Setelah melihat kepergian Daniel dan Demian, Viona pun memilih pergi meninggalkan restoran. Tidak ada alasan lagi untuknya tetap di sana. Sebab, orang yang mengajaknya bertemu dan makan siang sudah pergi terlebih dahulu.Kaki-kaki jenjang itu melangkah dengan pelan, menyusuri setiap jalanan yang sibuk dengan banyak orang lalu-lalang. Kepalanya menunduk, tetapi sesekali dia menggunakan matanya menyapu setiap sudut kota yang ramai.Seketika langkahnya terhenti, di samping sebuah gang gelap dan sepi, tempat kotor yang ditinggalkan dan tak pernah tersentuh. Dulu, dia pernah berada di sana. Meringkuk dalam diam, menahan haus dan lapar, serta berlindung dari seseorang yang mungkin sedang mencarinya.Tanpa sadar dia tertawa, mengingat betapa malang nasibnya dulu hingga sempat berpikir untuk mati menyusul sang ibu. Miris.“Ah, aku benci mengingat ini.”Setelah mengatakan itu, Viona kembali berjalan, meninggalkan gang gelap dan penuh memori buruk tersebut. Dia kemudian berhent
Baca selengkapnya