Sudah dua bulan ini Reres menghabiskan hidupnya di Bali. Sejak kedua putri kembarnya berusia tiga bulan, ia memutuskan untuk segera pindah. Kemudian membuat sebuah toko sederhana yang menjual makanan beku dan juga brownies buatannya yang kiani dibantu oleh empat orang karyawan. Sehingga ia bisa tetap mengasuh Uca dan Una si kembar yang kini berusia lima bulan. Uca dan Una terlahir kembar, tapi keduanya bukan kembar identik. Uca memiliki mata bulat besar seperti sang ibu, dan Una memiliki mata yang sipit seperti Saga. Uca adalah bayi kedua yang terlahir dengan gagal napas. Beruntung dokter dan suster bisa menangani dengan baik. Sehingga nyawa bayi cantik itu bisa diselamatkan. "Bri istirahat dulu, capek!" seru Reres pada Brian yang tengah mendorong stroller di depannya. Brian menoleh dan menatap dengan kesal. "Tadi sok enggak mau naik mobil," kata Brian mengingatkan. Tadi Reres yang mengatakan kalau ingin berjalan-jalan sekaligus menurunkan berat badannya yang kini kembali seperti
Saga frustrasi, mengacak semua yang berada di kamar hingga buat kamarnya jadi berantakan. Semua bagian dari kamar tak ada yang luput dari perbuatannya mencari surat dari Reres. jadi menyesal sekali tak langsung membaca surat tersebut. Saga kini terduduk di lantai, merutuki kebodohan yang ia lakukan. Kenapa menunda membaca surat itu? Kenapa tak segera membacanya? Juga pertanyaan lain yang membuatnya menyesal sekali. Sementara Aira menatap dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada amarah, kecewa, cemburu entah apa yang ia rasakan. Hanya menatap Saga di sudut kamar, berdiri sambil melipat tangannya di depan dada. "Udah bikin keributannya?" tanya Aira.Saga melirik Aira, kemudian menatap Aira dengan tatapan kesal. "Kamu kan yang bawa surat itu?""Surat apa sih?!" tanya Aira lagi karena terus saja disalahkan. "Surat dari Reres? Sampai segitunya.'Saga berdiri, kemudian dengan cepat menghampiri Aira. "Di mana?" tanya Saga menekankan."Aku enggak tau," jawab Aira lalu memalingkan wajahnya
Kak maaf ini babnya terbalik. harusnya ini dulu baru yang sebelumnya.aku salah post.. maaf banget. ***Malam ini Reres belum bisa tidur karena Uca tengah demam. Dan Reres tentu saja dengan telaten menjaga bah hatinya tersebut. Apalagi kalau demam seperti ini ia selalu berusaha untuk memberikan banyak ASI pada buah hatinya itu. Uca memang cukup sering sakit, entah apakan ini adalah salah satu pengaruh dari kelahirannya yang sempat henti jantung. Namun, apapun itu Reres hanya ingin yang terbaik untuk kesehatan buah hatinya,.Ia kini duduk sambil menyusui Uca, saat itu pintu di ketuk. Terdengar suara Mbok dai luar. "Masuk Mbok," kata Reres. Terlihat Mbok membuatkan teh di tumblr milik Reres. Sengaja Reres meminta, untuk memudahkan Mbok membawa jika membuatkan sesuatu. Selain itu, di tumblr posisinya lebih pas untuknya. Mbok berjalan masuk ke dalam, lalu meletakkan di atas nakas teh manis buatannya, lalu duduk di samping Reres. "Masih demam Neng?""Masih Mbok, tapi udah enggak separa
Saga melangkahkan kakinya menuju ke kantor. Pagi ini tak ada Haris di sana karena harus menemui rekanan. dan ada urusan untuk mengurus beberapa dokumen perpanjangan kontrak kerjasama. Jadi hari ini Saga terpaksa di kantor sendirian. Beruntung tak ada kegiatan yang membutuhkan bantuan Haris hari ini. Hanya sekitar 3 minggu lagi sebelum rapat direksi kembali dimulai. Namun agaknya Saga tak terlalu memikirkan tentang itu dan ia hanya menginginkan untuk fokus pada program yang tengah ia buat. Dirinya juga sudah siap jika suatu saat nanti atau pada saat rapat besok, para direksi ingin mengganti CEO dan pemilik chandramawa. Sapaan terdengar dari para karyawan, sesekali Saga menjawab salam tersebut sambil terus melangkahkan kakinya masuk menuju ruangannya. Sampai di depan ruangan langkahnya sedikit terhenti, ia terkejut melihat beberapa direksi yang menunggu tepat di depan ruangannya."Akhirnya kami bisa melihat pak Saga."Ada 8 direksi yang kini berdiri di depan ruangannya. Saga tahu kala
Saga beruntung karena segera ditemukan. Direksi mencarinya, kemudian menemukan ia pingsan di bawah tangga. Sehingga terjatuh dari tangga darurat, bagian tubuhnya terantuk oleh besi tangga beberapa kali. Dan itu menyebabkan beberapa tubuhnya memar, tangan kirinya patah, dan juga bagian panggulnya yang retak. Sehingga saat ini pria itu membutuhkan perawatan khusus di rumah sakit.Ia kini merebahkan tubuh, ditemani oleh Ayu, Nindi dan juga Aira sang istri. Tentu saja ketiganya sangat khawatir dengan keadaan Saga saat ini. Sementara pria itu hanya menatap nanar pada dinding. Tubuhnya mulai merasakan nyeri, akibat obat penghilang rasa sakit yang mulai berkurang efeknya. Aira yang paling terlihat sedih. Dia bahkan menangis sejak tadi sampai saat ini."Keadaan kamu seperti ini bisa menyelamatkan kamu dari pemecatan direksi. Rapat besok jadi nggak perlu kamu datangi. Dan tentu saja ini alasannya tepat karena kamu saat ini sedang sakit." Ayu mengatakan itu. Tidurnya memang saat ini tak tepat m
Reres melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Biasanya memang ada pelanggan yang datang sore begini, umumnya memesan kembali dan mengambil brownies juga frozen food yang dibuat Reres. Namun, langkah kakinya terhenti ketika melihat seseorang yang kini berada di hadapanya. "Mbak Aira?" sapa Reres.Aira tersenyum, lalu mengulurkan tangannya. "Gimana kabar kamu Res?""Aku sehat. mbak sendiri?" tanya Reres. "Silahkan duduk Mbak,' ucap Reres lagi mempersilahkan.Aira kemudian segera duduk di kursi. Ia memerhatikan rumah Reres yang cukup besar. "Aku senang kamu bisa sukses kayak gini. Aku juga tahu kamu jual brownies dan juga frozen food."Jelas mendengar apa yang dikatakan Aira, menyiratkan kalau sepertinya selama ini wanita itu mengetahui apa yang ia lakukan. "Mbak Aira selama ini ngikutin saya ya?"Aira memilih untuk tak menjawab. Ia hanya tersenyum ke arah reres. Lagi bola sepertinya tanpa harus diberitahu juga sudah terlihat jelas. Karena dengan kehadirannya di rumah ini juga sebagai s
"Enggak, enggak akan ada kembali ke Jakarta. Si kembar enggak butuh ayah. Dan Saga enggak perlu tau tentang Uca dan Una. Mereka punya gue sebagai ibu yang bisa memenuhi semua," ucap Reres tegas menjawab apa yang dikatakan oleh Brian barusan. Brian hela napas, memang Reres cukup keras kepala dalam hal ini. Salah satu yang menyebabkan keras kepalanya adalah, ia takut jika si kembar diambil oleh Nindi atau Ayu atau Saga yang tak akan melepaskannya Melihat sikap Saga dan juga kedatangan Aira ke rumahnya malam ini, menunjukkan kalau Saga sepertinya belum melupakan drinya. Reres tak ingin jadi perusak rumah tangga Saga. Aira terlihat begitu mencintai sahabatnya itu. Reres berpikir kalau Saga hanya butuh waktu sebentar lagi untuk bisa menerima Aira. "Keras kepalan lo sumpah,' ucap Brian."Biarin,' sahut Reres kemudian duduk kembali mendekati kedua putrinya. Brian berjalan mendekat lalu duduk di samping Reres masih mencoba mengatakan apa yang ia pikirkan pada sahabatnya itu. "Lihat tadi an
Pagi ini semua yang ada di rumah resah. Ayu, Nindi, dan juga Aira. Nindi dan Ayu sudah berusaha untuk membujuk para direksi yang biasa mendukung Saga. Namun, apa yang mereka usahakan sia-sia. Tak ada direksi yang bisa mempercayai dengan apa yang dikatakan oleh Nindi. Mereka lebih mempercayai tentang isu yang beredar bahwa Saga memiliki sedang tak sehat mentalnya dan tak akan bisa untuk memimpin perusahaan. Tentu saja saat ini itu membuat semua jadi bingung dengan apa yang harus mereka lakukan. Apalagi sepertinya Saga jadi semakin tak ingin untuk bertahan di perusahaan. Mereka sudah banyak menghubungi direksi dan juga yang lain. Dan rasanya tak akan ada harapan untuk Saga."Jadi gimana keputusan ibu?" Nindi bertanya kepada Ibu mertuanya."Kita buat Aira saja yang jadi penggantinya Saga. Kita ajukan Aira," jawab Ayu kepada menantunya itu.Sementara mendengar apa yang dikatakan oleh Ayu, membuat Aira merasa terkejut. Tentu saja ia tak mau seperti itu. "Kenapa aku?" "Sementara kamu yang
"Mas Haris?" Reres kemudian berjalan mendekat. "Katanya mau ke sini kemarin?""Masih ada beberapa yang harus diurus. Kamu tahu kan kalau semua itu nggak segampang itu." Haris berujar menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Reres.Kemudian reres mengajak Haris untuk berjalan-jalan di depan rumah. Lokasi yang dipilih Reres memang cukup asri. Keluar dari rumah itu langsung dihadapkan dengan sawah dan juga bangunan-bangunan rumah yang masih terkesan begitu tradisional. Nuansa etik begitu kental, namun di bagian belakang rumah yang menjadi toko brownies, memiliki penampilan yang lebih modern. Itulah alasan mengapa Reres memilih tinggal di lokasi itu.Keduanya berjalan keluar bersama si kembar. Haris mendorong stroller yang digunakan oleh Uca dan Una. Kebetulan juga keduanya begitu senang ketika diajak berjalan keluar rumah. Sejak tadi keduanya juga terlihat senang berinteraksi dengan Haris. Mereka sampai di sebuah taman, biasanya Reres memang suka duduk di sana bersama Brian menikmati sor
Reres dan juga Saga kini berada di dalam bioskop. Sengaja Reres memesan film horor karena tau Saga pasti akan merasa ketakutan. Saga sejak tadi sudah hela napasnya berkali-kali, padahal lampu dalam ruangan saja belum dimatikan. Reres melirik dan tersenyum jahil."Takut pasti kamu kan?" tanya Reres."Jangan aneh-aneh kamu, mana ada aku takut nonton ginian doang." Saga protes karena tak mau merasa diremehkan. "Kamu tuh enggak ada apa-apanya sama Mas Ha--" Ucapan reres terputus, belum sempat ia selesai mengatakan nama Haris, Saga udah membungkam bibir wanita itu dengan bibirnya. Saga menatap dengan serius, lalu menghapus bibir Reres yang basah karena ulahnya."Setiap kamu sebut nama Haris aku cium kamu." Saga mengancam. Lalu dengan cepat Reres menutup bibirnya dengan tangan sambil terus menyebutkan nama Haris. "Saga kalah sama Mas Haris, Saga cemen," ledek Reres sambil terus menutup mulutnya. Saga jadi kesal karena dia jelas tak bisa melwan dalam situasi seperti ini. Saga masih menat
Reres mendadak jadi pusing sekali karena kelakuan nenen Ayu dan Aira tadi. Bahkan Aira mengatakan akan membiarkan Reres kembali setelah memberikan salah satu buah hatinya dan jelas Reres tak akan melakukan itu. Baginya si kembar adalah hal yang paling ia sayangi melebihi dari dirinya sendiri. Dan tentu saja Reres tak akan memberikannya. Ia merebahkan diri dan merencanakan sesuatu. Harus bisa keluar dari rumah ini apapun caranya. Saat itu ponselnya berdering. Reres segera menerimanya. "Halo, Mbak Lauren?""Hai, Res, nomor kamu akhirnya aktif ya? Long time no see. Ketemuan yuk, mau lihat anaknya Saga aku. Saga bilang anaknya cantik-cantik. Mumpung lagi di Indo aku.""Loh memang Mbak Lauren di mana sekarang?""Sekarang di Indo, aku harus balik ke Singapore. Ikut kerja suami. BTW, apa kabar?""Sehat Mbak, Kamu gimana mbak?""Sehat juga, makanya mau ketemu sama kamu. Siapa tau ketularan terus aku punya baby juga. Gimana? Aku jemput deh.""Boleh Mbak,tapi aku ngajak temen ya, karena engg
Reres tengah menyuapi si kembar saat pagi ini Saga melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar gadis itu. Reres menatap tanpa senyum, sementara Saga berusaha tersenyum dan melupakan kekesalannya kemarin. Ia berjalam mendkeat lalu duduk di samping Rere. Yang ia lakukan adalah segera menyapa kedua putri kecilnya. Dan mencoba menyuapi Una sementara Uca dibiarkan makan sendiri karena lebih siap untuk metode itu. "Uca memang makan sendiri ya Love?" tanya Saga.Reres anggukan kepala, "Udah lebih siap dan lebih lahap kalau makan sendiri." Reres menjawab seraya memerhatikan Saga yang menyuapi Una. Keduanya benar-benar mirip dan memang acap kali menatap Una reres selalu teringat Saga. Bahkan sama-sama sulit tersenyum. Saga menoleh menatap Reres yang tak mengalihkan tatapannya. Saga mengusap wajah Reres, "Capek ya kamu?"Reres gelengkan kepala, lalu kembali menatap pada Uca. Saga tau Reres masih marah dan ia akan terima itu karena memang ia sudah memutuskan akan membatasi ruang temu Reres dan H
Reres berada di kamar bersama Brian, setelah tadi adu diam bersama Saga. Saga ada di kamar, tapi ia hanay sibuk dengan si kembar. Bermain bersama kedua buah hatinya itu. Saga memilih untuk mengacuhkan Reres. Karena merasa kesal, Reres memilih untuk keluar bersama dengan Haris. Keduanya sama -sama keras kepala, batu dan bat yang saking diadu kemudian akan hancur. Dan Reres sadar sekali hal itu, mereka terlalu keras kepala dengan keinginan masing-masing dan pada akhirnya akan menyakiti satu sama lain. Brian mengerti itu, melihat Reres selama ini sudah keras kepala sekali, kemudian ia bertemu dengan Saga yang ternyata sama saja. Meskipun ia menyayangi Reres dan bahkan sudah bersama Reres sejak lama sekali. Saga tetap tak bisa menekan rasa egoisnya. Intinya keduanya sama saja. Sama-sama keras dan buat orang -orang yang ada di sekitar mereka jadi pusing sendiri. "Gue capek di sini, sama semua tekanan yang Saga kasih Bri," ucap Reres.'Terus lo mau gimana?""Kita pindah, gue ada rencana s
Saga baru saja kembali dari rumah sakit. Yang menjadi tujuan utamanya adalah Reres dan si kembar. Dokter mengatakan kalau kondisinya sudah lebih baik. Dan dikatakan juga kalau ia sudah bisa melakukan rutinitas seperti biasanya. Hanya saja, masih belum bisa mengangkat benda-benda berat. Kehadiran wanita yang ia cintai dan juga kedua buah hatinya agaknya menjadi salah satu penyembuh bagi Saga.Si pucat melanggarkan kakinya masuk ke dalam rumah bersama Aira. Sementara akhirnya memilih berjalan menuju kamar karena ingin beristirahat pria itu memilih untuk segera menghampiri Reres dan juga kedua putrinya. Saga kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar Reres. Ia cukup terkejut, hanya menemukan Brian yang kini tengah merebahkan tubuhnya sambil membaca artikel dari ponsel. Saga kemudian berjalan mendekat dan duduk di samping Brian. "Reres sama si kembar?" Pria itu bertanya pada Brian."Tadi pergi sama Haris, mau ke rumahnya Haris ketemu sama ibunya." Brian menjawab dengan cuek. Ia tak terla
Pagi ini si kembar sudah berpakaian dengan tema rabbit. Keduanya berpakaian seperti itu karena Brian yang baru saja membeli pakaian itu untuk keponakan kembarnya. Saat pertemuan dengan teman-temannya kemarin sengaja mampir ke sebuah toko pakaian anak dan Brian membeli untuk si kembar.Hari ini akan datang ke rumah Haris seperti janji yang sudah Reres katakan kepada pria itu. Hari ini ia berdandan dengan rapi. Karena sudah cukup lama tidak bepergian, sedikit canggung saat kembali harus merias diri. Saat sedang memoleskan make up, Brian berjalan masuk ke dalam kamar. Pria itu menatap kepada Reres dan ia benar-benar baru kali ini melihat sahabatnya itu merias diri. Biasanya di Bali, sama sekali tak pernah memoles wajahnya. Ia biarkan dirinya natural mungkin dengan kata lain sebenarnya Reres malas untuk melakukan itu."Waduh, Ibu make up nih. Kalau di Bali, muka dibiarin kucel en dekil. Kalau di Jakarta bentar-bentar tancap bedak." Brian meledek reres. Kemudian Ia mendapatkan sebuah hadia
Reres malam ini bersama Brian di kamar menjaga si kembar. Seperti malam-malam biasanya mereka sering sekali bercerita dan bertukar pikiran. Reres ingin memberitahukan kepada Brian perihal tentang Haris yang mengajaknya untuk menemui sang ibu. Reres sebenarnya sedikit takut untuk besok bertemu dengan Ais. Sejujurnya dia bisa merasakan kalau Haris masih menyimpan perasaan padanya. Dan itu membuat Reres takut, dirinya takut kalau Haris masih berharap padanya. Reres tak ingin memberi harapan kepada Haris dan Ia juga tak bisa memberi harapan kepada Saga. Karena sejujurnya sampai saat ini belum ada seorangpun yang menempati hatinya lagi."Dan besok gua udah setuju untuk datang ke rumahnya Mas Haris bawa si kembar." Brian menganggukan kepalanya mengerti. Rasanya sulit juga bagi Reres untuk menolak, karena dulu ia sudah sempat berjanji untuk menemui Ibu dari Haris. "Kalau menurut gue sih, nggak ada salahnya Lo ketemu. Ya ketemu aja, anggap aja lagi silaturahmi sama keluarganya teman. Anggap
Aira melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah kedua orang tuanya. senyuman tersungging di bibirnya akibat merasa bahagia, arena pagi tadi Saga begitu baik padanya. Dan memperlakukannya dengan hangat. Meski dalam dirinya sadar betul kalau apa yang dilakukan Saga saat itu adalah karena kehadiran Reres, dan karena ia yang mau memanggilku Reres untuk bisa datang ke rumah. Di ruang tengah sang ayah kini tengah membaca artikel dari ponsel. Akhirnya berjalan mendekat kemudian duduk di samping Hartanto. Wanita itu kemudian memeluk dan mencium sang ayah."Kamu sehat kan di sana nak?" Hartanto bertanya tentang kondisi anaknya selama berada di rumah sang suami.Aira menganggukkan kepalan sambil tangannya merangkul leher sang ayah. Ia memang terkenal sangat manja pada Hartanto. Tentu saja itu karena Aira merupakan anak satu-satunya dari keluarga itu. Dan sang ayah juga selalu memanjakan putrinya. "Aku sehat, Saga juga perlahan pulih." Aira menjawab pertanyaan sang ayah. "Mami ke mana Pi?" "Ka