“Alhamdulillah,” desisku mengiringi tarian bahagia di dalam dada. Kita akan punya anak. Kau dengar itu, Tuan? Tangan ini mengusap perut yang masih datar. Senyum ini sedkit terkembang membayangkan akan hadirnya buah hati kami. Air mata berjatuhan tanpa diundang. Memeluk Bi Asih, orang yang paling dekat saat ini untuk berbagi haru."Selamat ya, Nya. Tuan pasti bahagia."Sekedar mengangguk, mulut sulit berkata, dibungkam bahagia yang membuncah.Selamat datang, Sayang.***Yaa Allah, bagaimana kabar bahagia ini kusampaikan pada Tuan. Nomor telponnya saja aku tidak tahu, tuan sengaja tidak meninggalkan kontaknya.Untuk apa tuan memberiku benda komunikasi ini, jika tak ada yang bisa kuhubungi. Teronggok seperti bangkai.Menangis, hanya itu yang bisa kulakukan. Kehamilan ini membuat tubuhku terkulai tak bertulang. Tak ada asupan apapun untuk menguatkan badan.Apa yang kumakan termuntahkan kembali. Ingin memakan sesuatu yang sulit dijangkau olehku maupun Bi Asih atau siapapun penghuni di is
Last Updated : 2022-08-29 Read more