"Yoga, semoga kamu lekas sembuh. Kabari saya kalau kamu akan masuk ke kantor," ucap Pak Rahmat berpamitan pada Mas Yoga."Terima kasih, sudah menjenguk saya, Pak. Maaf, saya tidak bisa mengantar," ucap Mas Yoga mengedipkan mata kepadaku. Ia memberiku isyarat agar menggantikan tugasnya untuk mengantar Pak Rahmat."Mari, Pak Rahmat, saya antar," ucapku memenuhi permintaan Mas Yoga."Tidak usah, temani saja, Yoga.""Sekali lagi terima kasih banyak, Pak."Aku setengah menundukkan kepala lalu membukakan pintu untuk Pak Rahmat. Aku menunggunya hingga menghilang di koridor rumah sakit. Setelahnya barulah aku menutup pintu dan kembali duduk di samping ranjang Mas Yoga. Di kamar ini belum ada pasien lain yang dirawat, sehingga aku lebih leluasa bicara dengan Mas Yoga. Aku tidak mau menunda lebih lama lagi untuk mengetahui mengapa gaji Mas Yoga harus dipotong selama sepuluh bulan."Kenapa Pak Rahmat tadi bilang gaji Mas Yoga dipotong satu juta per bulan? Apa Mas punya hutang juga di kantor?" ta
Baca selengkapnya