Home / Pernikahan / Istri yang Terpaksa Kau Nikahi / Chapter 251 - Chapter 260

All Chapters of Istri yang Terpaksa Kau Nikahi: Chapter 251 - Chapter 260

286 Chapters

BAB 251 — OVER PROTEKTIF

Alisha meletakkan bendelan modul materi yang ia ajarkan kepada mahasiswa baru hari ini. Setelah sejak pagi berbicara panjang lebar tentang teori, akhirnya ia bisa menghela napas sejenak untuk beristirahat karena saat ini adalah jam makan siang. Saat baru saja meletakkan kotak makan di meja, sebuah getaran ponsel mengalihkan perhatiannya. Wanita itu lantas meraih benda pipih berwarna hitam di sebelahnya dan memeriksa siapa sang pemanggil. Melihat barisan angka yang tertera Alisha menyatukan kedua alisnya. Panggilan dari seseorang yang tidak dikenal, tetapi nomor regionalnya menunjukkan kode negara singapura. Dengan perasaan ragu, Alisha mengusap layar, menjawab panggilan itu.“Good afternoon, this is Alisha speaking, Can i help you?” tanya Alisha ketika panggilan itu terhubung.[“Selamat siang, Bu, ini Suster Nisa. Maaf ponsel saya tertinggal, jadi saya meminjam nomor Pak Alexander untuk menelpon ibu.”] Mendengar kalimat itu Alisha sempat menjauhkan ponselnya dari pendengaran. Kenin
Read more

BAB 252 — MENEMUKANMU

Siang ini William menunggu Lexa di depan gerbang Preschool. Ia berniat bertemu dan memberikan salam perpisahan kepada Lexa karena hari ini adalah hari terakhirnya di negeri Singa. Siapa tahu bisa bertemu dengan orang tuanya karena Suster Nisa bilang hari Sabtu biasanya mamanya ikut menjemput Lexa. Lelaki itu hanya ingin berterima kasih karena sudah mengijinkan William untuk bermain dengan Lexa. Kemarin, ia tidak sempat bertemu dengan mamanya. Sebab, tanpa diduga, siang itu William mendapat agenda meeting dadakan dengan manajer cabang, untuk itu dia hanya menurunkan Lexa di depan rumah dan langsung tancap gas untuk kembali ke apartemennya. Sayang sekali, padahal kurun waktu lima belas menit mama Lexa biasanya tiba di rumah, sayangnya waktu William tak bisa diulur lagi.Semoga saja hari ini mereka bisa bertemu. Meskipun dalam hati kecilnya, William masih ingin berlama-lama di negara ini. Rasanya sedih harus meninggalkan pelangi kecilnya. Tetapi bagaimana lagi? Pekerjaan menuntutnya kem
Read more

BAB 253 — MAAFKAN PAPA

Kepalan tangan William menghantam dinding kokoh di hadapannya ketika mendengar tanda panggilan tidak dapat terhubung. Jika, dihitung mungkin sudah belasan kali lelaki itu melakukan hal yang sama, beradu tinju dengan tembok berlapis marmer hitam itu. Sungguh ia kesal karena tak bisa berbuat apa-apa ketika Alisha meninggalkannya.Waktu William tidak cukup, sehingga tak bisa mengejar Alisha. Ia harus segera kembali ke apartemen dan menuju bandara karena satu jam lagi pesawatnya take off. Kini lelaki itu masih berada di apartemen dan menunggu jemputan dari pihak kantor Arsen. Setelah tiga kali tak terjawab, William masih mencoba menghubungi Gamma, dengan sambungan teleponnya. Berharap kakaknya itu segera mengangkat panggilannya.[“Sorry, aku baru selesai meeting. Ada apa, Will?”] tanya Gamma ketika panggilan itu terhubung.Mendengar suara sang kakak William membuang napas lega. Detik berikutnya pria yang telah mengenakan sweater rajut berwarna biru muda itu lantas mengutarakan maksudnya.
Read more

BAB 254 — COBA PIKIRKAN LAGI

Di tempat lain. “Mama, Lexa ingin bertemu Uncle Painter!” Sejak siang hari Alisha sakit kepala karena Lexa terus menanyakan keberadaan William, pria yang selalu disebutnya sebagai Uncle Painter. Alisha tidak tahu sikap apa yang harus ia perbuat untuk menghadapi tantrum putrinya ini. Di sisi lain, Alisha tidak ingin bertemu dengan William lagi. Namun, ia juga tak bisa bisa melarang putrinya karena mereka sudah terlalu dekat. Walau hanya bertemu beberapa hari, sepertinya ikatan yang terjalin antara ayah dan anak itu terlalu kuat. Entah takdir semesta atau hanya kebetulan saja, Alisha tidak tahu. Selama lima tahun, Alisha menyembunyikan semuanya. Selama lima tahun pula, ia sengaja menghilang dari William agar lelaki itu tak bisa menemukannya. Sebab luka dalam hatinya sampai saat ini belum juga pulih. Kendati, tak bisa dipungkiri ketika melihat William ada rasa rindu yang ingin dilampiaskan. Ada keinginan besar untuk memeluk tubuh lelaki itu kuat-kuat dan membagi semua beban hidup ya
Read more

BAB 255 — PENGAJUAN CUTI

“Pengajuan cuti satu bulan?”William mengangguk ketika Gamma bertanya demikian. Pria yang tengah mengenakan setelan jas berwarna abu itu baru saja menyodorkan surat permohonan cuti selama satu bulan kepada Gamma. Untuk apa cuti selama itu? Tentu saja untuk pergi ke negara tetangga, Singapore. Sudah tiga minggu lamanya William menahan keinginan bertemu dengan Alisha dan memilih mengawasi perempuan itu dengan bantuan anak buah Arsen. Ia cukup tenang karena Alisha masih belum berencana untuk berpindah rumah. Hanya satu yang ia dengar bahwa Alisha akan memindahkan sekolah Alexandra.Kini pekerjaan yang menumpuk telah sedikit senggang. William juga telah memastikan bahwa ia bisa bekerja dari jarak jauh selama satu bulan ke depan. Ah, sekarang jaman juga telah semakin canggih. Via Internet dan dunia maya semua bisa terselesaikan dengan baik. Kecuali dalam beberapa hal yang mengharuskan William untuk bekerja tatap muka, seperti menghadiri pesta, menerima tamu, dan lain sebagainya.“Aku tidak
Read more

BAB 256 — RESTUI AKU, BU!

Romana mengerutkan dahi ketika menjumpai putra bungsunya sedang sibuk di lantai. Ketika menggeser pandangan kerutan itu bertambah lebih dalam tatkala melihat baju-baju yang ada dalam lemari dikeluarkan, sebagian terlipat rapi, sebagian lagi masih berantakan di atas kasur dengan gantungannya. Wanita paruh baya itu sengaja berkunjung, hanya mengantar menu makan malam saja. Biasanya jika malam begini Romana akan melihat William ada di ruang kerjanya, atau sedang berada di pinggir kolam renang sekedar ngopi atau menyelesaikan lukisannya. Namun, karena ia tidak menjumpai William pada kedua tempat itu, maka Romana segera menuju ke kamarnya.Sepengetahuannya, William tidak memiliki agenda untuk pergi kemanapun. Nara bahkan tidak melaporkan jadwal perjalanan dinas padanya. Apakah pria itu akan pergi lagi? Dugaannya begitu karena William telah memasukkan baju-baju ke dalam beberapa koper miliknya. Namun, mengapa sebanyak itu?“Ada jadwal kemana, Nak?” tanya Romana setelah tak mampu menemukan
Read more

BAB 257 — AKU KABULKAN PERMINTAANMU

Pagi hari waktu Singapura.Dering bel rumah yang berbunyi membuat Alisha yang sedang mengaduk nasi goreng mengernyitkan dahi, sedikit bertanya-tanya dalam hati siapa orang yang berkunjung ke rumahnya pagi-pagi begini. Wanita itu segera mematikan kompor dan memindahkan nasi goreng itu pada sebuah piring. Berikut meletakkannya di meja. Saat Alisha sadari, Lexa sudah lebih dulu berlari. Gadis kecil itu telah mengenakan seragam sekolahnya, hanya tinggal sarapan dan berangkat. Namun, anak itu justru mengulur waktu membuat Alisha berulang kali menghela napas.“Lexa, biar mama yang temui tamunya, kamu makan dulu saja!” cegah Alisha ketika berpapasan dengan putrinya. Namun, Lexa seolah menulikan telinga dan segera melanjutkan langkah menuju pintu utama. “Lexa!” Alisha meninggikan suaranya, berharap Lexa akan sepakat dengannya, sayangnya tidak demikian. Anak kecil berbaju biru itu tidak menggubris mamanya. Ingin Alisha menangkap tubuhnya dan membawanya ke dapur. Tetapi bocah itu sudah lebih
Read more

BAB 258 — LEXA CUMA PUNYA UNCLE

“Sudah belum makannya, Cantik?”William mendaratkan tubuhnya di samping anak kecil yang sedang melahap nasi gorengnya. Anak itu sedang duduk bersama seorang suster yang mendampingi. Usai berbicara mengenai kesepakatan bersama Alisha, lelaki itu segera menyusul putrinya menuju meja makan. Sepuluh menit lagi, anak itu harus berangkat ke sekolahnya, begitu juga dengan ibunya yang harus pergi mengajar sebentar lagi.William sudah menawarkan untuk mengantar ibu dan anak itu. Sayangnya, sang ibu menolak mentah-mentah tawaran William dan berkata ingin pergi sendiri. Bahkan, malah mengancam jika ia memaksa, maka Alisha tak akan pernah mengijinkan untuk bertemu dengan Lexa lagi. Alhasil, William memilih untuk meredam egonya dan membiarkan Alisha melakukan hal sesuai dengan keinginannya.Daripada mengambil resiko tak bisa lagi bertemu dengan Alexandra.Bagi William syarat yang diberikan oleh Alisha bukanlah syarat yang rumit untuk ia lakukan. Hanya saja itu cukup menyiksa batinnya. Lebih menyak
Read more

BAB 259 — RENDAHKAN EGOMU

Wanita yang tadinya mengepalkan kedua tangan, kini melemaskan bahu. Dua bola mata yang tengah sempat menghunus tajam perlahan melunak. Otot-otot tegang pada wajahnya juga mulai mengendur. Jujur saja, Alisha tertegun dengan kalimat yang diucapkan oleh suaminya itu. Hampir semua perkataannya adalah fakta. Lalu yang terakhir, itu paling menusuk hatinya. Alisha seorang dosen, level pendidikan yang dipunyai seharusnya cukup mampu membuatnya memiliki bahasa yang baik untuk bicara dengan anaknya sendiri.Namun, kenyataannya terkadang Alisha tak bisa mengendalikan dirinya ketika berbicara dengan Lexa. Letupan emosi seringkali meluncur bersamaan dengan kalimat yang ia ucapkan pada putrinya sendiri. William yang berdiri di depan Alisha lantas bergerak mengikis jarak. Lelaki itu menyandarkan tubuhnya pada meja, seraya mengamati Alisha yang masih tercenung.“Aku mengerti, kau mengatakannya karena tidak ingin pergi bersamaku. Tapi apa tidak sebaiknya kau merendahkan egomu sedikit saja, Lisha? A
Read more

BAB 260 — BERHENTILAH DI SINI!

“Bukankah kau seharusnya mengajar?”William baru berani bertanya demikian ketika mereka telah sampai di rumah Alisha kembali setelah sebelumnya mereka mengunjungi pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa kebutuhan. Selama perjalanan tadi tidak ada topik yang dibahas. Hanya hening yang mengakuisisi. Alisha yang hanya bermain ponsel dan William lebih memilih fokus mengendalikan setir. Di supermarket pun sama, mereka hanya berjalan berdampingan tanpa argumen apa-apa. Hingga akhirnya mereka tiba di tempat tujuan dan kembali lagi ke rumah.Untuk kali ini, Alisha mengijinkan William ikut bersamanya. Entahlah, anggap saja begitu karena wanita itu tak berkomentar apa-apa saat William mengikutinya sampai ke dalam bangunan bertingkat itu. Kini lelaki itu sedang membawa beberapa paper bag belanja bersama dengan Alisha yang berjalan di sampingnya, dan meletakkan barang belanjaan itu di atas meja makan.“Aku cuti,” jawab Alisha seraya mengeluarkan dua buah kotak susu dengan merk yang berbeda.Wi
Read more
PREV
1
...
242526272829
DMCA.com Protection Status