“Kamu kenapa menangis?” tanya Aini lembut kepada suaminya.“Aku ... Aku sudah menghianatimu, Aini. Aku...Aku....”“Sssttt....”Aini menempelkan jari telunjuk di bibir suaminya. “Jangan pernah berkata seperti itu. Ini semua untuk kebahagiaanmu, Mas. Aku enggak apa-apa. Jadi jangan pernah cemaskan Aku.”“Tapi Aini. Aku sudah....”“Cukup Mas. Sekarang Kamu mandi dan Aku tunggu di bawah ya. Kamu belum makan’kan?”“Iya.”“Sini Aku bantu buka baju Kamu, ya.” Aini melepas kancing kemeja suaminya seperti kebiasaannya. Namun baru satu kancing yang dilepas, Erlangga teringat akan bekas lipstik di krah kemejanya. Pria itu langsung menghentikan tangan istrinya.“Cukup Aini. Aku bisa sendiri.”“Ya sudah. Aku tunggu di bawah, ya. Bunga. Tolong siapkan baju untuk suamimu, ya!” Aini menatap Bunga dengan wajah cerah. Ia terlihat begitu bahagia.“I-iya, Tante,” jawab Bunga tanpa melihat ke arah Aini. Ia memilih untuk berpura-pura sibuk mencari baju sampai Aini keluar dari kamar. Ia merasa sangat bersala
Read more