Share

BERI KESEMPATAN

Penulis: Hanin Humayro
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-06 13:54:30

SAFNA

"Jadi, kau sedang mengandung?" tanya Rey.

Abah dan emak memberi kami kesempatan untuk bicara berdua di ruang tamu. Namun, dari arah dapur dapat kulihat wanita yang melahirkanku itu masih bisa mengawasi gerak-gerik aku dan Rey.

Aku mengiyakan pertanyaannya, helaan napas berat keluar dari mulut Rey. Entah kecewa atau ....

"Aku sangat menyayangkan sikap Tuan Roger, mengabaikan wanita secantik dan sebaik istrinya dalam keadaan mengandung." Wajah tampan itu mulai dijalari rona merah. Geram.

"Jika kau istriku, takkan kubiarkan hal seperti itu terjadi. Bodohnya laki-laki itu." Ucapan menohok hati.

"Rey, dia hanya sedang sibuk saja, bukan mengabaikan aku. Dia belum ada waktu menemuiku."

"Aku bukan laki-laki bodoh, Safna. Dia tidak pantas dibela, aku-"

"Cukup, Rey! Kau tidak perlu tahu apa yang terjadi di kehidupan kami. Jangan biarkan prasangka mengotori hatimu. Percayalah kami baik-baik saja," potongku, tak ingin Reyhan menguliti setiap permasalahan yang terjadi antara aku dan tuan.

Ta
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    LULUH

    SAFNAAku mengelus tangan Abah, berharap hati kerasnya melentur dengan sentuhan ini. Tangan abah mengusap air mata yang terus meleleh di pipiku."Kamu mencintai Juragan, Neng?" ucapnya pelan, kubalas dengan anggukan."Baiklah. Jika suatu saat dia menyakitimu lagi, Abah tidak akan segan menghajarnya dan tidak ada kesempatan lagi untuknya. Kamu dengar, Neng?" Lembut tetapi tegas tutur kata abah.Aku memeluk tubuh tambun itu. Beribu kata terima kasih tak terungkap untuknya. Hanya dekapan erat sebagai ungkapan, beralih memeluk emak. Saling menumpahkan tangis.Tuan Roger tersenyum, sebuah janji menjagaku dan menjaga sang calon bayi terucap dari mulutnya.*Aku kembali ke sangkar emas setelah melalui proses perpisahan dan wejangan dari abah dan emak. Tuan Roger membuka pintu mobil untukku. Sebelum menginjakan kaki ke luar, tubuh ini bagai melayang di udara.Tuan menggendongku, refleks tangan ini melingkar di lehernya seraya memekik. Mataku terbelalak, rasa panas menjalar di wajah atas perla

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-06
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    INIKAH 1 (Roger)

    ROGER"Maaf telah mengabaikanmu, Sayang."Kembali kudekap tubuh ringkih ini. Sesal di dada masih meraja. Betapa bodoh berlaku tak sepantasnya pada wanita yang sesungguhnya telah memenuhi seluruh jiwa.Lelaki macam apa aku menyiksa permaisuri dan buah hati sendiri.Lepas dimaafkan Abah, kami dipersilakan melepas rindu. Masuk ke kamar sederhana, tetapi rapi tataannya. Betapa aku ingin membayar gelora kerinduan ini dalam peluk yang tak terlepaskan."Kita pulang sekarang, ya?"Wanitaku hanya sanggup mengangguk. Mata itu telah sembab sebab tak henti ia menangis. Meski kuusap, akan basah kembali pipi putihnya. Sejenak kami terjeda dalam keheningan sambil bersandar pada bantal yang tersusun di ranjang.Menempuh perjalanan menuju Jakarta kali ini terasa ringan. Segala masalah di jalanan tak mengusik kebahagiaan yang sedang melingkupi kami.Meski tak banyak bicara, Safna sesekali menjawab pertanyaanku. Mungkin latar kami jauh berbeda hingga obrolan tak bisa mengalir sebagaimana mestinya.Tak ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-07
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    KENAPA 1 (Arsela)

    ARSELA"Bram, jangan!" teriakku, hingga menghentikan aksi pria itu menghajar Roger habis-habisan. Kurengkuh tubuh yang berusaha bangkit dengan susah payah dalam posisi telungkup. Bram kembali menarikku, lalu kembali mengancam, "Kau harus mati, Roger, supaya Arsela mutlak menjadi milikku!"Aku terperangah melihat Bram mengacungkan senjata apinya. Lelaki ini sudah kalap hingga tak lagi waras. "Jangan, Bram! Kumohon, jangan lakukan itu!" pintaku denagn nada mengiba. Kupeluk kaki lelaki yang sudah dirasuki setan.Aku memekik, saat Roger menendang kaki Bram hingga tersungkur, aku terjerembab ke samping, senjata api itu terlepas dari tangannya dan terpental cukup jauh.Perkelahian kedua tak dapat dielakkan lagi, kali ini Roger lebih menguasai permainan, tanpa ampun menghunjamkan pukulan, hingga berhasil melumpuhkan Bram.Roger meludahkan cairan merah di mulutnya seraya mendengkus. Ia menyeka darah itu dengan tangannya. Roger menarik tanganku kasar, tanpa peduli kesakitan yang mendera peru

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-07
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    INIKAH 2 (Roger)

    ROGERKuparkirkan mobil di luar gerbang bangunan yang tampak terawat ini. Sepertinya sering dikunjungi orang-orang. Atau memang tempat pasangan haram melampiaskan napsu bejatnya.Sebagian cat dindingnya terkelupas. Banyak lubang dan retakan juga pada tembok penghalang itu. Pintu yang terbuat dari kayu tampak kusam dan ada serpihan kayu memanjang yang terbuka. Handlenya pun tidak lagi berwarna silver sebab hampir seluruhnya di penuhi karat hitam. Lantainya pun sama sekali tak terawat. Dipenuhi debu yang tebalnya mungkin berlapis-lapis. Kuayunkan kaki perlahan agar tak menimbulkan suara gesekan sepatu dengan lantai. Darah ini berdesir hebat, beriringan dengan degup jantung yang menghentak kala netra menyaksikan pemandangan durjana di ruangan yang pintunya terbuka sempurna.Arsela tengah dihujani ciuman oleh lelaki tinggi besar yang otot lengannya tampak menyembul."Arsela!" Dengan tangan terkepal aku melangkah menuju pasangan haram tersebut.Arsela menoleh cepat dengan mata terbelalak,

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    KENAPA 2 (Arsela)

    ARSELA"Kau sama saja membunuh cucuku, Roger. Dasar anak tak tahu diuntung! Bagaimana bisa Arsela sampai tertembak! Mana tanggung jawabmu sebagai lelaki, sebagai seorang suami dan ayah?" Papi menambahkan umpatan yang ditelan mentah-mentah oleh lelaki yang masih mendekapku. Memberi ketenangan. Ia sama tersulut dengan besannya.. Pastilah marah sebab cuvu pertama telah tiada. Padahal kelahiran mahluk mungil itu sangay ditunggu-tunggu. Keluarga itu hanya punya satu anak. Harapan generasi penerus tentu daja berasal dari Roger saja. Andai punya anak lebih, mungkin masalahnya takkan sebesar ini. Sepintas kulirik ada senyum sinis di bibir si penyihir. Bahagia mungkin melihatku menderita dan Roger menjadi bulan-bulanan kemarahan lelaki-lelaki serakah itu. Dari awal bertemu aku sudah tahu kalau mertua tiriku memang bukan orang baik. Dia pasti menikah dengan papi mertua demi harta saja. Anak-anaknya juga sama tak berguna. Dan aku benci mereka dari awal sampai sekarang. Pertanyaan dan caci ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    6

    SAFNAHari berganti minggu, ayah dari putraku belum menampakan batang hidungnya. Telah kukalilipatkan ikhlas dan bersabar.Tuan menjanjikan derita dalam kesepian tak kan terulang. Aku mencoba percaya.Kecemasan ini masih menguasi hati. Hanya doa yang tak henti kupanjatkan, memohon perlindungan atas diri suamiku. Deru mesin kendaraan memasuki halaman istana ini menerbitkan senyum lebar di bibir. Gundah gulana yang menjajah hati musnah hanya dengan mendengar suara mobil yang kupastikan milik suamiku.Bergegas keluar kamar setelah selesai merapihkan rambut yang kubiarkan tergerai karena basah.Lagi pula di rumah ini hanya ada Bi Asih, tidak ada kaum adam. Jikapun ada, tempatnya di luar sana, tidak akan masuk kalau tidak kupanggil. Langkah ini mendadak berhenti kala mata tertuju pada wanita yang memakai dres merah selutut, dengan bahu terbuka. Wajah ovalnya begitu sempurna. Mata bulat itu bermanik biru terang. Di padu bibir merah yang sanggup menggoda naluri lelaki. Jantungku berdegup

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-09
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    BAGAIMANA KALAU

    SAFNAWahai dunia, kalian memang tidak ada yang tahu keberadaanku, tetapi rasa yang aku miliki bersama Tuan, nyata adanya.. Begitu indah dan panasnya terasa hingga seluruh raga. Kami saling cinta, bukan omong kosong belaka. Juga bukan untuk kesenanga peraduan saja. "Berani sekali kau membantahku, gadis kampung tidak tahu diri!" Nyonya Arsela mencekal lengan kuat, hingga kuku jarinya menekan kulit yang tertutup baju, aku meringis, sakit.Andai bisa, aku ingin berlari, keluar dari suasana mencekam yang membuat hidungku kesulitan memasok udara."Kumohon, Nyonya Arsela. Kasihanilah, Nyonya Safna sedang hamil."Mata wanita itu membola. Mulutnya mencebik. Wajah yang memerah itu makin merona, lalu ia berteriak tepat di wajahku. "Hamil? Kau sedang hamil anak Roger?""Iya, Nyonya. Saya mohon belas kasihanmu untuk Nyonya Safna," ucap Bi Asih lagi."Sialan! Kalian berdua memang tidak tau diri!"Permintaan Bi Asih yang begitu lirih tak digubris Nyonya Arsela. Tubuh ini limbung karena lemas penga

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-09
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    LUKA

    ROGERSetelah Arsela tertembak aku mengalilipatkan kekuatan untuk melumpuhkan kekasihnya. Entah kekuatan dari mana hingga dalam waktu singkat pria itu terkapar tanpa daya.Setelah menelpon polisi, kubawa Arsela menuju rumah sakit terdekat. Untunglah peluru tak mengenai organ vital. Hanya saja, karena tubuh itu terlalu syok, dan darah banyak keluar, istriku keguguran.Tentu saja hilangnya bayi itu tak hanya memicu histeria Arsela. Papa dan papi langsung meradang saat tahu apa yang terjadi."Kau telah membunuh cucu kami!”Papi menunjuk tepat ke wajahku. Di sampingnya ada ayah mertua yang beraut sama merahnya. Kali ini mereka benar-benar murka. Namun, aku tak mungkin mengatakan kebenaran anak siapa yang dikandung Arsela. Meski kesal setengah mati, kasihan juga jika dia diamuk para lelaki otoriter itu.Si wanita penyihir itu kulihat matanya mendelik dengan bibir tersungging sebelah. Pastilah ia bahagia. Dasar bodoh, aku sudah punya anak dari Safna. Akan ada saatnya kusampaikan pada dunia

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10

Bab terbaru

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    NYONYA RESMI

    ROGER"Bawalah Safna pulang. Kau sudah waktunya mengurusi urusan pribadimu. Setelah dia melahirkan, adakan pesta pernikahan. Undang semua kolega dalam dan luar negeri. Tunjukkan bahwa perusahaan kita masih kokoh dan berjaya!" titah papi. Kondisi papi pulih seiring kembali stabilnya perusahaan. Inilah yang kutunggu, kata-kata darinya. Artinya restu itu sudah keluar secara sempurna. Tak perlu lagi ada keraguan membawa Safna kembali ke sisiku. Enam bulan sudah aku menitipkan Safna pada orang tuanya. Segala rindu kupenjara agar tak memberontak. Hari ini akan kubebaskan ia dari kekangan.Tidak terlukis rasa ingin berjumpa. Mendekap tubuhnya erat, menghapus jejak air mata. Aku juga ingin bicara pada bayi yang ada di perutnya. Akan kukatakan maaf padanya sebab tak mendampingi selama proses pertumbuhan di alam rahim. Juga telah menorehkan kepedihan di hati sang bunda. Janjiku, ini adalah perpisahan terakhir kami. Setelah itu kami akan senantiasa bersama menjalani hari-hari bahagia. Membesa

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    SERANGAN VAN HOEVEL

    ROGERBergetar tangan ini membuka surat yang dikirim pengadilan agama. Gugatan cerai dari Arsela.Sekukuh itukah kau ingin pergi dariku Arsela?Apa kesungguhan permohonanku tak menggeser sedikit pun keputusanmu?Mengapa di saat aku ingin bersemayam di hatimu, kau menguncinya rapat-rapat.Mengapa Arsela?Kuhempaskan berkas itu hingga berserak di lantai. Mengacak rambut ini berulang, lalu mengusap wajah yang entah sekusam apa sekarang."Aaargh!"Lautan emosi di hati ini hanya bisa terluapkan dengan teriakan demi teriakan. Tak lebih.***Menapaki keramik keperakan di ruangan megah bergaya artistik Eropa. Langkah ini sebagai upaya akhir membuka hati Arsela.Pelayan keluarga Van Hoevel mengangguk hormat, memanduku menuju ruang Arsela berada. Papa tanpa seizinku membawa putrinya ke sini selepas keluar rumah sakit. Aku tak mampu menolak apalagi menentang. Pria itu sama kerasnya dengan papi, lebih ganas malah.Kuhampiri wanita yang tengah memandangi ikan-ikan di kolam yang terletak tiga meter

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    TAKKAN KUULANG

    ARSELALima bulan pasca perceraian dengan Roger. Aku dapat berjalan dengan normal kembali. Senang dan haru bercampur aduk di hati. Tak lupa ucapan syukur kupajatkan pada pemilik nyawa ini. Sebab, selama ini, aku telah lalai dengan kewajibanku. Terlalu jauh melampaui batas. Mendapatkan ketenangan hati setelah kembali menjalankan perintah-perintah-Nya ampunan atas perbuatanku selama ini. "Ah, thank's ... God." Tak lupa juga kuucap terima kasih pada Bram yang dengan tulus selalu menjagaku. Perhatian dan sikapnya membuat hati ini luluh kembali. Dia lelaki yang tak pernah berhenti mencintaiku. Roger, mungkin dia telah berbahagia, hidup dengan wanita yang bertahta penuh di hatinya. Safna. Wanita itu pantas mendampingi Roger. Kuusap bulir bening yang mengalir di sudut netra kala mengingatnya. Bram mengajakku jalan-jalan malam ini. Hanya bisa menutup mulut kala sadat ke mana ia membawaku. 'Tokyo Bay Night Cruise, Tokyo' salah satu tempat teromantis yang biasa dikunjungi pasangan kekasih

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    TAK HENTI

    ARSELA"Dengar, Arsela! Aku tak akan berhenti sampai mendapatkan hatimu lagi. Aku akan terus berjuang untuk itu." Bram mengusap sudut matanya yang mengembun. "Aku mencintaimu, sampai kapan pun itu. Bahkan sampai aku mati." "Pergi!" usirku. Keesokan hari, Bram datang kembali ke rumah ini. Aku sudah berpesan kepada penjaga rumah agar tak mengijinkannya masuk. Walau bagaimanapun, Bram pantas meraih kebahagiaannya dengan wanita lain, bukan denganku. Kuintip dari balik kaca setelah satu jam berlalu. Pria itu masih ada. Ah! Lelaki itu tetap pada pendiriannya. Tak akan pergi sebelum menemuiku. Bodoh memang. Malam hari hujan turun dengan derasnya. Kilatan-kilatan di langit menimbulkan suara menggeleggar. Menjalankan kursi roda melalui tombol otomatis menuju jendela. Ingin melihat hujan. Netraku menangkap seseorang yang berdiri menatap jendela kamarku. Ya Tuhan, Bram. Mengapa dia masih di situ.Jika terjadi apa-apa, bagaimana? Kalau Bram mati kedinginan bagaimana? Bram! Mengertilah. Ku

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    ARSELA KINI

    ARSELALumpuh? Aku lumpuh? Inikah hukuman atas kesalahanku? Mengapa tak mati saja? Mengapa Tuhan? Emosiku tak terkendali saat pertama mendengar vonis ini. Aku benar-benar merasa jadi manusia tak berguna. Hingga.... Menangis pun sudah tak berguna. Marah tak menyelesaikan masalah. Lalu.... Aku diam. Menerima realita dan segala konsekuensinya. Ditinggalkan Roger, hal pertama yang menjajah perasaan. Apalagi ia kini sudah memiliki wanita sempurna. Apalah aku dibanding dia? ***Aku melayangkan gugatan cerai pada Roger. Di luar dugaan ia menolak. Malah terus berupaya mendatangiku menawarkan hal sama. Menjalani bahtera rumah tangga bersamanya juga Safna. Ia berjanji akan berlaku adil. Akan berupaya membahagiakan kami berdua. Pernah hatiku terketuk. Nekat, ingin kuterima saja tawarannya. Namun, kala teringat kembali besarnya cinta Roger pada Safna membuatku meneguhkan kembali hati yang mulai goyah. Untuk apa bertahan jika aku tahu di hatinya hanya menyisakan sedikit tempat untukku.

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    KENAPA BUKAN DIA

    SAFNASetelah mengenakan jilbab, langkah kuayunkan menuju ruang tamu di mana kata emak, Reyhan menunggu.Pemuda itu sedang berbincang dengan abah. Wajahnya cerah, terlihat bahagia.Tatapan kami bertemu, Rey mengangguk seraya mengatupkan tangan di depan dadanya. Kubalas dengan gerakan serupa.Pandangan Rey tertuju pada perutku yang membesar. Ada senyum di bibir itu.Kuraih kertas berwarna merah maron berpita gold berbungkus plastik transparan dari tangan Reyhan. Undangan."Ini undangan siapa, Rey?" tanyaku, membolak-balikan undangan tersebut. Lalu menatap lekat pria yang sedang tersenyum lebar itu."Punyaku. Aku sangat senang jika kalian mau datang di hari pernikahanku.""Masyaa Allah. Alhamdulillah, aku ikut bahagia, Rey."Mataku berkaca, menatapnya haru. Akhirnya kau mendapatkan apa yang tak kau dapatkan dariku, Rey.Reyhan mengangguk, dapat kulihat ada binar yang berbeda di mata itu. Kuyakinkan sisa cinta itu masih ada, hanya saja, takdir kita tak searah.Akhirnya nama pria yang ter

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    WAKTU YANG TERUS BERGULIR

    SAFNAAku mendorong kursi roda yang diduduki tuan menuju ruangan Nyonya Arsela dirawat. Suamiku meminta ingin bertemu istri pertamanya. Kukabulkan karena itu haknya.Tiba di hadapan tubuh Nyonya Arsela yang berbaring tak sadar, kutinggalkan tuan berdua dengannya. Tak ingin kehadiranku menghambat kata yang mungkin ingin dia sampaikan.Aku duduk di kursi tunggu, menajamkan pendengaran, siapa tahu tuan memanggil. Sekali-kali mata melirik pintu dengan hati resah.Setengah jam berlalu, tak jua kudengar suara tuan. Aku bangkit menghampiri pintu di mana daunnya dipasang kaca kecil memanjang ke bawah, dan tembus pandang ke dalam.Dapat kulihat dengan jelas aktivitas di dalam sana. Ada denyutan halus di hati ini. Tuan Roger menempelkan bibirnya di kening Nyonya Arsela, lalu menangis seraya meremas jemari lentik tanpa daya. Apa yang kusaksikan membawa kesadaran bahwa kehadiranku di antara mereka adalah kesalahan. Meski berseteru, sesungguhnya mereka saling cinta. ***Saat ini, aku berada di t

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    AKU TAK BISA

    ROGER"Jangan pernah berkata begitu lagi. Aku tak suka. Kau tak perlu berkorban untuk hal yang bukan kewajibanmu menanggungnya."Emosiku sedikit tersulut dengan perkataan Safna. Solusi darinya tak memberi jalan keluar tepat. Yang ada menambah masalah di atas masalah. Apa dia pikir aku lelaki sejahat itu. Akan mudah melepasnya setelah kami melalui kisah berat bersama. Apalagi di rahimnya telah tumbuh Roger junior. Wanita ini mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Baginya satu kalimatku sudah cukup. Tak boleh ada bantahan. Ia takkan berani bicara lebih jauh. Cukup sekali, sudah mengerti harus bagaimana bersikap. Safna bukan Arsela yang akan menyerang jika dibantah. Ia cenderung patuh dan menerima apa saja perintahku. "Apa boleh sementara aku tinggal di rumah Abah sampai Mbak Arsela tenang."Kudekap tubuh itu tanpa peduli dengan tatapan orang-orang di sekitar taman. Aku tahu Safna tertekan meski ia berusaha tegar. Posisinya dilema kini. Rasa bersalah pasti menyergapnya melihat Arsela hampir

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    LEBIH BUTUH

    ROGERSilau cahaya putih menerpa kornea. Kelopak kututup kembali kala ada denyut cukup nyeri di kening.Ingin kupijit pangkal hidung untuk mengurangi nyeri yang menghebat, tetapi tak ada kekuatan tangan untuk sekedar terangkat beberapa inchi saja."Alhamdulillah, kamu sadar, Mas!"Sayup terdengar suara yang sangat kukenal. Selanjutnya samar ada wajah yang mendekat.Ada yang basah di pipiku. Terjatuh dari mata bulat itu. Meski berat, kucoba mengangkat dua sudut bibir.Lalu, tangisannya makin jelas di telingaku. Ia pun menempelkan wajah di dada ini.Perlahan, aku bisa beradaptasi dengan kondisi tubuh setelah koma dua minggu. Safna amat telaten merawatku. Ia akan cerewet pada suster yang menurutnya lambat memeriksa.Sambil menyuapi ia akan menceritakan tentang yang terjadi selama aku dan Arsela koma. Gerahamku saling menekan kala mendengar cerita bahwa si penyihir itu mau membunuh Arsela, ingin menghilangkan saksi atas keterlibatannya mungkin.Di tengah obrolan, Papi datang mengunjungi.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status