Bab 52 Tiap kali mendengar nama Ajeng, napas Amina menjadi berat. Ribuan kenangan menyakitkan menorehkan dendam kesumat pada kakaknya. Dadanya seperti ditindih berton – ton batu yang membuat Amina kesulitan bernapas. Keringat dingin mulai mengguyur badannya, kepalanya pusing dan badannya lemas. Perempuan itu berjalan terhuyung ke teras apartemen. Dihirupnya udara banyak – banyak memenuhi rongga kosong. Sedangkan tangannya memegang erat terali besi pembatas. Ayang yang sudah mengantuk mendekati Amina. Tangan kecilnya menarik – narik baju perempuan itu. “Ibu, aku mau nyonyok.” Tangannya menunjuk payudara Amina. Dia tidak bisa tidur sebelum menyusu. Amina menatap Ayang sedih. Ia menelan ludah pahit. Ayang bertumbuh semakin besar tak mungkin dia akan terus menyusui anaknya. Jika dirunut, sebenarnya dirinyalah yang salah, bukan anaknya! Ayang masih suka menyusu, sebenarnya dia hanya membutuhkan kenyamanan seperti Amina. Secara tidak langsung perempuan itu menemukan ketenangan dan str
Last Updated : 2024-10-29 Read more