Kak maaf ini babnya terbalik. harusnya ini dulu baru yang sebelumnya.aku salah post.. maaf banget. ***Malam ini Reres belum bisa tidur karena Uca tengah demam. Dan Reres tentu saja dengan telaten menjaga bah hatinya tersebut. Apalagi kalau demam seperti ini ia selalu berusaha untuk memberikan banyak ASI pada buah hatinya itu. Uca memang cukup sering sakit, entah apakan ini adalah salah satu pengaruh dari kelahirannya yang sempat henti jantung. Namun, apapun itu Reres hanya ingin yang terbaik untuk kesehatan buah hatinya,.Ia kini duduk sambil menyusui Uca, saat itu pintu di ketuk. Terdengar suara Mbok dai luar. "Masuk Mbok," kata Reres. Terlihat Mbok membuatkan teh di tumblr milik Reres. Sengaja Reres meminta, untuk memudahkan Mbok membawa jika membuatkan sesuatu. Selain itu, di tumblr posisinya lebih pas untuknya. Mbok berjalan masuk ke dalam, lalu meletakkan di atas nakas teh manis buatannya, lalu duduk di samping Reres. "Masih demam Neng?""Masih Mbok, tapi udah enggak separa
Saga melangkahkan kakinya menuju ke kantor. Pagi ini tak ada Haris di sana karena harus menemui rekanan. dan ada urusan untuk mengurus beberapa dokumen perpanjangan kontrak kerjasama. Jadi hari ini Saga terpaksa di kantor sendirian. Beruntung tak ada kegiatan yang membutuhkan bantuan Haris hari ini. Hanya sekitar 3 minggu lagi sebelum rapat direksi kembali dimulai. Namun agaknya Saga tak terlalu memikirkan tentang itu dan ia hanya menginginkan untuk fokus pada program yang tengah ia buat. Dirinya juga sudah siap jika suatu saat nanti atau pada saat rapat besok, para direksi ingin mengganti CEO dan pemilik chandramawa. Sapaan terdengar dari para karyawan, sesekali Saga menjawab salam tersebut sambil terus melangkahkan kakinya masuk menuju ruangannya. Sampai di depan ruangan langkahnya sedikit terhenti, ia terkejut melihat beberapa direksi yang menunggu tepat di depan ruangannya."Akhirnya kami bisa melihat pak Saga."Ada 8 direksi yang kini berdiri di depan ruangannya. Saga tahu kala
Saga beruntung karena segera ditemukan. Direksi mencarinya, kemudian menemukan ia pingsan di bawah tangga. Sehingga terjatuh dari tangga darurat, bagian tubuhnya terantuk oleh besi tangga beberapa kali. Dan itu menyebabkan beberapa tubuhnya memar, tangan kirinya patah, dan juga bagian panggulnya yang retak. Sehingga saat ini pria itu membutuhkan perawatan khusus di rumah sakit.Ia kini merebahkan tubuh, ditemani oleh Ayu, Nindi dan juga Aira sang istri. Tentu saja ketiganya sangat khawatir dengan keadaan Saga saat ini. Sementara pria itu hanya menatap nanar pada dinding. Tubuhnya mulai merasakan nyeri, akibat obat penghilang rasa sakit yang mulai berkurang efeknya. Aira yang paling terlihat sedih. Dia bahkan menangis sejak tadi sampai saat ini."Keadaan kamu seperti ini bisa menyelamatkan kamu dari pemecatan direksi. Rapat besok jadi nggak perlu kamu datangi. Dan tentu saja ini alasannya tepat karena kamu saat ini sedang sakit." Ayu mengatakan itu. Tidurnya memang saat ini tak tepat m
Reres melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Biasanya memang ada pelanggan yang datang sore begini, umumnya memesan kembali dan mengambil brownies juga frozen food yang dibuat Reres. Namun, langkah kakinya terhenti ketika melihat seseorang yang kini berada di hadapanya. "Mbak Aira?" sapa Reres.Aira tersenyum, lalu mengulurkan tangannya. "Gimana kabar kamu Res?""Aku sehat. mbak sendiri?" tanya Reres. "Silahkan duduk Mbak,' ucap Reres lagi mempersilahkan.Aira kemudian segera duduk di kursi. Ia memerhatikan rumah Reres yang cukup besar. "Aku senang kamu bisa sukses kayak gini. Aku juga tahu kamu jual brownies dan juga frozen food."Jelas mendengar apa yang dikatakan Aira, menyiratkan kalau sepertinya selama ini wanita itu mengetahui apa yang ia lakukan. "Mbak Aira selama ini ngikutin saya ya?"Aira memilih untuk tak menjawab. Ia hanya tersenyum ke arah reres. Lagi bola sepertinya tanpa harus diberitahu juga sudah terlihat jelas. Karena dengan kehadirannya di rumah ini juga sebagai s
"Enggak, enggak akan ada kembali ke Jakarta. Si kembar enggak butuh ayah. Dan Saga enggak perlu tau tentang Uca dan Una. Mereka punya gue sebagai ibu yang bisa memenuhi semua," ucap Reres tegas menjawab apa yang dikatakan oleh Brian barusan. Brian hela napas, memang Reres cukup keras kepala dalam hal ini. Salah satu yang menyebabkan keras kepalanya adalah, ia takut jika si kembar diambil oleh Nindi atau Ayu atau Saga yang tak akan melepaskannya Melihat sikap Saga dan juga kedatangan Aira ke rumahnya malam ini, menunjukkan kalau Saga sepertinya belum melupakan drinya. Reres tak ingin jadi perusak rumah tangga Saga. Aira terlihat begitu mencintai sahabatnya itu. Reres berpikir kalau Saga hanya butuh waktu sebentar lagi untuk bisa menerima Aira. "Keras kepalan lo sumpah,' ucap Brian."Biarin,' sahut Reres kemudian duduk kembali mendekati kedua putrinya. Brian berjalan mendekat lalu duduk di samping Reres masih mencoba mengatakan apa yang ia pikirkan pada sahabatnya itu. "Lihat tadi an
Pagi ini semua yang ada di rumah resah. Ayu, Nindi, dan juga Aira. Nindi dan Ayu sudah berusaha untuk membujuk para direksi yang biasa mendukung Saga. Namun, apa yang mereka usahakan sia-sia. Tak ada direksi yang bisa mempercayai dengan apa yang dikatakan oleh Nindi. Mereka lebih mempercayai tentang isu yang beredar bahwa Saga memiliki sedang tak sehat mentalnya dan tak akan bisa untuk memimpin perusahaan. Tentu saja saat ini itu membuat semua jadi bingung dengan apa yang harus mereka lakukan. Apalagi sepertinya Saga jadi semakin tak ingin untuk bertahan di perusahaan. Mereka sudah banyak menghubungi direksi dan juga yang lain. Dan rasanya tak akan ada harapan untuk Saga."Jadi gimana keputusan ibu?" Nindi bertanya kepada Ibu mertuanya."Kita buat Aira saja yang jadi penggantinya Saga. Kita ajukan Aira," jawab Ayu kepada menantunya itu.Sementara mendengar apa yang dikatakan oleh Ayu, membuat Aira merasa terkejut. Tentu saja ia tak mau seperti itu. "Kenapa aku?" "Sementara kamu yang
Sejak kedatangan Aira sore tadi, malam ini Reres jadi gelisah sendiri. Dalam hati peduli sekali dengan kondisi Saga saat ini. Hanya saja, banyak yang menjadi pertimbangannya. Ia tau bagaimana kalau Saga tengah mengalami kecemasan. Membayangkan itu membuat hatinya terasa ngilu sekali. Reres tak bisa tidur kemudian memutuskan untuk berjalan ke luar kamar. Melihat Brian yang tengah menonton televisi tengah malam begini. Ia melirik ke arah Reres, lalu kembali menonton televisi seolah tak ada apapun. Padahal, saat menatap Reres tadi wajahnya julid sekali. "Enggak bisa tidur ibu?" tanyanya yang terdengar seperti sebuah sindiran. Reres sudah biasa diperlakukan seperti itu oleh Brian dalam banyak hal. Sudah terbiasa dengan sikap menyebalkan Brian. Ia lalu berjalan dan duduk di samping Brian. "Kalau peduli itu samperin," ucap Brian.Reres dengan keras memukul bahu Brian. "Berisik," kesal Reres.Reres kemudian kembali ke kamar untuk beristirahat dengan kedua buah hatinya. Namun, meskipun de
Reres merapikan pakaian dan juga rambut Saga. Saga tak tau bagaimana harus mengungkapkan apa yang ia rasakan saat ini. Sejak tadi bahagia sekali, terus tatap Reres seolah takut, kalau ini adalah mimpi dan kemudian wanita itu akan menghilang. Sementara Reres sejak tadi berusaha mengalihkan atapan matanya dari Saga. "Res," panggil Saga."Hmm?"Saga hela napas, lalu tersenyum. "Reres?"Reres menatap ke arah Saga, "Apa Saga?""Ah, aku denger suara ini lagi," ucap Saga. Kebahagian yang tak terhingga hingga buat ia mulai gila rasanya. "Jangan pergi ya? Stay di sini?" tanya Saga.Reres tak menjawab, kini merapikan kemeja dan dasi Saga, Bahkan Reres tak ingin menatap mata Saga meski kini mereka dekat sekali. Reres tak bisa menjanjikan banyak. Perjanjiannya dengan Aira adalah ia bisa kembali ke kehidupannya setelah Saga kembali memimpin perusahaan dengan baik. "Udah rapi, nanti rapat jam sepuluh. Sarapan dulu ya, nanti berangkat jam setengah sepuluh. Harus lebih banyak rest di tempa tidur.