Home / Pernikahan / Istri yang Terpaksa Kau Nikahi / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Istri yang Terpaksa Kau Nikahi: Chapter 81 - Chapter 90

286 Chapters

BAB 81 — JUJURLAH PADAKU!

Serra menyingkap bantal berwarna putih yang ada di sebelah kirinya. Betapa terkejutnya Gamma saat melihat apa yang ada di bawah benda empuk berbentuk persegi itu. Beberapa lembar kertas putih dan amplop-amplop berwarna biru muda berlogo rumah sakit yang sebelumnya ia cari. Bagaimana bisa Serra mendapatkan berkas-berkas itu? Entahlah, Gamma sendiri tidak tahu. Yang jelas setelah ia lalai menyimpan semua bill pembayaran dalam laci nakas. Pria itu segera memindahkannya ke tempat yang lebih aman – Sepertinya. Ia merasa sudah menyembunyikannnya pada loker walk in closet yang tak pernah di buka Serra, akan tetapi sampai saat ini benak Gamma masih penuh dengan pertanyaan mengapa istrinya itu masih dapat menemukannya juga? Mungkin benar kata banyak orang, bila ia tak bisa menyimpan sebuah bangkai. Serapat apapun Gamma menutupinya, semua akan tercium juga. Dan kini istrinya sendiri yang telah menemukan apa yang Gamma sembunyikan. Detik berikutnya, Serra menyerahkan lembaran kertas itu di ha
Read more

BAB 82 — SUSU STRAWBERY

Pukul 19.00 WIB Gamma sedang sibuk mengutak atik sebuah televisi layar datar berukuran 100 inch yang terletak di ruang tengah dengan sebuah remote. Sesuai dengan janjinya, pria itu mengajak sang istri menonton sebuah film yang baru saja rilis. Ia berharap semoga dengan menonton film itu, Serra bisa melupakan kesedihannya walau sebentar, atau setidaknya suasana hati istrinuya itu sedikit membaik. Di depannya sudah tersaji sepiring kentang goreng beserta tiga jenis saus, sepiring potato skins, dua toples almond tulies, dua kotak susu UHT, dan beberapa makanan ringan yang tentunya ramah untuk ibu hamil. Apakah semua itu Gamma yang menyiapkannya? Benar. Lelaki itu sejak sore sudah sibuk sendiri di dapur untuk menyulap tiga buah kentang menjadi sebuah camilan. Gamma juga yang membeli semua makanan ringan dan susu UHT itu saat Serra sedang istirahat siang tadi. Sementara di sisi lain, Serra yang baru saja menyusul suaminya di ruang tengah dibuat terheran-heran dengan apa yang tersusun rap
Read more

BAB 83 — ANDAI KAU TAHU

Keesokan harinya. Ketika kedua kelopak mata Gamma terbuka, hal yang pertama kali pria itu lihat adalah langit-langit atap berwarna putih. Lampu-lampu yang terpasang di atasnya menyala, kemudian kedua telinganya juga suara sebuah televisi yang sedang menyiarkan sebuah iklan minuman. Laki-laki itupun segera mengusap wajahnya dengan kasar. Detik berikutnya laki-laki itu menguap, lalu mengerjap-ngerjapkan mata mengumpulkan kesadaran yang belum sepernuhnya terkumpul. Baru Gamma sadari bahwa saat ini ia berada di ruang tengah. Ruangan yang ia gunakan bersama Serra untuk menghabiskan malam. Lelaki itu juga baru merasakan sebuah beban yang terasa cukup berat di tangan kirinya. Saat itu juga Gamma menundukkan kepalanya, ternyata tangan kirinya itu sedang menopang kepala Serra yang tertidur di sebelahnya. Astaga. Mereka ketiduran dan tidur berdua di sofa yang sempit itu! Laki-laki itu lantas melirik ke arah jam dinding, masih pukul 02.15 WIB. Masih terlalu pagi jika dikatakan sebagai jam b
Read more

BAB 84 – RIVAL LAMA

Lima bulan kemudian.Seorang Wanita menyingkap sebuah tirai jendela berwarna putih susu. Tangan perempuan itu dengan hati-hati membuka jendela berkelir putih di hadapannya. Menghirup udara oksigen baru dan merasakan sejuknya embun di pagi hari. Itu Serra. Tubuh Wanita itu sedikit lebih berisi dibandingkan saat pertama kali ia tiba di rumah Gamma ini.“Hai, baby, apa kau merasakan udara segar pagi ini?” ujarnya seraya mengelus perutnya yang tak lagi rata. Sang bayi dalam kandungannya pun merespon dengan sebuah tendangan kecil membuat sebuah senyum kecil di bibir perempuan itu.“Anak nakal,” katanya seraya menggelakkan kekehan tawa yang pelan.Usia kandungan Serra saat ini sudah memasuki usia enam bulan. Perutnya pun sudah membuncit sempurna. Janin kecil yang sempat terancam nyawanya karena kondisi psikis ibunya yang beberapa kali mengalami tekanan baik mental maupun emosi, kini telah tumbuh menjadi bayi yang sehat. Bahkan setiap hari menendang perutnya. Tak jarang Serra sedikit meringi
Read more

BAB 85 – SKENARIO BARU!

“Gamma, bekalmu sudah kusiapkan di sini, jangan lupa membawanya ya?”Serra meletakkan sebuah tas jinjing berwarwna abu yang ukurannya tidak terlalu besar di dekat lengan suaminya. Namun, sepertinya pria itu tidak mendengar apa yang ia katakan. Sebab kedua bola mata Gamma hanya berfokus pada sebuah benda pipih dengan layar menyala yang menampilkan pesan dari seseorang. Serra tak tahu itu siapa hanya lamat-lamat terlihat dari arah ia berdiri.Entah apa yang sedang dicermati oleh Gamma. Ia nampak serius, bahkanPualam hitam pria itu bergerak ke kanan dan ke kiri membaca barisan tinta digital tanpa berkedip. Dahinya menekuk dan kelopak matanya menyipit.Wanita itu sendiri sampai heran, mengapa Gamma menyimak pesan sampai sesrius itu. Lebih-lebih sendok berisi nasi goreng di tangan kanannya hanya dipegang tanpa ada pergerakan.“Gamma,” panggil Serra kembali dengan menyentuh lengan kanan suaminya melantaskan pria itu sedikit terlonjak.“Sayang! Ada apa?” tanya pria itu bersamaan dengan menat
Read more

BAB 86 – TAMU TAK DIUNDANG

Siang ini entah kenapa Serra merasa bosan. Entah apa sebabnya, Serra tidak tahu. Karena tidak biasanya ia semalas ini. Sepertinya sang anak yang ada dalam perut hari ini enggan diajak untuk beraktivitas dan menginginkan ibunya beristirahat, karena beberapa hari terakhir wanita itu terlalu giat untuk membereskan rumah juga menata ulang beberapa letak barang.Setelah memasak untuk makan siangnya, Wanita itu memilih untuk berdiam diri di depan sebuah televisi menyimak sebuah drama serial luar negeri. Serial yang mengisahkan kehidupan dunia pernikahan itu terbagi menjadi puluhan episode dan kali ini Serra sudah menghabiskan waktu selama tiga jam lamanya untuk menyimak tiga episode sekaligus.Bahkan niat memasak makan malam untuk sang suami pun seketika lenyap hanya karena sebuah drama.Sejak tadi pandangannya tidak bergeser sedikitpun hanya fokus dengan para tokoh yang sedang bermain peran. Saking seriusnya menyimak setiap jalan cerita yang sedang disuguhkan, ia kerap terbawa suasana yang
Read more

BAB 87 – AMARAH GAMMA DAN REKAMAN CCTV

Di jam yang sama, di tempat yang lain.Gamma mencorat-coret kertas dengan sebuah tinta merah. Lembaran berwarna putih itu penuh dengan angka dan titik yang telah ia jumlah, kali, serta ia bagi dengan beberapa variabel.Lima belas menit yang lalu, Pria itu baru saja mengikuti agenda meeting internal bersama dengan divisi keuangan dan William selaku direktur keuangan. Rutinitas yang selalu ia lakukan setelah meeting adalah mencermati kembali hal-hal yang sudah didiskusikan, lalu membuat pertimbangan, kemudian menganalisis faktor yang dapat mempengaruhi, resiko yang dihadapi, dan hasil apa yang akan di dapatkan sehingga ia bisa mengambil keputusan dengan tepat.Ditemani dengan William yang sedang berkutat dengan laptopnya, beberapa kali Gamma berunding kecil tentang apa yang akan ia putuskan.“Aku rasa kita harus pastikan ulang akurasi dari akumulasi anggaran ini, walaupun aku anak buahmu tak pernah salah, tapi aku minta untuk poin b kita hold dulu, cari kejelasan data dari perusahaan Gu
Read more

BAB 88 – AKU MENDENGAR SEMUANYA!

“Aku tidak bohong, Serra! Banyak temanku yang hamil besar tetapi aura mereka tak seperti dirimu. Dan harus aku akui kau benar-benar cantik, sekarang!” BRAK! Belum sempat Serra menjawab rayuan Bian, pintu utama berbahan kayu jati itu terbanting sempurna di luar sana. Sontak saja kedua manusia yang sedang bertukar dialog di ruang tamu terlonjak kaget dan menghentikan obrolan mereka. Suara gebrakan itu cukup memekakkan gendang telinga sampai-sampai Serra menyipitkan kedua kelopak matanya seraya mengusap dadanya sendiri. “Astaga!” pekik wanita itu. Begitu juga dengan Bian yang kini celingukan mencari sumber suara itu. Jangan bertanya siapa pelakunya. Siapa lagi kalau bukan Gamma? Ya, Hanya ia satu-satunya orang yang pulang ke rumah ini dengan membawa perasaan kesal. Lelaki itu sengaja menendang pintu dengan keras dan sekarang berdiri di ambang pintu dengan tatapan datar. Pintu utama yang sudah terbuka lebar, memperjelas apa yang ia lihat dalam CCTV saat ia masih di kantor tadi – istr
Read more

BAB 89 — TOLONG, MENGERTI AKU, RA!

Tubuh Serra tersentak ke belakang. Suara menggelegar yang lolos dari bibir Gamma membuat tubuh wanita itu mendadak kaku dan tenggorokannya terasa kering. Perempuan itu hanya bisa menelan ludahnya dengan kasar. Keinginan untuk membantah argument sang suami lenyap begitu saja tatkala melihat betapa tajamnya tatapan yang menghunus ke arahnya. Bisa Serra lihat dengan jelas bagaimana kedua pualam hitam milik suaminya itu penuh dengan kilat yang menyambar. Gamma murka. Serra tidak menyangka jika Gamma akan semarah ini. Ia pikir, ketika hubungan rumah tangga mereka sudah membaik seperti ini suaminya itu akan terbuka dan menerima siapapun yang bergaul dengannya termasuk Bian. Ia juga beranggapan bahwa Gamma lebih percaya kepadanya. Akan tetapi, semua perkiraan dalam kepalanya justru salah besar. Jika bisa mengulangnya mungkin Serra hanya akan mengajak Bian untuk duduk di taman atau di depan halaman rumah saja. Bukan di ruang tamu. Niat awalnya hanya menerima Bian sebagai tamu biasa lagip
Read more

BAB 90 – BERDEBAT LAGI

“Kenapa kau bertanya begitu, hm?” Lelaki berkemeja putih itu mengusap sebulir air yang telah menganak sungai di wajah mulus istrinya. Tidak banyak tetapi cukup menganggu bagi Gamma. Meski ia paham Perasaan wanita hamil memang terlalu sensitive seperti ini. Gamma pikir Serra tidak akan pernah bertanya lagi perihal perasaan dan cinta. Pun, Selama lima bulan terakhir perempuan itu tak pernah mengungkit masalah ini. Ia mengira bahwa Serra sudah paham apa arti sikapnya selama ini tanpa ia katakan. Namun, ternyata istrinya itu butuh pengakuan. Sementara Serra yang ditanya masih enggan membuka suara. Dalam hati perempuan itu sekarang berkecamukbanyak hal dan saat ini ia hanya perlu jawaban Gamma. Sudahkah laki-laki itu mencintainya? Atau ia yang harus bekerja lebih keras lagi untuk meluluhkan hati suaminya. Itu hal yang lumrah kan? Bukankah kebanyakan wanita memang seperti itu? Mereka lebih menyukai kata romantis dari pada sebuah tindakan dan sikap yang dilakukan. Padahal, saat seorang p
Read more
PREV
1
...
7891011
...
29
DMCA.com Protection Status