Home / Fantasi / Penguasa Dewa Naga / Chapter 271 - Chapter 280

All Chapters of Penguasa Dewa Naga : Chapter 271 - Chapter 280

349 Chapters

263. Murid Paman Jade!

Kawah yang tersapu oleh angin jadi mengering dan membentuk bongkahan batu berbagai ukuran. Tidak butuh waktu lama hingga nampaklah binatang sihir raksasa yang bersembunyi di sana. Tubuh Naga dengan sepasang kaki untuk menopang tubuhnya, juga lelehan magma yang masih menyelimutinya. Pupil mata Wyvern tingkat Naga satu pola itu begitu kecil, namun segera membesar dan membuatnya sedikit nunduk. Akan tetapi, pupilnya kembali mengecil dan kepalanya menggeleng, lalu melangkah mundur. Pupilnya membesar lagi dan menunduk, namun mengecil lagi dan menggeleng hingga beberapa kali. Bwushh... Tekanan gravitasi diberikannya, membuat Wyvern terjerembab ke dasar kawah. Akara lalu  melompat turun dan mendarat perlahan-lahan tepat di depan kepala Naga raksasa itu. Ia mengulurkan tangannya, lalu menyentuh bagian atas hidung Wyvern dengan sisik hitam dan keras. Bwushh... Aliran energi sangat banyak mengalir masuk ke dalam kepalanya, membuatnya sedikit memberontak, namun tekanan gravitasi lebi
Read more

264. Aliansi Angin Malam Hancur!

Akara, pemuda berjaket kulit hitam itu berdiri dan menghirup udara dengan berat, ia memperhatikan sebuah kediaman besar di depannya yang sudah hancur. Melihat pemuda berjaket hitam dengan sepasang pedang kayu di punggungnya, para warga langsung berkerumun untuk melihatnya. Dia Agera? Sial sekali nasib Aliansi Angin Malam, dihancurkan dalam semalam hanya karena menolong pemuda ini. Salah dia sendiri sok-sokan melawan Raja Penempa!Akara langsung menoleh ke belakang dengan sorot mata yang tajam, membuat para penggosip itu begitu gemetaran, bahkan ada yang jatuh terduduk dan ada yang berlari. Ia lalu melangkahkan kakinya memasuki gerbang besar yang tinggal pondasinya saja, namun ada sebuah logam besar di sana yang berbentuk pusaran angin dengan bulan di belakangnya. Halaman yang luas di dalamnya juga sudah porak poranda dengan bekas semburan magma yang sudah mengering. Begitu sunyi, tiada seorangpun di sana, bahkan tidak ada satupun bangunan yang masih berdiri. Ruang
Read more

265. Diam Saja Membuat Gemetaran

Pria bernama Ron Waru itu sangat sumringah begitu melihat keberadaan Akara. "Tuan Agera, kita bertemu kembali!" Ia menyeringai penuh dendam, membuat Bento Besiah dan Alred Jati berdiri. "Ron Waru, ini istana Shuyal!" Bento Besiah memperingatkan."Tenang Yang Mulia, tidak ada lagi yang bisa melindungi bocah ini. Lemon dan Aliansi Angin Malam sudah tamat, lalu pria berjubah yang selalu di sisinya juga sekarang tidak ada. Raja Penempa pasti segera mengetahui kabar keberadaannya di sini, apa kalian masih ingin melindungi bocah sepertinya?"Akara lalu berdiri sambil tertawa, membuat mereka menatapnya kebingungan."Apa yang kau tertawakan bocah!? Kematianmu sudah di depan mata!" Pandangan mereka lagi-lagi tertuju pada jalan masuk setelah mendengar gemrecak dari armor penjaga yang berlari mendekat. "Yang Mulia!" Ia langsung berlutut dan menelangkupkan tangannya di depan. "Ada kabar dari kota Gnome bahwa..." Ia ber
Read more

266. Pulau Melayang di Kota Araves

Banyak sekali orang yang mencaci maki Akara, dengan tatapan yang begitu tajam penuh amarah. Ia sekali lagi menyapu pandangannya, membuat para penjaga panik."Mohon jangan dengarkan perkataan mereka!" penjaga itu membungkuk, namun Akara hanya tersenyum tipis sebelum melesat, menembus air terjun dan masuk ke dalam Gua Pelindung Harapan. Tidak ada perubahan di lorong depan, terlihat bersih dan cahaya matahari menembus dari langit-langitnya dan aliran sungai di atasnya terlihat jelas dengan ikan-ikan yang berenang. Ia lalu terbang masuk lebih dalam. Lokasi kamarnya juga masih tak tersentuh, lalu sampailah di bagian paling ujung. Ruangan yang jauh lebih luas dari sebelumnya. Kolam racun milik Ken masih ada di sana, dengan Spider Blood Lily yang masih terawat, bahkan ada belasan orang yang berlatih di pinggirannya. "Tuan Agera!?" Pria umur 40 tahunan berambut pendek dan tubuh kekar layaknya tentara. Jubah tersampir pada pundaknya untuk menyembunyikan tangan kanannya, na
Read more

267. Raja Pil

Gadis cantik berwajah tirus dengan mata yang tajam, berambut hitam keunguan yang dikucir dua. Bajunya tanpa lengan, namun memakai sarung tangan hingga sepanjang lengan. Jadi lengan atas hingga ketiaknya tidak tertutupi. Ia juga memakai rok mini yang mengembang di atas lutut, tapi juga memakai kaos kaki setinggi lutut. Dia langsung mendekati Akara dengan langkah kaki yang dihentak-hentakkan. "Apa yang kau lihat!?" Bentaknya seraya berkacak pinggang. Tanpa menunjukkan ekspresi apapun, Akara berjalan pergi begitu saja. Gadis itu langsung menggenggam erat, dan menghentakkan satu kakinya. "Ayah! Lihat kelakuan pemuda mesum itu!" teriaknya sembari menunjuk Akara dan menoleh ke salah satu pria di sana. Pria berumur 30 tahunan dengan jenggot berbentuk segitiga. "Apa yang dilakukan bocah sepertimu di sini!? Jika bukan berada di tempat ini, kau sudah aku hajar bocah!" Pria itu lalu menggandeng anak gadisnya dan berjalan pergi. "Tapi ayah..." protesnya s
Read more

268. Raja Pil Turun Tahta

Mereka semua masih tercengang, ditambah lagi sekarang pemuda berjaket hitam dan Raja Pil sedang mengobrol."Sial, kau meninggalkanku, padahal masih ada bahan pil yang harus aku cari," ucap Akara yang duduk menyamping, menghadap ke arah Raja Pil. Kenapa dia sangat santai sekali? Apa hubungan mereka? Kalian tenanglah, mari minum agar tenang."Kau sangat lama di dunia Lestari, mana mungkin aku menunggumu, memangnya bahan pil apa?" "Pil Transformasi Tubuh, tapi sudah aku dapatkan beberapa bahannya,""Kau gila, itu Pil tingkat 9!""Pffft! Tingkat Sembilan!?" Mereka tanpa sadar berteriak, bahkan ada yang menyemburkan teh yang sedang ia minum dan akhirnya tersedak hingga batuk-batuk. Akara dan Raja Pil menoleh ke arah mereka dengan santai, lalu melanjutkan mengobrol."Membawa pulau bepergian, kau hebat juga pak tua Zimo!""Agk!?" Mereka lagi-lagi tercengang. "Dia tadi memanggil dengan nama? Aku tidak salah dengar buk
Read more

269. Mati dan Dibangkitkan!

Di atas hamparan lautan awan putih, ada sebuah pulau melayang yang begitu besar. Hal mencolok di sana berupa pilar empat sisi yang terlihat seperti dua cincin emas raksasa yang melingkar pada pulau. Ujungnya yang menyatu di atas langit, memiliki lubang dan di dalamnya ada bola energi layaknya matahari. Di tengah-tengah pulau, ada area luas berbentuk lingkaran seperti altar, dengan bagian tengahnya berlubang seperti sumur. Sumur yang begitu dalam, terus masuk ke dalam tanah dan di ujungnya ternyata ada ruangan bawah tanah. Cahaya dari bola energi tadi menembus hingga ke dasar, menyinari sebuah kristal yang tertanam di tengah-tengah altar. Secara tiba-tiba, sinar memancar sangat terang, menerpa kristal tadi dan langsung disebarkannya. Bukan membias ke segala arah, namun menyalakan sajak yang ada di altar. Bergerak begitu cepat memenuhi altar dan ternyata masih ada aliran di salah satu sisinya. Aliran itu bergerak ke samping altar dan di sana ada altar lainnya dengan ukuran y
Read more

270. Menjemput Kana

Aulia menjentikkan jarinya, lalu portal muncul seketika di dekat mereka, tanpa basa-basi Akara masuk ke sana. Sepeninggal Akara, Tense langsung berdiri dan membungkukkan badannya di depan Zimo. "Yang Mulia Raja Pil! Saya Tense, seorang master Alkemis tingkat 6 yang sejak dulu mengidolakan sosok Raja Pil! Tidak saya sangka bisa bertemu langsung, bahkan duduk di satu tempat yang sama!" serunya membuat Zimo tertawa canggung."Berdirilah, terima kasih juga telah membantu pemuda itu. Jika dia tidak lolos dari jeratan Yog Aren, tidak mungkin juga aku bisa melewati belenggu," Tidak berselang lama saat mereka mengobrol, Akara sudah muncul kembali dari portal."Bagaimana Akara?" sambut Aulia."Sudah daftar, tapi ujian kenaikan masih 3 bulan lagi kak, akan aku gunakan waktu sebaik-baiknya,""Oh kalau begitu, kamu bilang ingin menjemput gadismu 'kan? Biar kakak bantu!""Beneran kak?"Aulia mengangguk sambil mengulurkan t
Read more

271. Jadi Melamar Kana

Melihat kejadian itu, gadis kecil yang tadi digandeng oleh Kana langsung mendekati Akara. "Kak Akara! Wanita itu selalu memperlakukan kak Kana dengan buruk!""Vania." Kana menoleh sambil menggelengkan kepalanya."Biarin kak! Dia memang keterlaluan! Kak Kana saja yang terlalu baik!"Melihat keduanya bersitegang, Akara langsung meraih kepala mereka dan mengusapnya dengan lembut. "Sudah, kenapa malah kalian yang berkelahi?" Akara lalu menggandeng mereka dan menoleh ke belakang. "Ayo masuk dulu!"Mereka lewat begitu saja, mengabaikan wanita yang masih bersujud di tanah....Mereka sudah duduk di sofa, dengan beberapa pelayan yang mengantar hidangan. Kana duduk di samping Akara dengan tangan masih di genggamannya, sedangkan Vania di sisi lainnya. Gadis kecil itu lalu menarik baju Akara, meminta perhatiannya. Setelah Akara menoleh, ia lalu berbicara."Lihat kak! Masih banyak pelayan di sini, tapi selalu saja kak
Read more

272. Naga jadi Mainan.

Gua Pelindung HarapanBeberapa bangunan tingkat bertambah, bukan meluas, tapi memanjang sepanjang aliran Sungai. Tidak ada yang protes dari anggota Aliansi Angin Malam, sebab. Saat mereka kembali, para anggota di sana sudah mengetahui kematian Yog Aren. Ditambah lagi keberadaan Zimo sebagai Raja Pil di sisi Akara, membuat pemuda itu langsung mendapat kehormatan mereka. Akan tetapi, malah ada sebuah pulau mengapung yang ada di atas mereka.Akara keluar dari kamarnya, ditemani sorot cahaya matahari yang menembus langit-langit gua, ia masih memakai kimono tidur dan berjalan menuju dapur. Di meja makan, sudah duduk beberapa orang yang sedang menikmati makanannya. Mereka adalah pria berblangkong dan seorang wanita bergaun sutra putih. "Apa yang kalian lakukan di sini!?" Akara langsung bergegas mendekati mereka, namun mereka hanya meliriknya sekilas dan melanjutkan sarapan. "Jangan berisik! Sudah, duduklah." Kana mendekatinya sambil membawa sepiring m
Read more
PREV
1
...
2627282930
...
35
DMCA.com Protection Status