Share

KABAR

Author: Hanin Humayro
last update Last Updated: 2022-08-29 21:23:51

SAFNA

Tak terlintas keinginan menanyakan foto-foto kebersamaan tuan dengan nyonya Arsela. Moment bulan madu kedua di negara seberang yang kutemukan dalam aplikasi IG itu anggaplah tak pernah ada.

Kebahagiaan langka ini tak ingin kurusak dengan menuntut penjelasan. Itu hak tuan melakukan apapun dengan istrinya.

Menuntut pun percuma, tidak akan merubah keadaan, aku tetaplah istri siri dengan segala keterbatasan.

Biarlah duka lara ini kutelan sendiri, tak perlu tuan tahu bahwa batinku tak cukup dengan melayaninya di atas ranjang.

Hari ini, tuan mengajakku jalan-jalan. Bahagia tak terlukiskan, kuanggap sebagai penebus kesepian selama tak ada dia.

Kami bermain di Dunia Fantasi, Ancol. Mencoba berbagai permainan yang aman maupun menakutkan.

Kami tertawa bersama, membebaskan segala beban yang menghimpit di dada. Hari ini hanya ada aku dan dia.

Jikapun bisa meminta, akan kupinta waktu berhenti saja. Biar kami terus berdua, tanpa takut ada yang merebut kebahagiaan ini

Kepuasan telah kuraup.
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    EMOSI

    “Alhamdulillah,” desisku mengiringi tarian bahagia di dalam dada. Kita akan punya anak. Kau dengar itu, Tuan? Tangan ini mengusap perut yang masih datar. Senyum ini sedkit terkembang membayangkan akan hadirnya buah hati kami. Air mata berjatuhan tanpa diundang. Memeluk Bi Asih, orang yang paling dekat saat ini untuk berbagi haru."Selamat ya, Nya. Tuan pasti bahagia."Sekedar mengangguk, mulut sulit berkata, dibungkam bahagia yang membuncah.Selamat datang, Sayang.***Yaa Allah, bagaimana kabar bahagia ini kusampaikan pada Tuan. Nomor telponnya saja aku tidak tahu, tuan sengaja tidak meninggalkan kontaknya.Untuk apa tuan memberiku benda komunikasi ini, jika tak ada yang bisa kuhubungi. Teronggok seperti bangkai.Menangis, hanya itu yang bisa kulakukan. Kehamilan ini membuat tubuhku terkulai tak bertulang. Tak ada asupan apapun untuk menguatkan badan.Apa yang kumakan termuntahkan kembali. Ingin memakan sesuatu yang sulit dijangkau olehku maupun Bi Asih atau siapapun penghuni di is

    Last Updated : 2022-08-29
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    TAKKAN

    SAFNA"Maksud Abah, ikut ke mana?" tanyaku seakan linglung."Pulang ke kampung, ke rumah kita, ke mana lagi!" sentak Abah. Melototkan mata, seraya berkacak pinggang."Tapi, Abah. Neng gak mau meninggalkan Tuan," kataku, keberatan dengan keinginan Abah membawaku pulang ke kampung.Bagaimana nanti kalau tuan mencari, tak mendapati diri berada di istana ini. Tak dapat kubayangkan perasaannya.Dalam keadaan seperti ini, aku tetap harus menghormati suamiku. Menunggu di sini adalah perintahnya yang tak bisa kubantah.Benih di rahim ini harus kusampaikan pada tuan dari mulutku sendiri."Mak, cepat kemas barang si Neng. Sekarang juga bawa pulang anak kita!" perintah Abah.Tanpa menunggu perintah kedua kali, emak bergegas membuka koper kosong dan mengisinya dengan pakaian yang di raup dari lemari. Mulutnya entah meracaukan apa."Abah, Emak, jangan! Neng akan tetap di sini. Menunggu Tuan," kataku di tengah rintihan."Kamu pikir, setelah melihat kamu dalam keadaan hamil, tersiksa lahir batin, Ab

    Last Updated : 2022-08-29
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    ANEH

    ROGER "Sayang, jangan pergi. Aku lemas banget." Kali kesekian aku harus memenuhi keinginan Arsela. Entah mengapa aku amat lemah terhadapnya sejak tahu ia mengandung. Kekhawatiran terjadi apa-apa dengan anak yang dikandung Arsela amat besar. Kudekap kembali tubuh itu, mencoba memberinya kekuatan. Malam berganti pagi, kesempatanku menemui Safna benar-benar tak ada. Satu sisi hatiku menjerit. Ada sesal juga rindu di sana. Hanya saja, Arsela amat menguasaiku kini. Sore menjelang pulang kantor, istri pertamaku itu sudah menelpon, mengingatkan untuk segera pulang. *** "Sayang, aku mau nginep di rumah Papa, boleh, ya?" Apa katanya? Oh, Tuhan! Ini luar biasa, artinya aku bisa menemui Safna. "Tentu, Arsela. Berapa lama pun kau mau, boleh." "Makasih, Sayang." Seperti biasa, Arsela akan mulai membangkitkan gairahku. Tentu saja tak kusia-siakan kesempatan ini. Menikmati permainan di tiap malam membawa pada suatu kesimpulan jika saja dari dulu begini, takkan sampai aku menduakanmu. Terla

    Last Updated : 2022-09-01
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    DIMANA

    ROGERTeguran papi menarik pikiranku kembali untuk tetap fokus pada perbincangan ini. Hanya saja, ribuan prasangka membuatku tetap tak bisa utuh menghadirkan diri di forum ini. Lepas rapat, Om Raymon kembali menyapaku."Besok kalian berdua harus makan malam di rumah. Kalian ini, sudah lupa rupanya pada kami." Aku berusaha tersenyum untuk menyembunyikan apa yang menyusahkan hati. Lalu, ke mana Arsela pergi sebenarnya? Di mana ia sekarang? Baru saja aku bahagia mendapati perubahannya, harus terurai kembali sebab kebohongan yang ia lakukan. Mengapa kau mengkhianati kepercayaanku lagi? Bodohnya aku begitu mudah percaya pada wanita ular itu. Namun, dia sedang mengandung anakku. Harus kujaga meski ibunya begitu. Aargh! Tapi, ke mana harus mencarinya? Ah, sudahlah nanti juga dia pulang. Waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam. Seperti rencanaku, hari ini akan mengunjungi Safna. Meski pikiran kacau karena terus memikirkan keberadaan Arsela, kerinduan pada Safna kiranya sudah mem

    Last Updated : 2022-09-01
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    SANDIWARA

    ARSELA "Maafkan aku, Bram ...." Cairan bening di pipi meluluh, kuusap dengan kasar. Aku harus menyingkirkanmu, tak ada pilihan untuk menyelamatkan kita semua. Kau, bayi ini dan kebahagiaanku bersama Roger. Harusnya aku tertawa bahagia. Bukankah kematian Bram adalah solusi. Ketika dia tiada maka akan mengokohkan eksistensiku sebagai nyonya Alvendo. Kulajukan kembali kendaraan ini menuju jalan pulang, meninggalkan tempat kecelakaan mobil Bram masuk jurang. Lokasi itu mulai dipenuhi manusia, suara riuh saling bersahutan. *** "Ini sejumlah uang sebagai bayaran. Lakukan tugas kalian sebaik mungkin!" perintahku pada dua orang pria berbadan tinggi kekar, yang satu berjambang lebat, satunya berkumis tebal dengan kepala plontos. Preman bayaran. Kedua bajingan tengik haus duit itu menghirup aroma gepokan merah yang kuberikan. Senyum menjijikan terukir di sana. "Sisanya akan kami dapatkan dari suamimu ‘kan, Nyonya?" "Atur saja rencana kalian, aku tidak peduli caranya kalian mendapatkan

    Last Updated : 2022-09-01
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    TERCIDUK

    ARSELA Kupikir masalahku akan usai. Bram bukan lagi rintangan kebahagiaan. Aku salah. Dering ponsel di atas nakas mengundang naluriku beranjak dari sofa kamar untuk meraihnya. Nomor tak dikenal tertera di layar ponsel itu. Kening berkerut, Dari siapa? "Sayang, apa kabar? Bagaimana dengan anak kita?" Jantung bertalu keras begitu suara familiar terdengar. Mata ini membulat sempurna. Hampir-hampir ponsel ini jatuh akibat getaran tangan. "B-Bram?" "Sayang, Arsela." Kubanting ponsel itu ke kasur. Sial! Bram masih hidup. Bagaimana mungkin? ... tidak, ini tidak mungkin. Kututup kedua telinga agar teriakan pria itu tak terdengar. Bunyi pesan WA menambah tubuh ini semakin berkeringat banyak. Bram memintaku kembali bertemu. Oh My God, mau apa lagi dia? Kuabaikan pesan itu. Benar, dia masih hidup. Sial. Ayo, Arsela berpikirlah dengan jernih. Lakukan sesuatu. Menarik udara sebanyak mungkin untuk menambah pasokan oksigen yang dirasa semakin menipis di rongga dada. Sepi dan ketakutan mala

    Last Updated : 2022-09-01
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    PERUBAHAN

    SAFNALuapan air mata seakan tak pernah ada surutnya dari sang muara. Tiap detiknya meluruh membasahi bumi. Rindu yang tak terbendung tak ubahnya shimponi rintihan raga tanpa jiwa. Hampa."Neng, jangan melamun saja atuh, ayo makan dulu sesuap, dua suap mah, kasihan si utunnya kalau kamu gak makan," bujuk emak. Seperti biasa emak menawarkan pengisi perut seraya menyodorkannya ke mulutku. Namun, bibir ini bungkam, jangankan menerima suapan, melirik pun enggan.Aku duduk di atas tempat tidur, kepala menyandar di kepala ranjang. Tatapanku lurus ke luar jendela yang terbuka. Terlihat pemandangan halaman depan yang ujungnya di pasang pagar besi setinggi dada orang dewasa. Bukan itu yang menarikku melemparkan tatapan, tetapi anganku melayangkan sosok penabur rindu muncul lewat pintu pagar besi itu.Menyambut, merengkuh tubuh ini yang semakin ringkih ke dalam pelukan. Membawa diriku kembali mengarungi mahligai indah bersamanya.Terdengar helaan napas dari mulut emak. Entah apa yang dirasaka

    Last Updated : 2022-09-06
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    BERI KESEMPATAN

    SAFNA"Jadi, kau sedang mengandung?" tanya Rey.Abah dan emak memberi kami kesempatan untuk bicara berdua di ruang tamu. Namun, dari arah dapur dapat kulihat wanita yang melahirkanku itu masih bisa mengawasi gerak-gerik aku dan Rey.Aku mengiyakan pertanyaannya, helaan napas berat keluar dari mulut Rey. Entah kecewa atau ...."Aku sangat menyayangkan sikap Tuan Roger, mengabaikan wanita secantik dan sebaik istrinya dalam keadaan mengandung." Wajah tampan itu mulai dijalari rona merah. Geram."Jika kau istriku, takkan kubiarkan hal seperti itu terjadi. Bodohnya laki-laki itu." Ucapan menohok hati."Rey, dia hanya sedang sibuk saja, bukan mengabaikan aku. Dia belum ada waktu menemuiku.""Aku bukan laki-laki bodoh, Safna. Dia tidak pantas dibela, aku-""Cukup, Rey! Kau tidak perlu tahu apa yang terjadi di kehidupan kami. Jangan biarkan prasangka mengotori hatimu. Percayalah kami baik-baik saja," potongku, tak ingin Reyhan menguliti setiap permasalahan yang terjadi antara aku dan tuan.Ta

    Last Updated : 2022-09-06

Latest chapter

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    NYONYA RESMI

    ROGER"Bawalah Safna pulang. Kau sudah waktunya mengurusi urusan pribadimu. Setelah dia melahirkan, adakan pesta pernikahan. Undang semua kolega dalam dan luar negeri. Tunjukkan bahwa perusahaan kita masih kokoh dan berjaya!" titah papi. Kondisi papi pulih seiring kembali stabilnya perusahaan. Inilah yang kutunggu, kata-kata darinya. Artinya restu itu sudah keluar secara sempurna. Tak perlu lagi ada keraguan membawa Safna kembali ke sisiku. Enam bulan sudah aku menitipkan Safna pada orang tuanya. Segala rindu kupenjara agar tak memberontak. Hari ini akan kubebaskan ia dari kekangan.Tidak terlukis rasa ingin berjumpa. Mendekap tubuhnya erat, menghapus jejak air mata. Aku juga ingin bicara pada bayi yang ada di perutnya. Akan kukatakan maaf padanya sebab tak mendampingi selama proses pertumbuhan di alam rahim. Juga telah menorehkan kepedihan di hati sang bunda. Janjiku, ini adalah perpisahan terakhir kami. Setelah itu kami akan senantiasa bersama menjalani hari-hari bahagia. Membesa

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    SERANGAN VAN HOEVEL

    ROGERBergetar tangan ini membuka surat yang dikirim pengadilan agama. Gugatan cerai dari Arsela.Sekukuh itukah kau ingin pergi dariku Arsela?Apa kesungguhan permohonanku tak menggeser sedikit pun keputusanmu?Mengapa di saat aku ingin bersemayam di hatimu, kau menguncinya rapat-rapat.Mengapa Arsela?Kuhempaskan berkas itu hingga berserak di lantai. Mengacak rambut ini berulang, lalu mengusap wajah yang entah sekusam apa sekarang."Aaargh!"Lautan emosi di hati ini hanya bisa terluapkan dengan teriakan demi teriakan. Tak lebih.***Menapaki keramik keperakan di ruangan megah bergaya artistik Eropa. Langkah ini sebagai upaya akhir membuka hati Arsela.Pelayan keluarga Van Hoevel mengangguk hormat, memanduku menuju ruang Arsela berada. Papa tanpa seizinku membawa putrinya ke sini selepas keluar rumah sakit. Aku tak mampu menolak apalagi menentang. Pria itu sama kerasnya dengan papi, lebih ganas malah.Kuhampiri wanita yang tengah memandangi ikan-ikan di kolam yang terletak tiga meter

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    TAKKAN KUULANG

    ARSELALima bulan pasca perceraian dengan Roger. Aku dapat berjalan dengan normal kembali. Senang dan haru bercampur aduk di hati. Tak lupa ucapan syukur kupajatkan pada pemilik nyawa ini. Sebab, selama ini, aku telah lalai dengan kewajibanku. Terlalu jauh melampaui batas. Mendapatkan ketenangan hati setelah kembali menjalankan perintah-perintah-Nya ampunan atas perbuatanku selama ini. "Ah, thank's ... God." Tak lupa juga kuucap terima kasih pada Bram yang dengan tulus selalu menjagaku. Perhatian dan sikapnya membuat hati ini luluh kembali. Dia lelaki yang tak pernah berhenti mencintaiku. Roger, mungkin dia telah berbahagia, hidup dengan wanita yang bertahta penuh di hatinya. Safna. Wanita itu pantas mendampingi Roger. Kuusap bulir bening yang mengalir di sudut netra kala mengingatnya. Bram mengajakku jalan-jalan malam ini. Hanya bisa menutup mulut kala sadat ke mana ia membawaku. 'Tokyo Bay Night Cruise, Tokyo' salah satu tempat teromantis yang biasa dikunjungi pasangan kekasih

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    TAK HENTI

    ARSELA"Dengar, Arsela! Aku tak akan berhenti sampai mendapatkan hatimu lagi. Aku akan terus berjuang untuk itu." Bram mengusap sudut matanya yang mengembun. "Aku mencintaimu, sampai kapan pun itu. Bahkan sampai aku mati." "Pergi!" usirku. Keesokan hari, Bram datang kembali ke rumah ini. Aku sudah berpesan kepada penjaga rumah agar tak mengijinkannya masuk. Walau bagaimanapun, Bram pantas meraih kebahagiaannya dengan wanita lain, bukan denganku. Kuintip dari balik kaca setelah satu jam berlalu. Pria itu masih ada. Ah! Lelaki itu tetap pada pendiriannya. Tak akan pergi sebelum menemuiku. Bodoh memang. Malam hari hujan turun dengan derasnya. Kilatan-kilatan di langit menimbulkan suara menggeleggar. Menjalankan kursi roda melalui tombol otomatis menuju jendela. Ingin melihat hujan. Netraku menangkap seseorang yang berdiri menatap jendela kamarku. Ya Tuhan, Bram. Mengapa dia masih di situ.Jika terjadi apa-apa, bagaimana? Kalau Bram mati kedinginan bagaimana? Bram! Mengertilah. Ku

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    ARSELA KINI

    ARSELALumpuh? Aku lumpuh? Inikah hukuman atas kesalahanku? Mengapa tak mati saja? Mengapa Tuhan? Emosiku tak terkendali saat pertama mendengar vonis ini. Aku benar-benar merasa jadi manusia tak berguna. Hingga.... Menangis pun sudah tak berguna. Marah tak menyelesaikan masalah. Lalu.... Aku diam. Menerima realita dan segala konsekuensinya. Ditinggalkan Roger, hal pertama yang menjajah perasaan. Apalagi ia kini sudah memiliki wanita sempurna. Apalah aku dibanding dia? ***Aku melayangkan gugatan cerai pada Roger. Di luar dugaan ia menolak. Malah terus berupaya mendatangiku menawarkan hal sama. Menjalani bahtera rumah tangga bersamanya juga Safna. Ia berjanji akan berlaku adil. Akan berupaya membahagiakan kami berdua. Pernah hatiku terketuk. Nekat, ingin kuterima saja tawarannya. Namun, kala teringat kembali besarnya cinta Roger pada Safna membuatku meneguhkan kembali hati yang mulai goyah. Untuk apa bertahan jika aku tahu di hatinya hanya menyisakan sedikit tempat untukku.

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    KENAPA BUKAN DIA

    SAFNASetelah mengenakan jilbab, langkah kuayunkan menuju ruang tamu di mana kata emak, Reyhan menunggu.Pemuda itu sedang berbincang dengan abah. Wajahnya cerah, terlihat bahagia.Tatapan kami bertemu, Rey mengangguk seraya mengatupkan tangan di depan dadanya. Kubalas dengan gerakan serupa.Pandangan Rey tertuju pada perutku yang membesar. Ada senyum di bibir itu.Kuraih kertas berwarna merah maron berpita gold berbungkus plastik transparan dari tangan Reyhan. Undangan."Ini undangan siapa, Rey?" tanyaku, membolak-balikan undangan tersebut. Lalu menatap lekat pria yang sedang tersenyum lebar itu."Punyaku. Aku sangat senang jika kalian mau datang di hari pernikahanku.""Masyaa Allah. Alhamdulillah, aku ikut bahagia, Rey."Mataku berkaca, menatapnya haru. Akhirnya kau mendapatkan apa yang tak kau dapatkan dariku, Rey.Reyhan mengangguk, dapat kulihat ada binar yang berbeda di mata itu. Kuyakinkan sisa cinta itu masih ada, hanya saja, takdir kita tak searah.Akhirnya nama pria yang ter

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    WAKTU YANG TERUS BERGULIR

    SAFNAAku mendorong kursi roda yang diduduki tuan menuju ruangan Nyonya Arsela dirawat. Suamiku meminta ingin bertemu istri pertamanya. Kukabulkan karena itu haknya.Tiba di hadapan tubuh Nyonya Arsela yang berbaring tak sadar, kutinggalkan tuan berdua dengannya. Tak ingin kehadiranku menghambat kata yang mungkin ingin dia sampaikan.Aku duduk di kursi tunggu, menajamkan pendengaran, siapa tahu tuan memanggil. Sekali-kali mata melirik pintu dengan hati resah.Setengah jam berlalu, tak jua kudengar suara tuan. Aku bangkit menghampiri pintu di mana daunnya dipasang kaca kecil memanjang ke bawah, dan tembus pandang ke dalam.Dapat kulihat dengan jelas aktivitas di dalam sana. Ada denyutan halus di hati ini. Tuan Roger menempelkan bibirnya di kening Nyonya Arsela, lalu menangis seraya meremas jemari lentik tanpa daya. Apa yang kusaksikan membawa kesadaran bahwa kehadiranku di antara mereka adalah kesalahan. Meski berseteru, sesungguhnya mereka saling cinta. ***Saat ini, aku berada di t

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    AKU TAK BISA

    ROGER"Jangan pernah berkata begitu lagi. Aku tak suka. Kau tak perlu berkorban untuk hal yang bukan kewajibanmu menanggungnya."Emosiku sedikit tersulut dengan perkataan Safna. Solusi darinya tak memberi jalan keluar tepat. Yang ada menambah masalah di atas masalah. Apa dia pikir aku lelaki sejahat itu. Akan mudah melepasnya setelah kami melalui kisah berat bersama. Apalagi di rahimnya telah tumbuh Roger junior. Wanita ini mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Baginya satu kalimatku sudah cukup. Tak boleh ada bantahan. Ia takkan berani bicara lebih jauh. Cukup sekali, sudah mengerti harus bagaimana bersikap. Safna bukan Arsela yang akan menyerang jika dibantah. Ia cenderung patuh dan menerima apa saja perintahku. "Apa boleh sementara aku tinggal di rumah Abah sampai Mbak Arsela tenang."Kudekap tubuh itu tanpa peduli dengan tatapan orang-orang di sekitar taman. Aku tahu Safna tertekan meski ia berusaha tegar. Posisinya dilema kini. Rasa bersalah pasti menyergapnya melihat Arsela hampir

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    LEBIH BUTUH

    ROGERSilau cahaya putih menerpa kornea. Kelopak kututup kembali kala ada denyut cukup nyeri di kening.Ingin kupijit pangkal hidung untuk mengurangi nyeri yang menghebat, tetapi tak ada kekuatan tangan untuk sekedar terangkat beberapa inchi saja."Alhamdulillah, kamu sadar, Mas!"Sayup terdengar suara yang sangat kukenal. Selanjutnya samar ada wajah yang mendekat.Ada yang basah di pipiku. Terjatuh dari mata bulat itu. Meski berat, kucoba mengangkat dua sudut bibir.Lalu, tangisannya makin jelas di telingaku. Ia pun menempelkan wajah di dada ini.Perlahan, aku bisa beradaptasi dengan kondisi tubuh setelah koma dua minggu. Safna amat telaten merawatku. Ia akan cerewet pada suster yang menurutnya lambat memeriksa.Sambil menyuapi ia akan menceritakan tentang yang terjadi selama aku dan Arsela koma. Gerahamku saling menekan kala mendengar cerita bahwa si penyihir itu mau membunuh Arsela, ingin menghilangkan saksi atas keterlibatannya mungkin.Di tengah obrolan, Papi datang mengunjungi.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status