Semua Bab Tawanan Mertua Kakak: Bab 31 - Bab 40

178 Bab

Bab 31

Bab 3129082022 “Apakah kamu keberatan dengan pekerjaan itu?” Bang Tito mengulum senyum. “Kamu tega menjual adik sendiri masak wanita lain kamu tidak bisa.” Suaranya menohok ego Ajeng.Ego Ajeng tercabik. Dia tersenyum kecut. Sudah kepalang tanggung, daripada ditangkap polisi lebih baik ia menjadi germo dan hidup dengan nyaman di rumah mewah milik Bang Tato dan membantunya mengelola bisnis lendir.“Aku ambil pekerjaan itu Bang, tapi aku mau komisinya 40 persen!” Ajeng mulai menawar. Hidungnya mulai mencium lembaran uang masuk ke kantong dompetnya.“Tidak bisa, aku harus mengeluarkan uang untuk keselamatan kamu dan anak-anak. Juga perawatan anak-anak, rumah dan tempat tinggal mereka. Bagaimana kalau 35 persen?” jawab Tato. Dia yakin Ajeng takkan menolak tawaran manis darinya.“Deal!” kata Ajeng semangat. Persetan dengan moral, yang penting hidupnya terjamin. “Aku butuh baju. Bisakah Abang membelikan aku baju.” Ia tak mau mengutak-atik uang yang ada di rekeningnya.“Ya tentu saja, beli
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-29
Baca selengkapnya

Bab 32

29082022Amina gugup dengan lampu sorot yang menyorot ke wajahnya. Ia lalu bergantian melihat wajah Eril, Ayang dan Dokter Kartika. Kemudian Bapak dan Ibu yang sesekali mengusap air matanya. Perempuan tua itu haru menemukan anaknya yang hilang.Mereka semuanya hadir untuk memberikan support pada Amina yang sedang diwawancarai ekslusive oleh stasiun televisi ternama di acara Rosy Show. Nama Amina sontak menjadi buah bibir netizen setelah channel Youtube milik Eril menayangkan kasusnya.Amina yang semula bukanlah siapa – siapa kini menjadi terkenal dalam sekejap. Gadis cantik itu melihat aba – aba yang diberikan oleh floor director. Bayang – bayang kelam sekelebat hadir menghantui dirinya. Sekuat tenaga ia menghalau dan menguatkan hati. “Aku harus bisa!”“Selamat malam Amina, apa kabar?”“Baik.” Amina mengulum senyum menjawab pertanyaan host. Ia melihat titik di antara dua mata wanita cantik di depannya itu.“Amina kelihatan cantik sekali malam ini, dan saya kagum dengan kisah Anda. Jik
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-30
Baca selengkapnya

Bab 33

Bab 33 “Amina, tolong maafkan Ayah. Beliau sudah tua, kasihan jika harus hidup di penjara?” pinta Wahyu memelas. Amina bergeming, dia berdiri mematung seraya memandang wajah Wahyu dengan tatapan tanpa ekspresi. Wahyu bersujud pada Ibu Amina. “Tolong bujuk Amina Bu, supaya membebaskan bapak saya. Saya berjanji akan memberikan sejumlah uang sebagai pengganti penderitaannya.” Darah Amina mendidih. “Cukup! Berapa pun jumlah uang yang keluarga Mas Wahyu berikan, tidak akan pernah mengganti trauma saya dan Ayang. Pergilah! Jangan ganggu saya dan Ayang lagi.” Wahyu tidak memedulikan omongan Amina. “Amina, tolonglah, berapapun yang kamu minta, kami beri, asal Bapak dibebaskan dari penjara.” Ia tetap berusaha merayu Amina. Amina mencibir. “Pernahkan Mas Wahyu berpikir berada di posisi saya, Ibu dan Bapak?” Dadanya turun naik siap memuntahkan emosi yang dipendamnya selama ini. “Benar Nak. Ibu Amina sampai sakit – sakitan memikirkan Amina. Kami juga rela menjual tanah untuk mencari Amina.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-31
Baca selengkapnya

Bab 34

Bab 34 31082022 Amina dan Eril kaget melihat Ibu Amina berdiri di dekat mereka dengan membawa Ayang di sampingnya. Buru- buru mereka bangun. “Maaf Bu, ini tidak sesuai yang Ibu pikirkan. Tadi saya melompat dari balkon kamar dan secara tak sengaja menimpa Amina,” beber Eril menjelaskan, supaya tak ada praduga yang tidak – tidak. Dia menjadi gugup. “Betul Bu, kami tidak melakukan apa – apa.” Amina turut memperkuat penjelasan Eril. “Hmm, apa benar begitu?” Ibu Amina masih memandang curiga kepada Amina dan Eril. “Kenapa Eril melompat, bukankah ada pintu masuk?” “Apa lagi yang harus Amina jelaskan. Eril menguji nyalinya dengan mencoba melompat ke balkon.” Amina mulai kesal. “Jika kalian bertindak ya tidak – idak lebih baik menikah saja.” “Apa – apaan sih Ibu ini, seenak sendiri menuduh dan memaksa orang untuk menikah. Amina dan Eril tidak ada apa – apa.” “Benar Bu, Ibu salah paham saja.” Berbeda dengan Amina yang tampak emosi, Eril masih sabar menghadapi Ibu Amina yang agak kolot
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-01
Baca selengkapnya

Bab 35

Bab 35 31082022 Ibu muda yang menggunakan celana legging dan kaos ketat berwarna merah, memandang Ibu Amina dengan jijik. Sedangkan anaknya bermain bola tak jauh dari Ayang. “Hih, saya benar kan? Gak ada anak kecil yang takut rumput, anak Ibu saja yang aneh masak memegang rumput saja menangis jejeritan seperti melihat setan!” jawabnya pedas. “Jaga ya omongan kamu. Anak saya tidak gila, cucu saya juga tidak aneh. Dia diculik orang! Kalau tidak percaya lihat televisi!!” Naps Ibu tersengal – sengal. Dia tidak terima anak dan cucunya dilecehkan orang. Ibu muda itu tertawa terbahak-bahak mengejek Ibu Amina. “Halu kali ye masuk tivi. Memangnya siapa situ?” Ibu Amina mau membalas tapi suaminya datang mencegah. “Sudah Bu, jangan diladeni, gak perlu itu. Kita kembali saja ke restoran. Siapa tahu Amina dan Eril sudah selesai sarapan.” Bapak menggendong Ayang, tangis anak itu telah berhenti lama. Ibu mendengkus kesal dan masih menggerutu hingga ia bertemu dengan Amina dan Eril. “Ibu ken
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-02
Baca selengkapnya

Bab 36

Bab 36 Amina mengejar perempuan yang mirip sekali dengan kakaknya. Postur tubuh dan gayanya berjalannya serupa dengan saudara kandungnya itu. Ia yakin sekali wanita itu adalah Ajeng meski rambutnya telah dipangkas pendek. Mata Amina detail menelusuri ruang tunggu yang luas itu, kemudian ia menangkap sosok Ajeng masuk ke dalam toilet. Tapi setelah menunggu lama, Ajeng tak muncul. “Asem! Ke mana manusia biadap itu!” rutuk Amina jengkel. Tangannya sudah gatal ingin menjambak rambut kakaknya. Ia lalu melihat jam di tangannya. Seketika dia panik dan berlari menuju tempat Eril dan Ayang. “Semoga Eril tidak marah!” Namun Amina lemas, dia tersesat! Tadi dia lupa di mana Eril dan Ayang menunggunya. Sekarang ia tak tahu bagaimana menemukan Eril dan Ayang. Rasa bingung dan ketakutan mulai menghantam benaknya. Bagaimana ia menemukan mereka? Ia cemas pria itu meninggalkannya sendirian? Sementara dia belum pernah ke Jakarta dengan menggunakan pesawat. Amina berjalan tak tahu arah dengan air ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-03
Baca selengkapnya

Bab 37

Bab 37 04092022 Langkah Ajeng panjang – panjang menapaki lantai Bandara Juanda. Ia berniat keluar dan mencari taksi. Niatnya untuk kabur ke Jakarta pupus sudah setelah Amina mengenalinya. Beruntung ia bisa mengecoh dan lepas dari kejaran Amina. Selama perjalanan, mulut Ajeng tak henti mengeluarkan gerutuan tak jelas. Badannya dari semalam demam, terasa panas dingin, sekujur tubuhnya ngilu dengan kelelahan kronis. Ditambah sariawan parah hingga membuatnya susah makan. Sedikit – sedikit Ajeng mengeluh dengan rasa sakit yang ia derita. Rasa pening di kepalanya bertambah berat. Perempuan itu bersandar di kursi mobil. Tanpa bisa ditolak pikirannya bermain – main lalu melayang pada Wahyu – suaminya. Andaikan ia tidak mata duitan, nasibnya tidak akan begini. Hidup di perantauran sebagai buronan tidaklah menyenangkan. Terlebih, ia harus melayani keganasan seks Bang Tato yang membuat tubuh mulus Ajeng babak belur. Parahnya lelaki itu suka merekam adegan seks nyeleneh mereka. Adegan s
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-04
Baca selengkapnya

Bab 38

Bab 38 04092022 Reflek Ajeng bangun dan mencari perawat yang berbicara di depan kamarnya. “Siapa yang kena HIV? Apakah yang kalian maksud adalah saya?” Perawat klinik itu bungkam, mengetahui dirinya salah telah membocorkan rahasia pasien. “Sebaiknya kita menemui Dokter dulu Mba, nanti beliau yang akan menjelaskan.” Ia lalu mengajak Ajeng masuk ke ruangan dokter yang berada di depan ruang tunggu. Di sana, Dokter Astiti telah menunggunya. Ia menyapa Ajeng dengan ramah. “Selamat sore Mba, silahkan duduk.” “Dokter, apa betul saya terkena HIV AIDS?” tanya Ajeng tak sabar. Dokter Astiti tidak menjawab, dia memberikan hasil lab Ajeng, “Silahkan dibuka dulu Mba.” Dengan gemetar Ajeng membuka lembaran kertas itu. Sekujur tubuh Ajeng lemas membaca hasil lab. Dunianya seketika runtuh, masa depannya direnggut oleh penyakit yang belum ada obatnya. “Aku kena HIV AIDS?” gumamnya pelan. “Tak mungkin, tak mungkin aku terkena penyakit jahanam itu. Aku sehat!” sangkalnya mentah – mentah. Siapa y
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-05
Baca selengkapnya

Bab 39

Bab 39 05092022 Bang Tato meletakkan gelas wine di atas meja, lalu menyilangkan tangan ke dada sedangkan kaki kiri diletakkan pada paha kanan. Kemudian terdengat tarikan napas lamban. Wajahnya tampak kaku dan dingin. “Sayangnya aku tidak mau mati bersamamu. Aku masih mau hidup lama. Kalau kamu mau mati, matilah sendiri, tidak usah ajak – ajak.” Mulut lelaki itu mencibir, matanya memandang rendah Ajeng. Mata Bang Tato lekat mengamati tiap perubahan mimik Ajeng. Secara lugas Bang Tato berusaha mengiris makna yang tersirat dalam kalimat Ajeng. Hidungnya keras mencium “bau amis”. Ada sesuatu yang tak beres yang disembunyikan oleh Ajeng. Mau apa Ajeng? Apakah wanita penyuka uang itu ingin membunuh dan menguasai hartanya? Sikap Bang Tato mulai hati - hati. Ia tidak mau tergelincir dalam pusaran jebakan yang ditebar oleh Ajeng. Dia sudah malang melintang terjun di dunia hitam, setidaknya ia memiliki dasar untuk menilai seseorang. Apakah orang tersebut tulus atau berniat buruk. Terleb
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-06
Baca selengkapnya

Bab 40

Bab 40 07092022 “Bangun Mba! Molor terus! Bayar dulu karcisnya!” Cipto, kernet sopir bis jurusan Surabaya – Jember menepuk – nepuk pundak Ajeng yang tertidur pulas di kursi penumpang. Bukannya bangun Ajeng malah menaikkan kedua kakinya di atas kursi. Sedangkan kepalanya terantuk – antuk, mulutnya menganga lebar mengeluarkan dengkuran yang keras. Penumpang perempuan di samping kursi Ajeng sampai menutup telinga karena istirahatnya terganggu dengan bunyi dengkuran Ajeng. “Mba bangun. Kita sudah mau sampai,” Cipto masih semangat membangunkan Ajeng. Kesabaran lelaki itu menipis. Ia telah membangunkannya berkali – kali, tetapi perempuan itu belum juga bangun. Ia menguncang – guncangkan tubuh Ajeng lagi. Kali ini lebih keras dari sebelumnya. “Apaan sih, ganggu tidur orang saja!” jawab Ajeng marah. Mulutnya menguap lebar dan mengeluarkan bau alcohol bercampur bau mulut. “Sana, pergi! Jangan ganggu aku.” Kesadaran perempuan itu belum pulih. Ia meneruskan tidurnya. “Dasar pemabuk!” ge
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
18
DMCA.com Protection Status