“Morning, Uncle Painter!”“Hei! Morning Anak manis!”Seruan Lexa selalu sama ketika mendapati William berada di dekatnya. Anak itu tak pernah bosan bertemu dengannya, begitu juga dengan William yang menginginkan untuk tinggal serumah saja dengan Lexa—jika bisa dan jika Lisha mengijinkan. Namun, keinginan itu sudah lebih dulu lenyap sebelum diungkapkan. Terlebih ketika Alisha mengatakan bahwa dia tak bisa memberikan ruang dan kesempatan bagi William untuk memulai semuanya dari awal.Sesak, sakit, kecewa, semuanya membaur menjadi satu di dada lelaki itu.Kendati demikian, ia tetap berterima kasih kepada Alisha yang tidak membatasi waktunya—dengan syarat tidak membuka identitas yang sebenarnya—bersama Lexa. Tidak masalah bagi William, setidaknya ia masih punya sumber kebahagiaan. Seperti saat ini, saat William ingin mengajak gadis kecil itu pergi menikmati waktu dengan glamour camping di tepi danau bersama saat akhir pekan. Hanya berdua, tidak ada Suster Nisa, tidak ada alisha sebab wani
Read more