya. Brian berjalan mendekat lalu duduk di samping Reres masih mencoba mengatakan apa yang ia pikirkan pada sahabatnya itu. "Lihat tadi an
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status