Home / Fantasi / Penguasa Dewa Naga / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Penguasa Dewa Naga : Chapter 61 - Chapter 70

349 Chapters

59. Misteri

Rumah lelang keluarga Meranti, ibukota Kerajaan GlintSeorang pria tua dengan jenggot dan kumis putih panjang, keluar dari suatu ruangan dan mendekati meja resepsionis. Ia bernama Taji Meranti, kakek dari gadis bernama Kana."Kana, ayo ikut kakek!" serunya kepada seorang gadis yang tengah berdiri di meja resepsionis.Kana, ia kini telah menjadi gadis yang cantik, pipinya sedikit tembem, bibir tipis berwarna merah muda alami, mata bulatnya yang indah, juga berambut pendek di atas pundak. Aura tenang yang begitu teduh dan menghanyutkan terpancarkan darinya. Penampilan dengan senyuman lembutnya membuat semua laki-laki ingin melindunginya."Mau ke mana kek?" Ia langsung berlari kecil, hingga gaunnya yang merumbai berayun. Tubuh lembutnya yang berlemak, namun tak bisa dibilang gemuk karena pada tempat yang tepat, juga ikut berayun. Jika saja ada laki-laki muda di sana, mereka tidak akan bisa mengabaikan keindahan itu. Ia mendekati kakeknya dan meraih tangannya untuk dibantu berjalan, lalu p
Read more

60. Aula Lelang

Alice hanya mengangguk pelan, lalu mereka berteleport di tengah lapangan, tepat di depan rumah mereka. Segera Akara menunduk, mengambil satu butir kerikil dan ia lempar sekuat-kuatnya ke arah atas. Tyang..Batu mengenai kubah pelindung yang mengelilingi gunung itu. Kubah pelindung masih sepenuhnya utuh dan tidak ada kerusakan sama sekali."Tidak ada tanda-tanda pertempuran, apa ayah sialan itu kabur meninggalkanku lagi!? Pasti dia sengaja pergi setelah menyegel teleportasiku!" ujar Akara dengan begitu geram."Lalu bagaimana kak?" "Kita ke kota akademi lagi, cari informasi tentang kejadian ini," jawabnya sambil mengusap lembut kepala adiknya."Baik!" Alice langsung tersenyum lebar sambil sedikit mengangkat kepalanya dan mengusapkan sendiri kepalanya pada tangan kakaknya. Persis seperti anak kucing yang minta dielus-elus.…Begitu sampai di Kota Akademi, Akara langsung melihat ke arah istana Kaisar Amerta yang a
Read more

61. Ranah Abadi

“Maafkan adikku, apakah ada yang luka?” ujar Akara sambil mengulurkan tangannya, namun tangannya langsung di pukul oleh laki-laki tadi. Ia merupakan seorang pemuda yang umurnya beberapa tahun lebih tua dari Akara. Dari pakaiannya saja, dapat dilihat jika ia berasal dari keluarga kaya. Ditambah lagi, ada dua pengawal di sisinya yang dengan sigap menyilangkan tombak di depan Akara. Sedangkan Alice langsung berlindung di belakang kakaknya."Jangan menyentuhku, manusia fana menjijikan!" ujar pria itu yang segera berdiri dan membersihkan bajunya. Ia merupakan Wan Waru, Tuan muda keluarga Waru.Akara sempat ingin melayangkan pukulan, tapi ia teringat kata-kata ayahnya akan pengunjung dari berbagai dunia dan peraturan yang ketat... Karena cucunya berjalan lebih pelan, kakek Taji Meranti segera meraih tangannya."Jangan ikut campur!" serunya sambil menarik cucunya untuk segera pergi, namun Kana masih saja menengok ke arah Akara. Tidak jauh
Read more

62. Neraka Biru

Gadis imut itu dengan tenang mengulurkan tangannya ke depan, lalu diselimuti oleh kilatan listrik yang serasi dengan warna bibir dan gaunnya.Booomm..Gelombang energi menyebar saat serangan kedua pengawal ditangkis, hingga membuat para pelanggan menyilangkan keduanya tangannya ke depan, menahan hentakan energi yang begitu besar itu. Kedua pengawal itu begitu terkejut saat melihat orang yang menangkisnya, mereka adalah penjaga aula lelang."Apa yang kalian lakukan!?" bentak salah satu penjaga pada kedua pengawal, sedangkan penjaga lainnya mengkondisikan para pengunjung."Bubar!?" seru penjaga lainnya pada para kerumunan."Ahh tidak seru, baru akan mulai perkelahian bocah-bocah itu," ujar salah seorang yang mulai membubarkan diri."Siapa bocah-bocah tadi?" "Tidak tau, tapi gadis itu sangatlah cantik!""Aku tidak bisa menyangkalnya kalau itu!""Hahaha! .."Ahh, anak itu tadi mencoba menyerangku, para pengawalku hanya bertugas melindungiku saja," jawab Wan Waru sambil tersenyum melihat
Read more

63. Manager lelang

"Memang ada lima tingkatan senjata dan artifak.. Praktisi, Prajurit, Ksatria, Raja dan Kaisar, tapi guru hanya akan membuat 2 tingkat teratas. Baginya, 3 tingkatan bawah merupakan sampah!" seru Akara dengan bersemangat menjelaskan, membuat sang pelayan sedikit terkejut."Level empat untuk ranah Kinanthi, apakah ada yang level lima? Banyak praktisi ranah abadi yang tengah berkunjung, mungkin akan lebih mudah terjual. Atau ada yang tingkat Kaisar di level empat!?" ucap pelayan yang sudah mulai tertarik. Mendengar hal itu, Akara langsung tersenyum."Maaf, bukan bermaksud meragukan!" lanjutnya. "Penempa level lima memang sangat jarang ditemui, tapi gurumu sudah sangatlah bagus," ucapnya dengan ragu karena takut salah bicara."Tenang saja, senjata ini setara tingkat Kaisar di level lima, mungkin lebih tinggi," ujar Akara membuat pelayan mengerutkan dahi tidak yakin."Silahkan dicoba adu kekuatan dengan senjata di atasnya, jika senjata ini rusak, aku ti
Read more

64. Lelang

Pertanyaan itu nampaknya tidak mengubah ekspresi Elena, bahkan wanita berambut pendek itu menjawabnya sambil masih fokus melihat buku daftar barang. "Kakakmu dan Danur belum bisa ditemukan, tidak ada kabar sama sekali tentang mereka. Seperti yang kamu lihat, kejadian itu tidak merusak kubah pelindung sedikitpun." "Seharusnya hanya keluarga kami yang bisa menembus pelindung, apa itu ulah anak papa yang tidak diurus?" ujar Pricilia yang curiga seperti anak kecil."Kak Renggo?" selidik Elena sambil menatapnya, lalu menutup buku daftar barang karena tampaknya akan ada pembahasan berat."Tidak, tidak! Kak Renggo tidak mungkin melakukannya. Yang paling mungkin adalah anak papa yang tidak terurus yang lahir sebelum kak Renggo!" Jawaban guru Pricilia yang konyol, membuat Elena tersenyum menahan tawa."Kalau kakakmu mendengar ini, dis pasti akan memarahimu," "Siapa tau bukan!? Papa memiliki banyak istri, mungkin saja masih ada beberapa
Read more

65. Lelang 2

"Baiklah karena tidak ada penawar lainnya, terjual dengan harga 500 koin Pala!" Wanita berambut pendek itu tak menyia-nyiakan kesempatan, ia langsung menjualnya saat penawaran pertama. Senjata yang sebenarnya sangat unik, namun tidak ada yang membutuhkannya. Mungkin saja hanya seorang kolektor yang mau membelinya."Gila, siapa dia?" Akara pun ikut penasaran dengan orang yang menawar senjata itu. Ia perlahan-lahan membangunkan kepala adiknya dari pahanya dan berjalan mendekati kaca. Mata ularnya menyala, melihat ke arah suara penawar tadi. Akan tetapi, sama seperti saat dia melihat istana Kaisar Amerta, ia tidak dapat melihat ke ruangan lainnya."Tidak bisa tembus lagi, pelindung di sini benar-benar luar biasa!" ujar Akara dan adiknya mendekatinya."Barang selanjutnya adalah Busur panah tingkat Kaisar level tiga! Senjata jarak jauh yang memiliki elemen angin, cukup menarik karena bisa menambah kecepatan dan megurangi suara pergerakan. Penawaran dimulai deng
Read more

66. Janji ke Kota Gnome

Elena sedikit terkejut karena mereka tidak mengenakan topeng, namun Wan Waru langsung melambaikan tangannya."Tenang saja!" ucapnya. "Halo semuanya! Aku Wan Waru, tuan muda keluarga Waru!" Ia malah memperkenalkan diri dengan begitu percaya diri."Mari kita lihat sesombong apa penempa senjata ini!" serunya, lalu menoleh ke arah Elena. "Biarkan kedua tetua keluarga Waru yang mencobanya," "Silahkan." Elena mempersilahkannya dan salah satu pengawal yang ternyata tetua keluarga itu meraih pedang Salju Hitam."Saya ulangi sekali lagi, kerusakan senjata kalian tidak akan kami ganti." Elena kembali memperingatkan mereka dan Wan Waru dengan percaya diri mengacungkan jempolnya."Kami mulai!" Kedua tetua saling berhadapan dengan jarak lima meteran, kemudian muncul aura ranah mereka. Ranah Asmaradana lima bulan dua bintang energi pada tetua yang memakai kampak dan satunya lagi ranah Kinanthi empat bulan sembilan bintang energi."Seorang ranah abadi untuk mengawal bocah, siapa tuan muda ini?" Se
Read more

67. Saling Kenal

"Pedang Salju Hitam terjual delapan ribu koin Pala! Selamat untuk semuanya, pelelangan hari ini selesai dan kita lanjutkan pelelangan VIP. Untuk para peserta yang ingin mengikuti masih bisa menyewa beberapa ruang VIP yang masih kosong. Terima kasih, saya Elena selaku manager pelelangan ijin pamit!" setelah Elena berpamitan, panggung lelang melayang di udara, lalu muncul penghalang di langit-langit lantai utama."Maaf telah membuat tuan dan nyonya menunggu lama, tanpa basa-basi lagi mari kita mulai pelelangan VIP hari ini!" Elena melayang dengan alas lantai panggung lelang.Akara kini duduk di sofa, meninggalkan adiknya yang masih di dekat kaca. Senyuman lebar tercipta dari di bibirnya, pertanda bahagia, juga bahaya karena adiknya melihatnya."Bahagia sudah memberikan pedang pada gadis itu? Kenapa tidak dikasih gratis saja!?" ujar Alice dengan ketus, lalu berjalan cepat menghampirinya dan duduk sambil membelakangi."Kan kakak menjual pedang ta
Read more

68. Regera dan Ratunya

Gadis imut yang biasanya manja pada kakaknya, kini benar-benar menjadi seseorang yang berbeda. Ia nampak begitu serius dan yakin, padahal manager pelelangan sampai panik dibuatnya."Tapi di alam atas juga…!""Akan Alice urus semuanya, biarkan kak Akara mencari Esensi Surgawi,"Elena semakin panik dan khawatir, bahkan bicaranya seperti ngotot. "Kalau begitu kamu akan mengorbankan masa mudamu menanggung semua beban ini! Jika ingin Esensi Surgawi, tinggal suruh mereka mencarikannya di alam atas!"Alice dengan santai menjawabnya. "Kalau begitu, kenapa ayah tidak melakukan hal itu dari dulu? Kak Akara malah dibiarkan di kerajaan Glint saat kecil, lalu menyembunyikan semua ini. Pasti ada alasannya… Itu karena kejadian kakak pertama, jadi ayah Al tidak ingin hal itu menimpa anaknya yang lain."Di sekitar ruangan itu, muncul beberapa bayangan hitam yang bersembunyi. Bahkan mereka ada di dinding luar bangunan besar itu. Mereka berpakaian tertutup
Read more
PREV
1
...
56789
...
35
DMCA.com Protection Status