Reres berjalan masuk ke dalam kamar dan ia menemukan Uca yang kini tengah tertidur di pangkuan Haris. Haris dengan telaten menepuk-nepuk bokong bayi kecil itu. Sementara Brian sedang bermain ponsel dan Mbok yang sudah terlelap. Reres berjalan mendekat, sebelumnya menyerahkan Una pada Brian yang sedikit terkejut karena Reres dengan tiba-tiba meletakan Una di atas perutnya. "Haish, bilang-bilang kek" ucap Brian awalnya wajahnya menatap kesal pada Reres, lalu setelah melihat ke arah Una raut wajah Brian segera berubah menjadi manis sekali.Haris hanya tersenyum saja, ia lalu meletakan telunjuknya di atas bibir. Takut kalau kedatangan Reres membangunkan si cantik. Hanya saja Reres tau kalau dirinya yang memindahkan Uca tak akan terbangun. "Uca tau aja sama om ganteng," kata Brian. "Dari tadi nempel terus, Om Brian-nya di lupain," lanjut Brian saat Reres memindahkan bayi kecilnya itu ke tempat tidur."Lo kalah cakep soalnya," sahut Reres. Reres lalu duduk di samping Haris. Haris memerha
Pagi ini Aira sudah terbangun dan bersiap untu berangkat ke rumah orang tuanya. Biasanya memang ia mengunjungi ayah dan ibunya itu satu bulan sekali. Saga juga biasanya ikut, hanya saja karena ia tengah sakit, jadi Saga terpaksa tinggal di rumah. Tentu saja kedua orang tau Aira mengerti dengan keadaan Saga yang tak mungkin memaksakan diri untuk menemui mertuanya itu.Saga kini tengah membaca artikel dari ponsel, duduk dengan menyandarkan dirinya ke sandaran kasur. Sejak tadi sebenarnya ia ingin berbicara dengan Aira. Hanya saja masih merasa malu dan enggan. Kemarin Reres memintanya untuk bersikap baik pada Aira, karena Aira yang meminta Reres untuk kembali. Jika tak ada Aira, tak mungkin Saga bisa bertemu dengan Reres dan juga buah hatinya. Saga berdeham. "Hmm, Ra?"Aira menoleh paa sang suami. "Hmm? Kamu butuh sesuatu?' tanya Aira takut kalau suaminya itu membutuhkan sesuatu. "Enggak, aku cuma mau bilang makasih." Saga mengatakan dengan lembut. Sejujurnya, ini adalah pertama kal
Haris kini berada di rumah untuk menghabiskan waktu liburnya. Waktu libur kali ini lebih tenang, karena ia tak mencemaskan Reres. Ais memang kini berada di Jakarta. Apalagi Hana, anak bungsunya kini kuliah di salah satu universitas negeri. Mereka kini tinggal di bersama dengan Haris. Hal itu membuat Haris tak perlu bolak-balik ke Bandung lagi, karena keluarganya sudah berkumpul bersama. Ais kini tengah menyiapkan sarapan. Di meja sudah ada nasi goreng buatannya. Dan kini ia tengah menggoreng nugget untuk Haris. Makanan favorit Haris sejak mengenal Reres adalah nasi goreng dan nugget. Karena menu itu yang hampir selalu dibawa Reres untuknya di kantor. Ais memerhatikan si sulung yang kini tengah menatap ponselnya dengan senyum yang terus terulas di bibirnya. "Kenapa kamu belakangan kelihatan seneng banget?""Bu, Haris mau ngomong serius sama ibu." Haris membuka pembicaraan pagi di antara dirinya dan juga Ais.Ais menatap dengan serius, terakhir kali putranya berbicara seperti ini
Aira melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah kedua orang tuanya. senyuman tersungging di bibirnya akibat merasa bahagia, arena pagi tadi Saga begitu baik padanya. Dan memperlakukannya dengan hangat. Meski dalam dirinya sadar betul kalau apa yang dilakukan Saga saat itu adalah karena kehadiran Reres, dan karena ia yang mau memanggilku Reres untuk bisa datang ke rumah. Di ruang tengah sang ayah kini tengah membaca artikel dari ponsel. Akhirnya berjalan mendekat kemudian duduk di samping Hartanto. Wanita itu kemudian memeluk dan mencium sang ayah."Kamu sehat kan di sana nak?" Hartanto bertanya tentang kondisi anaknya selama berada di rumah sang suami.Aira menganggukkan kepalan sambil tangannya merangkul leher sang ayah. Ia memang terkenal sangat manja pada Hartanto. Tentu saja itu karena Aira merupakan anak satu-satunya dari keluarga itu. Dan sang ayah juga selalu memanjakan putrinya. "Aku sehat, Saga juga perlahan pulih." Aira menjawab pertanyaan sang ayah. "Mami ke mana Pi?" "Ka
Reres malam ini bersama Brian di kamar menjaga si kembar. Seperti malam-malam biasanya mereka sering sekali bercerita dan bertukar pikiran. Reres ingin memberitahukan kepada Brian perihal tentang Haris yang mengajaknya untuk menemui sang ibu. Reres sebenarnya sedikit takut untuk besok bertemu dengan Ais. Sejujurnya dia bisa merasakan kalau Haris masih menyimpan perasaan padanya. Dan itu membuat Reres takut, dirinya takut kalau Haris masih berharap padanya. Reres tak ingin memberi harapan kepada Haris dan Ia juga tak bisa memberi harapan kepada Saga. Karena sejujurnya sampai saat ini belum ada seorangpun yang menempati hatinya lagi."Dan besok gua udah setuju untuk datang ke rumahnya Mas Haris bawa si kembar." Brian menganggukan kepalanya mengerti. Rasanya sulit juga bagi Reres untuk menolak, karena dulu ia sudah sempat berjanji untuk menemui Ibu dari Haris. "Kalau menurut gue sih, nggak ada salahnya Lo ketemu. Ya ketemu aja, anggap aja lagi silaturahmi sama keluarganya teman. Anggap
Pagi ini si kembar sudah berpakaian dengan tema rabbit. Keduanya berpakaian seperti itu karena Brian yang baru saja membeli pakaian itu untuk keponakan kembarnya. Saat pertemuan dengan teman-temannya kemarin sengaja mampir ke sebuah toko pakaian anak dan Brian membeli untuk si kembar.Hari ini akan datang ke rumah Haris seperti janji yang sudah Reres katakan kepada pria itu. Hari ini ia berdandan dengan rapi. Karena sudah cukup lama tidak bepergian, sedikit canggung saat kembali harus merias diri. Saat sedang memoleskan make up, Brian berjalan masuk ke dalam kamar. Pria itu menatap kepada Reres dan ia benar-benar baru kali ini melihat sahabatnya itu merias diri. Biasanya di Bali, sama sekali tak pernah memoles wajahnya. Ia biarkan dirinya natural mungkin dengan kata lain sebenarnya Reres malas untuk melakukan itu."Waduh, Ibu make up nih. Kalau di Bali, muka dibiarin kucel en dekil. Kalau di Jakarta bentar-bentar tancap bedak." Brian meledek reres. Kemudian Ia mendapatkan sebuah hadia
Saga baru saja kembali dari rumah sakit. Yang menjadi tujuan utamanya adalah Reres dan si kembar. Dokter mengatakan kalau kondisinya sudah lebih baik. Dan dikatakan juga kalau ia sudah bisa melakukan rutinitas seperti biasanya. Hanya saja, masih belum bisa mengangkat benda-benda berat. Kehadiran wanita yang ia cintai dan juga kedua buah hatinya agaknya menjadi salah satu penyembuh bagi Saga.Si pucat melanggarkan kakinya masuk ke dalam rumah bersama Aira. Sementara akhirnya memilih berjalan menuju kamar karena ingin beristirahat pria itu memilih untuk segera menghampiri Reres dan juga kedua putrinya. Saga kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar Reres. Ia cukup terkejut, hanya menemukan Brian yang kini tengah merebahkan tubuhnya sambil membaca artikel dari ponsel. Saga kemudian berjalan mendekat dan duduk di samping Brian. "Reres sama si kembar?" Pria itu bertanya pada Brian."Tadi pergi sama Haris, mau ke rumahnya Haris ketemu sama ibunya." Brian menjawab dengan cuek. Ia tak terla
Reres berada di kamar bersama Brian, setelah tadi adu diam bersama Saga. Saga ada di kamar, tapi ia hanay sibuk dengan si kembar. Bermain bersama kedua buah hatinya itu. Saga memilih untuk mengacuhkan Reres. Karena merasa kesal, Reres memilih untuk keluar bersama dengan Haris. Keduanya sama -sama keras kepala, batu dan bat yang saking diadu kemudian akan hancur. Dan Reres sadar sekali hal itu, mereka terlalu keras kepala dengan keinginan masing-masing dan pada akhirnya akan menyakiti satu sama lain. Brian mengerti itu, melihat Reres selama ini sudah keras kepala sekali, kemudian ia bertemu dengan Saga yang ternyata sama saja. Meskipun ia menyayangi Reres dan bahkan sudah bersama Reres sejak lama sekali. Saga tetap tak bisa menekan rasa egoisnya. Intinya keduanya sama saja. Sama-sama keras dan buat orang -orang yang ada di sekitar mereka jadi pusing sendiri. "Gue capek di sini, sama semua tekanan yang Saga kasih Bri," ucap Reres.'Terus lo mau gimana?""Kita pindah, gue ada rencana s