Home / Pernikahan / Istri yang Terpaksa Kau Nikahi / Chapter 261 - Chapter 270

All Chapters of Istri yang Terpaksa Kau Nikahi: Chapter 261 - Chapter 270

286 Chapters

BAB 261 — HARUS MAU TIDUR BERSAMAKU

“Morning, Uncle Painter!”“Hei! Morning Anak manis!”Seruan Lexa selalu sama ketika mendapati William berada di dekatnya. Anak itu tak pernah bosan bertemu dengannya, begitu juga dengan William yang menginginkan untuk tinggal serumah saja dengan Lexa—jika bisa dan jika Lisha mengijinkan. Namun, keinginan itu sudah lebih dulu lenyap sebelum diungkapkan. Terlebih ketika Alisha mengatakan bahwa dia tak bisa memberikan ruang dan kesempatan bagi William untuk memulai semuanya dari awal.Sesak, sakit, kecewa, semuanya membaur menjadi satu di dada lelaki itu.Kendati demikian, ia tetap berterima kasih kepada Alisha yang tidak membatasi waktunya—dengan syarat tidak membuka identitas yang sebenarnya—bersama Lexa. Tidak masalah bagi William, setidaknya ia masih punya sumber kebahagiaan. Seperti saat ini, saat William ingin mengajak gadis kecil itu pergi menikmati waktu dengan glamour camping di tepi danau bersama saat akhir pekan. Hanya berdua, tidak ada Suster Nisa, tidak ada alisha sebab wani
Read more

BAB 262 — JANGAN BERTEMU PAPA!

Kedua pupil kelam itu seketika membesar. Alisha menelan ludahnya dengan kasar. Kemarau rasanya telah bermukim pada tenggorokannya. Aduh! Rasanya malu sekali telah percaya diri mengatakan tuduhan buruknya kepada William. Jika tahu akhirnya begini, maka ia tidak kan menyerang lelaki itu dengan segala cercaan yang terlintas di kepalanya.Lalu, bagaimana sekarang? Haruskah ia membatalkan keinginannya untuk ikut bersama suaminya ini? Tetapi ia sudah berjanji dengan Lexa akan ikut juga saat liburan selama tiga hari. Kebetulan juga telah memasuki masa liburan sehingga Alisha juga bisa mendapat jatah libur. “Kau bisa berubah pikiran sebelum terlanjur dan menuduhku sengaja melakukannya untuk menjebakmu,” ujar William masih berdiri pada posisinya dan menenteng dua paperbag yang diserahkan oleh Alisha tadi.Alisha membenarkan kalimat itu. Sudah pasti dirinya akan berprasangka demikian bila William tak mengatakannya sejak awal. Mungkin juga akan melontarkan kalimat-kalimat pedas untuknya. Sebena
Read more

BAB 263 — MEMBUANG MASA LALU

Tengah malam Alisha terbangun ketika sisi ranjang di sebelahnya terasa kosong. Saat kedua matanya terbuka, memang benar tidak ada tubuh kekar yang tadi tidur di sebelahnya. Hanya ada Lexa yang tidur di ujung ranjang dengan guling sebagai pagar pembatas agar tidak terjatuh.Semula, William tidur di antara mereka. Anak itu mendadak drama tidak mau bersama Alisha. Hanya mau tidur bersama Uncle Painter-nya dan Lexa yang tidak mau di tengah. Alhasil Mamanya harus mengalah dan tidur di samping William.Entah kemana perginya lelaki itu, Alisha tak menyadari pergerakan apapun. Setelah memastikan Alexa tidur dengan nyenyak, wanita itu lantas menyingkap selimut dan beranjak dari ranjang, mencari keberadaan William. Kemungkinan besar lelaki itu ada di luar, dugaannya demikian.Hawa dingin langsung menusuk kulitnya ketika Alisha berada di teras. Ditutupnya pintu berbahan kayu itu dan mengamati keadaan sekitar beberapa saat. Mengawasi satu persatu sudut ruang terbuka yang ia lihat. Gelap, itulah y
Read more

BAB 264 — PERMINTAAN TERAKHIR

Dada Alisha mendadak sesak. Rasanya ada udara yang siap meledak memenuhi rongga paru-parunya. Kalimat yang diucapkan sederhana tetapi mampu membuat Alisha menghela napas berkali-kali dan tak ingin menatap William. Sementara lelaki itu meletakkan peralatan yang dipangkunya dipinggir bangku kemudian berdiri menghadap danau dengan kedua tangan berada pada saku celana. “Andai kau tahu setiap malam aku berpikir, mencari jalan keluar dari masalah kita ini. Memikirkan semua permintaanmu untuk mengakhiri hubungan kita. Tapi sekarang biarkan aku bertanya, apakah rumah tangga kita tidak bisa diselamatkan lagi, Sha? Apakah benar kau lebih bahagia jika berpisah denganku?”Bagai luka yang disiram dengan air garam begitu keadaan hati Alisha. Lagi-lagi kalimat itu menghujaminya dengan rasa sakit. Entah karena rasa bersalah, atau karena belum siap dengan kehilangan yang sebentar lagi nyata di depan mata.“Tolong jujur dan katakan padaku jawabannya,” tanya William kembali ketika tak mendapat sepatahp
Read more

BAB 265 — PENGGANTI WILLIAM

“Kau mau makan yang mana?”Alisha membolak-balikkan selembar kertas bergambar macam ragam masakan khas singapura. Telunjuknya bergeser teratur mengarah pada setiap menu yang ia tawarkan kepada seorang lelaki yang ada di sebelahnya. Siapa lagi kalau bukan William? Hanya pria itu yang sejak semalam bersamanya.“Nasi hainan saja, minumnya air mineral,” ujar William seraya menunjuk menu yang ia maksud. “UNCLE!”Seruan itu membuyarkan perbicaraan William dan Alisha. Sepasang suami istri yang duduk berdampingan—sedang asik mencermati menu sarapan pada sebuah resto yang tergabung dengan tempat glamping mereka ini. Suara anak itu melengking keras. Alisha sampai menutup telinga sebab rasanya seperti tertusuk benda tajam. Merasa terpanggil William segera menoleh ke arah Lexa yang kini bersedekap seraya memanyunkan bibirnya. Entah apa maksudnya William hanya mengerti jika anak itu sedang sebal saja. Namun, apa penyebabnya masih belum bisa diketahui. Padahal tadi waktu menuju ke tempat ini, ana
Read more

BAB 266 — SELAMAT TINGGAL, ALISHA!

William bahagia, ketika Alisha benar-benar menepati janji untuk bersikap sebagai istrinya selama tiga hari lalu. Kenangan itu tidak akan pernah ia lupakan. Namun, William masih belum juga meninggalkan negeri singa ini, perasannnya belum rela jika harus pergi dari Lexa dan Alisha secepat itu. William lalu meminta tambahan waktu untuk menghabiskan hari liburannya bersama Lexa. Walau sekadar bermain sebentar dengan anak itu lalu pulang di setiap harinya. Seperti hari ini, lelaki itu membawa Lexa pergi ke salah satu pusat perbelanjaan. Hanya ingin membeli sesuatu yang berharga—dan dapat dikenang— untuk putri semata wayangnya. Sebab, waktunya hanya tinggal satu hari lagi dan William akan pergi. Selamanya, dari kehidupan mereka. Seperti yang telah ia janjikan sebelumnya.Mau tidak mau, siap tidak siap, ia harus melakukannya.“Bagaimana, Lexa suka?” tanya William ketika selesai memasangkan sebuah kalung emas dengan liontin kupu-kupu di leher putrinya. Mereka baru saja mengunjungi sebuah to
Read more

BAB 267 — TAMU TAK DIUNDANG

“Selamat siang, Pak Richo. Tamu Bapak sudah dan sedang menunggu di ruang tamu.”Richo mendongak lalu menganggukkan kepala untuk menjawab sang sekretaris. Lelaki itu baru saja menyelesaikan berkas terakhirnya. Lantas, pria yang memiliki jabatan tertinggi pada perusahaannya itu segera beranjak menuju ruang kecil di sebelah ruang kerja.Ruang tamu yang diperuntukkan bagi orang-orang penting. Atau bila topik pembicaraan yang akan dibahas adalah rahasia dan tertutup. Richo selalu menggunakan ruang itu. Dengan demikian, tidak ada staff yang akan mengganggunya sementara waktu.Sebenarnya Richo sudah tahu, siapa tamu yang akan ia temui hari ini. Seseorang yang sebelumnya tidak pernah disangka akan datang di perusahaannya. Juga seseorang yang tidak pernah ia duga akan merendahkan ego yang setinggi langit itu untuk bertemu dengan dirinya.William Pranadipta, adik tiri dari Gamma Dirgantara Pranadipta, pengusaha properti terbesar di Indonesia yang sebelumnya pernah berjumpa dengannya beberapa ta
Read more

BAB 268 — AKU AKAN MENYUSULNYA

Richo baru sempat berknjung ke rumah Alisha tiga hari setelah ke datangan William ke kantornya. Rencananya usai William pergi, malam itu juga ia hendak ke rumah Alisha, tapi ternyata ada panggilan mendesak dari para pemegang saham sehingga Lelaki itu harus keluar kota dan mengunjungi beberapa tempat selama beberapa hari ini. Kini ia telah kembali lagi ke pusat kota, sengaja mengambil kerja setengah hari hanya untuk bertemu dengan Alisha. Pria itu sedang duduk di ruang makan bersama dengan Alisha. Hanya mereka berdua sebab Lexa sudah lebih dulu tidur bersama Suster Nisa. Ditemani dengan hidangan laksa dan spagethi sebagai menu makan malam, dua lawan jenis bersaudara itu duduk berhadapan tanpa sepatah kata. Richo menunggu Alisha membuka percakapan, tetapi Alisha hanya bergeming.Wanita itu lebih banyak diam ketimbang bicara sejak Richo datang. Terlihat murung, seolah tak memiliki daya barang hanya tersenyum. Makanan di hadapannya pun hanya diaduk-aduk tanpa berniat untuk di santap. Dua
Read more

BAB 269 — LIMA TAHUN LALU

Alisha membawa langkah kakinya menyusuri lorong sebuah gedung apartemen bergaya modern. Lima tahun tak menyambangi tempat ini, ternyata ingatannya masih berfungsi. Alisha bahkan masih ingat jalan menuju apartemennya. Pun dengan rumah ini yang tak berubah sama sekali. Masih sama saat ia terakhir kali berada di dalam sana. Wanita itu benar-benar memantapkan tekad untuk menyusul William ke Indonesia. Semalam setelah Lexa masuk kamar rawat inap, ia langsung memesan tiket pesawat dan packing. Entah bagaimana keadaannya, Alisha tak bisa menduga penampakannya seperti apa. Lima tahun tak dihuni tentunya akan membuat Alisha bekerja keras untuk membersihkannya, pikirnya begitu. Wanita itu bahkan sudah mencari beberapa refensi jasa home cleaning melalui aplikasi selulernya, dengan tujuan setelah sampai maka ia akan memanggil mereka untuk membersihkan apartemennya.Hingga pada akhirnya langkah Alisha terhenti pada sebuah kamar. Wanita itu lantas mengarahkan ibu jarinya pada sensor guna membuka a
Read more

BAB 270 — AKU LEPAS SEMUANYA

[Masih demam, tetapi panasnya sudah berangsur turun, dokter mengatakan masih harus rawat inap karena ternyata hasil observasi menunjukkan Lexa terkena demam berdarah. Jika Trombositnya terus menurun, dia harus transfusi, secepatnya.] Alisha membuang napas gelisah saat membaca pesan dari Richo. Beberapa waktu yang lalu ia menanyakan kabar Lexa. Berharap keadaan putrinya itu terus membaik, akan tetapi justru kabar sebaliknya yang ia terima. Alisha harus bagaimana sekarang? Ingin pergi ke rumah Romana, wanita paruh baya itu sedang berlibur ke Bangkok bersama dengan Sagara dan Serra. Mereka baru berangkat dua hari yang lalu dan akan kembali sekitar minggu depan. Sementara Gamma sendiri sedang pergi bersama dengan William. Entah sampai kapan mereka akan pulang kembali, satu hal yang pasti tidak dalam waktu dekat. Ah, mengapa waktunya tidak pas begini? Pria itu selalu saja hadir saat Alisha tidak menginginkannya. Namun, mengapa saat ia sedang membutuhkan William, lelaki itu justru tak bi
Read more
PREV
1
...
242526272829
DMCA.com Protection Status