Tak seperti biasanya Erlangga betah berlama-lama di dapur. Pria itu berdiri di dekat jendela yang terbuka dan menatap ke arah luar di mana Bunga sedang membantu mbok Darmi mencuci pakaian.Erlangga tak bosan-bosannya menatap gadis impiannya itu. Getaran dan gejolak dalam dadanya begitu kuat saat Ia melihat istri ketiganya itu. Matanya nyaris tak berkedip menatap istrinya yang mengenakan daster berlengan pendek di atas lutut dengan belahan kerah rendah. Ia sengaja berdiri di dekat jendela dapur supaya tak terlihat oleh Bunga.Tanpa sepengetahuan Erlangga, Martha terus memperhatikan gerak geriknya sedari tadi. Karena asyik menatap Bunga, Erlangga tak menyadari keberadaan istri keduanya itu. Martha mengarahkan pandangannya ke luar sebentar dan kembali memperhatikan suaminya. Ada yang aneh dengan suaminya. Tatapan mata penuh cinta itu tak pernah tertuju kepadanya, seperti saat ini.Tatapan yang bermakna penuh cinta dan harapan. Dan kini tatapan mata itu mengarah kepada Bunga.“Benarkah
Erlangga mematung di ruang kerjanya. Ia tahu ini sangat menyakitkan bagi Martha. Tapi Erlangga juga tidak bisa berbohong kepada dirinya sendiri, cintanya memang belum bisa tumbuh terhadap Martha.Pria bekacamata itu tak bisa mengingkarinya, bukan karena Martha sakit, tapi memang cintanya yang tak mau tumbuh di dalam dadanya walaupun Martha sudah memupuknya dengan baik. Martha sudah berusaha menjadi istri yang sempurna dan mengurus segala keperluannya dengan baik.Cinta Erlangga saat ini berlabuh kepada istri ketiganya. Bukan karena dia masih muda dan cantik. Erlangga juga tak mengerti alasannya kenapa cintanya dengan mudah tumbuh dan berkembang kepada Bunga bukan kepada Martha.Terasa pusing memikirkan ini semua. Sejenak Ia memejamkan mata dan menyandarkan tubuhnya pada kursi kerjanya. Ia ingin menghilangkan bayang-bayang Bunga yang terus menari di pelupuk matanya dan memenuhi memory otaknya.***Erlangga sedang menikmati hidangan pagi. Namun istri ketiganya tak nampak di sana hingga
“Tante, apa boleh Bunga menemui Rico?”“Kamu ijin dulu sama Mas Erlangga ya. bagaimanapun Dia sudah jadi suamimu,” Jawab Aini dengan tersenyum.“Tante, bisa minta tolong anterin gak?” Bunga penuh keraguan.“Kamu sendiri aja, gak usah takut. Dia ada di ruang kerjanya.”“I ... iya.”Bunga bangkit dan berjalan ke ruang kerja suaminya. Ia berdiri di depan pintu, tapi ragu untuk mengetuk pintu. Berkali-kali Ia hendak mengetuk pintu dan mengurungkannya. Bunga mengusap peluh di dahinya. Akhirnya Ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu.Tok tok tok.“Masuk!” terdengar sahutan dari dalam.Bunga lalu membuka pintu.“Aku sudah bilang aku tidak mau diganggu!” Erlangga duduk di kursi kerjanya dan memunggungi Bunga.“Bunga cuma mau minta ijin!” Saat mendengar suara Bunga, seketika itu Erlangga memutar kursi dan dengan wajah berbinar menatap wajah istri barunya itu. “Bunga, kau mendatangiku. Apa kau menginginkanku juga?”“Enggak. Bunga cuma mau minta ijin ketemu Rico.”“Sampai kapanpun Aku tidak
“Itu duit empat puluh juta cash untuk menebus Bunga. Nanti sisanya aku antar lagi kesini! Mulai saat ini, hubungan Lo sama Bunga end. Gak nyangka ngakunya orang kaya tapi hanya berani bayar recehan untuk gadis secantik Bunga. Sekarang aku akan membawa Bunga.” Ucap Rico kepada Erlangga seraya menarik lengan Bunga.Erlangga menghela nafas panjang. Dia begitu kesal mendengar perkataan Rico. Apalagi perbuatan lelaki itu yang dengan tidak sopan melemparkan amplop itu kepadanya.“Tunggu Rico.” Aini muncul dan memungut amplop yang terjatuh dan menyerahkan kembali kepada Rico.”Kami tidak pernah berniat menukar harga diri Bunga dengan uang receh seperti katamu. Kami menghargai Bunga dan menjunjung martabatnya dengan menjadikan Bunga sebagai istri yang sah dari Mas Erlangga. Tak pernah terbersit sedikitpun dalam pikiran kami untuk memaksanya dan mencampakkan setelahnya. Bunga punya hak dan kewajiban yang sama dengan kami. Semua terserah kepada Bunga, kalau Dia mau ikut bersamamu tidak apa-apa,
“Tolonglah, Bunga. Tinggallah di hatiku. Kita jalani bersama rumah tangga kita sampai salah satu dari kita tiada.”“Gak bisa Pak Er, tolong hargai keputusan Bunga.”“Baiklah. Kalau memang Rico yang kamu pilih, pergilah. Tapi tolong fikirkan kembali. Aku tidak akan menceraikanmu sampai kau benar-benar menentukan pilihanmu dengan perhitungan matang. Ijinkan aku memelukmu untuk yang terakhir kali.” Pinta Erlangga dengan penuh harap.Bunga tak mampu menolaknya. Ia mengangguk lalu memejamkan kedua matanya. Tanpa terasa kedua kelopak mata Bunga merebak. Dia tak mengerti apa ini artinya. Apakah Ia merasa kehilangan suaminya. Apakah itu artinya cintanya mulai tumbuh kepada pria angkuh ini. Entahlah Bunga tidak tahu, yang Ia rasakan hanya kehangatan dan kelembutan perlakuan suaminya.Tok tok tok. Suara ketukan pintu yang keras membuyarkan semuanya. Erlangga segera melepas dekapannya.“I love you, Sayang.” Erlangga membisikan kata indah di telinga Bunga, Ia lalu melangkah ke arah pintu dan me
Bunga duduk termenung di teras rumah. Sudah dua hari Ia pulang dari rumah suaminya. Ada rasa bersalah saat mengingatnya.Bunga teringat nasihat Ayah dan ibunya bahwa tempat seorang istri bersama suaminya bukan dengan pria lain. Ayah juga mengatakan kalau dirinya juga harus menerima resiko dan semua konsekuensi dari keputusannya, bukan malah lari bersama pria lain.Sebagai seorang wanita yang bersuami, tindakannya itu adalah dosa yang sangat besar. Bunga baru menyadari kebodohannya, dengan mudah Ia menerima ajakan Rico untuk keluar dari rumah suaminya.Rico, dada Bunga terasa sesak mengingat pria yang Ia cintai. Perjuangannya begitu besar untuk mendapatkan dirinya. Kini Ia rela meninggalkan kota ini menuju perkebunan milik keluarganya, demi uang tiga puluh juta untuk menutup kekurangan pembayaran bunga kepada Suryo yang telah dilunasi oleh suami Bunga.Tapi Rico menganggapnya sebagai hutang. Rico berfikir dengan membayar lunas kepada Erlangga, Bunga bisa terlepas dari suaminya.Masala
“Bunga? Be ... benarkah itu kamu? Ataukah hanya hayalanku saja?” Erlangga masih tak percaya.Martha memegang kedua bahu Bunga yang terus menundukan kepala. “Ini nyata, Erlangga. Bunga sudah kembali untukmu.”Erlangga beranjak dari tempat duduknya dan melangkah perlahan kearah istri ketiganya.Sedangkan Martha mundur perlahan.Erlangga menyentuh kedua pipi Bunga dan mengangkat sedikit wajahnya hingga mereka saling bertatapan. “Benarkah ini kamu, Bunga istriku. Kamu benar-benar kembali untukku, Sayang?” tatapan mata Erlangga penuh kerinduan.Bunga hanya bisa mengangguk. Iapun merasakan kerinduan yang sama.Erlangga menarik tubuh Bunga kedalam pelukannya. Dekapannya begitu erat seolah tak ingin berpisah lagi. Ia mencium bibir Bunga seolah lupa bahwa di situ ada istrinya yang lain juga.Bunga mendorong tubuh suaminya dan memberi kode dengan mengerlingkan mata kepada Martha.Martha begitu sakit menyaksikan semuanya. Hatinya terasa perih danbagai teriris. Selama lima tahun Ia menjadi istri
Martha tahu Bunga tadi sengaja melempar pulpen dan mengenai sedikit jemarinya. Dia bukan anak ABG yang tak mengerti situasi. Itu artinya Bunga juga mencintai suaminya. Martha menghela nafas panjang. perih rasanya, tapi ini adalah kenyataan yang harus dihadapi.Martha tak pernah menyesal membawa Bunga kembali. Ia yakin suaminya mampu berbuat adil terhadap para istrinya.“Bunga. Tante tunggu di lobby, ya.” Ucap Martha. Wanita itu sangat pengertian dan memberi kesempatan kepada suaminya untuk melepas rindu walau hati perih tak tertahankan. Wanita itu sangat pengertian dan memberi kesempatan kepada suaminya untuk melepas rindu walau hati perih tak tertahankan.“Bunga ikut Tante.” Bunga hendak menyusul Martha. Namun belum juga selangkah Bunga menapakkan kakinya, Erlangga sudah menarik lengannya terlebih dahulu.“Eits. Tunggu! ada yang mau aku bicarakan sama kamu.”“Iih enggak mau.” Bunga mengibaskan lengannya. “Tunggu Tante, Bunga ikut.”“Kamu turuti perintah suami kamu, ya. Tante tunggu
Aini menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dan menutup mulutnya dengan bantal. Buliran bening membasahi pipinya. Sakit sekali rasanya. Terasa ada luka dalam dadanya. Walau berusaha untuk ikhlas tapi tetap saja sangat sulit menjalaninya. Mencoba mematikan rasa cinta juga tak semudah membalik telapak tangan. Pernikahan yang di jalani hampir separuh dari usianya. Tak mudah untuk melupakan kenangan indah begitu saja. Rasanya jijik kalau tubuh ini harus tersentuh oleh pria yang pernah merendahkan harga dirinya. Tangisan Aini semakin keras dan diapun berusaha untuk meredamnya.Terdengar pintu di buka dari luar. Aini buru-buru menghapus airmatanya dan berpura-oura tidur. Dia tahu pasti suaminya yang mendatanginya. Rasa kesal dalam hati masih belum bisa terlupakan. Seandainya bisa memilih, Aini tak mau kembali bersama suaminya. Namun rasa tanggung jawabnya sebagai orang yang telah menghancurkan rumah tangganya sendiri, Aini memilih untuk bertahan walau tak mudah. Ia akan mencoba memperbaiki s
Erlangga lalu beranjak dan mendekati ibu Aini, lalu mencium punggung tangan wanita yang seumuran dengan ayahnya. “Ibu, tolong restui kami.”“Iya Nak, ibu merestui kalian. Tolong, jangan sakiti lagi putriku lagi.”“Iya bu, saya janji.” Erlangga lalu memeluk ibu mertuanya.Warga yang berkumpul juga menjadi saksi penyatuan kembali dua hati yang pernah terpisah. Kebahagiaan tengah menyelimuti hati mereka. Duka lara telah lenyap dan berganti dengan kebahagiaan yang membayang di pelupuk mata.****Erlangga duduk santai bersama ketiga istrinya di ruang keluarga. Hatinya begitu lega. Masalah rumit yang menghampiri sedikit terurai. Istri pertama yang begitu dicintai telah menyatu kembali dalam bingkai suci. Erlangga begitu bahagia. Tak sedetikpun tatapan matanya lepas dari pandangannya.“Aini.”“Ya.”“Seperti yang telah aku katakan, Marta dan Bunga akan menempati rumah mereka masing-masing. Dan rumah itu masih di renovasi. Sebelum rumah itu jadi, aku mohon, tolong ijinkan mereka untuk tinggal
Bunga memegang tangan Aini, “Tidak tante, Pak Er suami tante, surga tante ada bersamanya. Tante yang harus kembali padanya, menjadi satu-satunya permaisuri. Bunga tidak punya hak apapun, biarkan Bunga yang pergi.” Ucap Bunga disela tangisnya. Ia melepas tangan Aini dan hendak berlari. Namun Aini menghentikannya dengan memegang lengan Bunga.“Jangan pergi, kamu juga punya hak terhadap suamimu. Hanya kamu yang bisa membuat Mas Erlangga bahagia. Percayalah pada tante. Jangan pernah meninggalkan suamimu.”“Tidak Aini, Kalau kamu bersikeras untuk bercerai, kami juga memilih untuk bercerai. Itu baru namanya adil!” ucap Marta tegas.“Tante Marta benar.”Erlangga melangkah mendekati ketiga istrinya. “Aini, aku janji akan berbuat adil kepada kalian. Aku akan memisahkan kalian. Rumah yang kita tempati akan menjadi milikmu, beserta separuh harta bersama yang kita peroleh saat hanya ada kita berdua. Aku akan segera mengurusnya ke notaris. Aku juga akan membelikan rumah kepada Bunga dan Marta, wala
“Tidak bisa begitu Aini! Erlangga tidak menghianati siapapun! Bunga juga istrinya. Dan jangan lupa, semua terjadi karena kebodohanmu yang membawanya masuk kedalam kehidupan rumah tanggamu, termasuk juga diriku! Apa artinya aku juga menghianatimu?!” Marta berusaha mengingatkan kesalahan fatal yang Aini lakukan.Aini terkejut dengan kehadiran Marta. Ia menggelengkan kepala lalu menunduk lebih dalam dan makin larut dalam tangis. Tubuh Aini terasa lemas lalu duduk dikursi kayu.Marta berlutut dihadapan Aini dan menggenggam kedua tangannya erat.“Aini, ingat, semua ide dari kamu. Dan saat itu Erlangga sudah menolak mentah-mentah keinginanmu. Dia manusia biasa yang pasti punya khilaf. Dia menolak, untuk menjaga hatinya hanya untukmu. Namun kamu mengabaikan dan terus mendorong suamimu untuk menikahiku dan juga Bunga. Tolong berfikirlah, Erlangga tidak pernah berkhianat. Hatinya hanya milikmu.”“Apa yang di lakukan bersama Bunga itu adalah kewajibannya sebagai suami dan juga memenuhi kebutuh
Rombongan para dermawan telah datang, Mereka mengendarai dua mobil mewah yang membuat berdecak kagum warga yang tengah menanti kehadirannya. Apalagi setelah rombongan turun dari mobil, benar-benar seperti melihat para bidadari yang sangat cantik dan seorang malaikat yang sangat tampan walaupun sudah cukup umur tapi penuh kharisma. Kulit mereka putih bersih bak mutiara. Benar-benar keluarga sempurna.Warga mengira-ngira tiga orang gadis yang seumuran dan berambut sama panjang itu kemungkinan anak dari pria tampan dan wanita berhijab yang teramat cantik. Namun aneh, satu dari tiga gadis itu menggandeng mesra lengan pria yang pantas menjadi ayahnya itu. Entahlah, mereka tidak peduli. Yang mereka inginkan adalah pembagian kotak nasi yang sudah membuat perut keroncongan.Setelah berbasa basi menyapa warga, para dermawan segera membagikan nasi kotak kepada warga yang mengelilingi mereka. Ada yang berpencar membagikan ke rumah warga yang tidak ikut berkumpul.Aini tersenyum menyaksikan warga
Marta turun dari mobil memakai pakaian kantor dan terlihat begitu cantik dan elegan. Benar-benar pantas menjadi seorang wanita karier yang sukses dalam pekerjaan dan urusan rumah tangga. Bukan hal yang baru bagi Marta, saat menjadi istri Yudi, Ia pun sudah sering menggantikan posisi suaminya saat sibuk dengan urusan pribadinya.Di tangan Marta, hotel milik Yudi makin ramai pengunjung. Gedung yang ada didalam hotelpun tidak pernah sepi dari penyewa. Marta melakukan pembenahan diseluruh aspek. Mulai dari perawatan kamar dengan menambahkan bunga hidup dan juga pemasangan wallpaper di dinding kamar, dengan tujuan membuat tamu betah berlama-lama menginap. Namun sayangnya, begitu hotel ramai, Yudi mengambil alih dan menyuruh Marta kembali menjadi ibu rumah tangga saja. Ia tidak suka dikalahkan oleh istrinya dalam segala hal.Marta masuk ke dalam rumah dengan pintu yang sudah terbuka. Ia melihat Erlangga tengah termenung disofa tamu. Marta mengecup punggung tangan suaminya lalu menghempaska
“Cari lebih teliti lagi. Sisir setiap sudut rumah yang ada disini! Tunjukan foto istriku! Siapa tau mereka ada yang pernah melihatnya! Kalau perlu tambah personil lagi! Kerja begitu saja tidak becus!” Erlangga begitu kesal. Rasa takut kehilangan Aini semakin mengikat bathinnya.“Baik pak, akan saya tambah personil lagi.”“Jangan hanya disatu titik saja! Perkampungan pemulung itu banyak! Sisir di setiap tempat, jangan sampai ada yang terlewat satupun! Aku tunggu di mobil, nafasku bisa sesak berada lebih lama disini!” tanpa menanti jawaban, Erlangga membalikkan badan dan melangkah meninggalkan Roni menuju mobil. Dia tidak kuat kalau harus menahan nafas lebih lama lagi.Erlangga duduk dibelakang kemudi. Sudah hampir satu jam dia menunggu tapi belum ada kabar juga. Berkali-kali Ia menelpon Roni, tapi masih nihil. Erlangga menepuk-nepuk setir. Sesekali Ia memukul kemudi dengan kesal dan menyugar rambutnya lalu menghela nafas dan menghembuskannya kasar. Rasanya sudah tidak sabar dengan semu
Erlangga dan Marta datang ke panti asuhan begitu mendengar kabar dari ibunya kalau Aini pergi dari panti asuhan untuk tinggal bersama keluarga kandungnya. Hati Erlangga tak tenang, semalaman matanya tak mampu terpejam. Kesedihan dan rasa takut kehilangan Aini benar-benar mengguncang jiwanya. Tak henti-hentinya Erlangga mengutuk dirinya sendiri yang sudah menyakiti Aini. Karena perbuatannya, kini Ia harus kehilangan jejak wanita yang sangat dicintai.Erlangga turun dari mobil dan berlari menuju ibu kandungnya yang tengah mondar-mandir di teras. Erlangga langsung memeluk ibunya dan menangis dibahunya. “Ibu, kenapa ibu tidak mencegah Aini pergi?”Risma melepas pelukan putranya. “Ibu sudah berusaha Nak, bahkan seluruh penghuni panti juga sudah berusaha mencegahnya, tapi Aini bersikeras untuk tinggal bersama keluarganya. Dan itu sudah menjadi haknya.”“Terus, dimana dia sekarang?”“Ibu juga tidak tau Nak. Aini sama sekali tidak mau memberitau ibu, dimana orangtuanya tinggal. Dia hanya bila
Aini tiba dirumah orantuanya disambut oleh keenam adik dan juga seorang kakak yang semuanya perempuan. Kakaknya hanya selisih satu setengah tahun dari usianya, Ia belum menikah. Saat Aini bertanya kepada Kakaknya kenapa belum menikah, Kakaknya hanya menjawab, bagaimana ada lelaki yang mau sama orang miskin seperti kakak. Yang ada hanya orang-orang kaya yang mau menikahinya secara kontrak, dan dia tidak mau.Walaupun mereka orang miskin, tapi kedua orantua mereka selalu mengajarkan nilai-nilai luhur dan juga menjaga martabat dan harga diri. Wajahnya memang cantik, tapi sayang belum bertemu dengan jodohnya.Adik-adik Ainipun sama belum ada yang menikah, mereka berumur 37, 32, 28, 25, 20 dan 16 tahun. Mereka rata-rata menjadi pemulung membantu ibunya dan juga ada yang bekerja sebagai buruh cuci di laundry.Keterbatas pendidikan mereka yang rata-rata hanya lulusan SLTP membuat mereka susah untuk mencari pekerjaan. Hanya si bungsu yang masih menempuh pendidikan di salah satu SLTA negeri. G