Semua Bab Ketika Suami Tak Lagi Peduli: Bab 11 - Bab 20

123 Bab

Kebohongan Suamiku (Part 2)

Mulutku menganga tak percaya dan kata-kataku terputus begitu saja. Berulang kali aku mengulang pesan yang dikirimkan Agung agar netraku tidak salah melihat. Namun isi tulisan itu tidak berubah. Artinya apa yang kubaca benar adanya. Dadaku kembali berdenyut nyeri, bahkan rasanya lebih parah dari tadi. Jadi inilah rahasia yang disembunyikan Mas Yoga dariku. "Kamu punya hutang kepada Agung? Dan kenapa dia bilang judi. Apa Mas berjudi selama ini?" tanyaku dengan suara bergetar. Aku menahan diri untuk tidak menangis supaya bisa menuntaskan masalah ini. Aku harus mengetahui kebenaran yang sudah lama kutunggu-tunggu. Mas Yoga bungkam seribu bahasa. Ia juga tidak mau bersitatap denganku. Namun tangannya terulur, memintaku mengembalikan benda kesayangannya. "Rista, kembalikan handphoneku." "Jawab dulu pertanyaanku. Benar Mas berjudi? Dan siapa Agung ini sebenarnya?" Mas Yoga membasahi bibirnya. Baru sekali ini aku melihatnya gugup di hadapanku, padahal biasanya dia kelihatan dominan dan
Baca selengkapnya

Berpisah Adalah Jalan Terbaik

"Maaf untuk apa, Rista?" tanya Ibu tertegun. Lidahku mendadak kaku hingga sulit untuk digerakkan. Rasanya aku tidak mampu berucap apalagi bila harus menjelaskan apa yang terjadi kepada Ibu. Bagaimana bisa aku mengatakan bahwa suamiku adalah pencuri cincin kesayangan Ibu?"Jangan buat Ibu takut, Rista. Ada apa sebenarnya?" desak Ibu seraya mengusap pelan punggungku. Itulah yang biasa dilakukannya sejak kecil untuk meredakan tangisku. Namun kali ini usaha Ibu tidak mempan. Bukannya tenang, aku justru semakin sesenggukan dibuatnya. Aku tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan fakta ini pada ibuku. Sudah jelas ia akan sangat terpukul."Mas Yoga, Bu. Dia membohongiku selama ini. Ternyata dia....""Dia kenapa, Rista?" tanya Ibu semakin mendesakku."Dia berjudi dan punya banyak hutang, Bu."Spontan, Ibu melerai pelukannya. Wajahnya nampak pias dan bibirnya memucat. Aku yakin dia sama syoknya seperti aku."Judi apa dan berapa banyak hutangnya?" tanya Ibu dengan suara tersendat. Perasaan Ibu
Baca selengkapnya

Musibah yang Tak Disangka

Malam ini terasa hampa dan dingin, sehampa hatiku yang telah kehilangan makna cinta. Ternyata begini rasanya harus berpisah dengan suami yang setiap hari berbagi kehidupan bersama. Meskipun aku butuh waktu untuk sendiri, tapi tetap saja ada rasa kehilangan karena kepergiannya dari sisiku.Ibu sempat menanyakan kepadaku kenapa Mas Yoga sampai meninggalkan rumah. Aku hanya berkata bahwa kami harus instropeksi diri. Sungguh aku belum sanggup untuk mengatakan yang sejujurnya kepada Ibu.Aku menangis dalam diam di kamar. Tak ingin mengganggu tidur Ibu maupun Zidan, aku menelan kesedihanku dalam-dalam. Kupeluk Zidan dari belakang seraya mengecup rambutnya. Cuma putra mungilku inilah satu-satunya penyemangat hidupku saat ini. Seandainya nanti aku terpaksa menjadi orang tua tunggal, aku akan berjuang demi Zidan.Entah jam berapa mataku baru terpejam, namun tiba-tiba saja aku merasa seseorang menggoyang tubuhku."Arista, ayo bangun, dari tadi telponmu bunyi terus," terdengar suara lembut yang
Baca selengkapnya

Aku Memaafkanmu, Mas

"Saya setuju untuk dilakukan operasi pada suami saya," ucapku mengambil keputusan. Resiko apapun akan kutempuh demi kesembuhan Mas Yoga. Sesulit apapun kondisi keuangan kami, aku yakin Yang Kuasa akan memberikan jalan keluar.Dalam kondisi seperti saat ini, aku baru sadar bahwa aku sangat takut kehilangan suamiku. Sungguh aku sangat menyesal karena telah mengucapkan kata perpisahan padanya kemarin."Silakan Ibu mengurus biaya administrasinya di lobi depan. Kami akan melakukan persiapan untuk operasi Pak Yoga," ucap perawat kepadaku."Baik, Suster."Sebelum pergi, aku mencoba menguatkan Mas Yoga agar tegar menghadapi musibah ini."Mas, jangan takut, aku akan mendampingimu. Sekarang aku pergi dulu untuk mengurus administrasi," kataku menyentuh tangannya."Terima kasih, Rista," jawab Mas Yoga dengan tatapan sendu. Baru kali ini aku mendengar Mas Yoga mengucapkan terima kasih padaku setelah sekian lama. Ternyata memang benar nasehat yang diberikan orang bijak bahwa di balik cobaan salalu
Baca selengkapnya

Cemburu Buta

Memikirkan bagaimana cara melunasi semua hutang Mas Yoga membuatku tidak bisa tidur. Aku tidak boleh tinggal diam. Sebagai istri aku harus melakukan sesuatu untuk menolong suamiku. Mungkinkah aku harus membuat usaha kecil-kecilan seperti membuka warung atau menerima pesanan kue? Terus memikirkan hal itu membuat kepalaku terasa berat. Aku memijat dahi di antara dua alisku dengan jemari untuk sedikit mengurangi ketegangan saraf-sarafku. Aku pun duduk sebentar lalu melepas ponselku dari sambungan charger. Baterai ponselku sudah terisi penuh, artinya aku bisa menggunakannya sebentar saja untuk mencari ide usaha di dunia maya. Kusempatkan sebentar untuk menengok ke grup alumni sekolahku. Karena banyak masalah, aku tidak membukanya selama tiga hari ini. Obrolan di dalamnya sudah menumpuk sampai ratusan. Namun yang paling menyita perhatianku adalah pesan yang dikirimkan Yuna. Dia adalah sahabat baikku sejak kami duduk di bangku SMU. Yuna mengataka
Baca selengkapnya

Jangan Beritahu Keluargaku

"Yoga, semoga kamu lekas sembuh. Kabari saya kalau kamu akan masuk ke kantor," ucap Pak Rahmat berpamitan pada Mas Yoga."Terima kasih, sudah menjenguk saya, Pak. Maaf, saya tidak bisa mengantar," ucap Mas Yoga mengedipkan mata kepadaku. Ia memberiku isyarat agar menggantikan tugasnya untuk mengantar Pak Rahmat."Mari, Pak Rahmat, saya antar," ucapku memenuhi permintaan Mas Yoga."Tidak usah, temani saja, Yoga.""Sekali lagi terima kasih banyak, Pak."Aku setengah menundukkan kepala lalu membukakan pintu untuk Pak Rahmat. Aku menunggunya hingga menghilang di koridor rumah sakit. Setelahnya barulah aku menutup pintu dan kembali duduk di samping ranjang Mas Yoga. Di kamar ini belum ada pasien lain yang dirawat, sehingga aku lebih leluasa bicara dengan Mas Yoga. Aku tidak mau menunda lebih lama lagi untuk mengetahui mengapa gaji Mas Yoga harus dipotong selama sepuluh bulan."Kenapa Pak Rahmat tadi bilang gaji Mas Yoga dipotong satu juta per bulan? Apa Mas punya hutang juga di kantor?" ta
Baca selengkapnya

Bisakah Aku Bekerja Lagi

Aku hanya bisa geleng-geleng kepala. Mas Yoga sangat protektif terhadap keluarganya. Dia tidak mau keluarganya cemas atau tersakiti sedikitpun. Akan tetapi kepada istrinya sendiri Mas Yoga tidak peduli. Baginya yang terpenting adalah menjaga perasaan keluarganya meski itu harus melukai istrinya."Apa Ayah akan datang menjengukmu, Mas?""Tidak, Ayah sibuk mengurus kebun miliknya. Lagipula tiket dari Palembang ke Jakarta itu mahal," jelas Mas Yoga."Kalau Dian?""Ya mana mungkin Dian jenguk aku. Dia lagi sibuk kuliah."Nada suara Mas Yoga yang ketus membuatku enggan bertanya lagi. Daripada makan hati, lebih baik aku mengecek toko online milikku. Aku tersenyum melihat ada tiga orang yang bertanya tentang baju yang kujual. Pertanyaan mereka berbeda-beda. Ada yang menanyakan ukuran, warna, dan jenis kain. Meskipun belum sampai membeli, minimal ada calon pembeli yang tertarik dengan tokoku."Permisi, saya bawakan makan malam untuk Bapak," ujar petugas rumah sakit yang mengantar makanan.Ak
Baca selengkapnya

Janji Pada Ibu

Aku merasa lega karena hari ini Mas Yoga diizinkan pulang. Namun terselip perasaan was-was di hatiku saat mengurus biaya rumah sakit. Aku takut bila besaran biaya rumah sakit akan melebihi jumlah yang ditanggung oleh asuransi. Itu artinya aku harus mengeluarkan uang pribadi untuk melunasinya. Padahal bulan ini saja gaji Mas Yoga makin berkurang karena dipotong oleh perusahaan. "Bu, silakan tanda tangan disini," ucap petugas rumah sakit memberitahuku. "Mbak, bagaimana dengam biayanya? Apa ada tagihan yang perlu saya bayar?" tanyaku memastikan. "Tidak ada, Bu, semua dicover oleh asuransi." Beban seratus kilo serasa terangkat dari pundakku. Aku langsung mengucap syukur di dalam hati karena yang aku khawatirkan tidak menjadi kenyataan. "Terima kasih banyak, Mbak," ucapku menyimpan nota yang diberikan. "Sama-sama, Bu. Semoga lekas sembuh." Setelah menyelesaikan urusan administrasi dan obat, aku membawa suamiku pergi dari rumah sakit dengan menggunakan taksi online. Dibantu oleh pera
Baca selengkapnya

Aku Diremehkan Suami

Ibu pun memegang bahu Mas Yoga lalu menurunkan nada bicaranya menjadi lebih lembut. "Bagus kalau kamu menyadari kesalahanmu. Ibu akan memberimu kesempatan." Hati Ibu yang semula mengeras mulai mencair karena rasa iba. Permohonan tulus dari Mas Yoga membuat Ibu membukakan pintu maaf untuknya. Dan melihat semua pemandangan ini membuatku sangat terharu. "Ibu akan memberimu kesempatan untuk berubah. Tolong jangan mengkhianati kepercayaanku kepadamu dan jangan membuat kami kecewa." "Iya, Bu, aku berjanji tidak akan lagi mengecewakan Ibu, istri dan anakku. Aku akan berusaha menjadi suami dan ayah yang bertanggung jawab." Mas Yoga lantas bangun dari posisinya yang sedari tadi bersimpuh di kaki ibuku. Aku membantunya untuk duduk di sofa dan menggenggam tangannya. "Mas istirahat ya, aku akan masak. Mas ingin makan apa?" tanyaku sambil membenahi bantal di kepala Mas Yoga. "Apa saja, Rista. Semua masakanmu enak." Aku tersenyum karena mendengar pujian dari suamiku. Mungkin ini adalah langk
Baca selengkapnya

Panggilan Kerja

Tiga hari berlalu, kesehatan Mas Yoga tampak semakin membaik. Ibu juga memberi kabar bahwa cateringnya mendapat pujian dari para tamu di resepsi pernikahan. Selain itu, aku juga menerima kejutan lain yang membuatku bersemangat. Aku mendapatkan lima buah pesanan baju secara bersamaan dari pembeli. Sungguh tak disangka aku bisa mendapatkan rezeki dadakan ini. Memang jumlah pesanan yang kuperoleh masih kecil bila dibandingkan toko lain. Namun bagiku sudah lebih dari cukup sebagai permulaan. Siapa tahu setelah ini tokoku akan memiliki lebih banyak pelanggan."Mas, sudah minum obatnya?" tanyaku berjalan dari arah dapur. Aku baru saja selesai memasak makanan sederhana, telur orak-arik dan sayur bayam untuk suami dan anakku. Pasalnya aku harus menghemat pengeluaran supaya uang belanjaku cukup sampai akhir bulan."Oh ya, aku lupa. Tolong ambilkan, Rista," pinta Mas Yoga sembari menyusun mobil-mobilan milik Zidan. Dari hari ke hari, kulihat Mas Yoga berusaha menepati janjinya untuk memperhatik
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status