Home / Romansa / Suamiku Miskin Tapi Bohong / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Suamiku Miskin Tapi Bohong: Chapter 81 - Chapter 90

102 Chapters

81. Pencarian Rizky Tentang Mbok Sumi

Setelah kepergian Wisnu dan Linda, akhirnya Rizki dengan leluasa ingin menikmati hidangan makan siang yang sudah disiapkan oleh istrinya dari rumah.Dengan semangat empat lima Rizki membuka kotak makannya dan seketika langsung melahapnya.“Enak saja si Wisnu ingin mencicipi masakan istriku, nggak sudi ya aku berbagi denganmu!” gerutunya dalam hati.Tak lama kemudian Lukman datang kembali ke ruangan Rizki, karena Rizki sendiri yang memintanya untuk kembali ke ruang kerjanya.Terdengar suara ketukan pintu dari luar dan Rizki pun mempersilakan Lukman masuk.“Permisi, Bapak panggil saya?” tanya Lukman pelan.“Silakan duduk!” “Ada perlu apa Pak?” tanyanya lagi dengan gugup.“Tidak usah formil, sekarang jam istirahat abang bisa panggil saya Rizki saja!” “Oh iya Ki, maaf ada apa kamu memanggil saya lagi, ada yang salah dengan laporan yang saya kerjakan Ki?” tanyanya lagi yang masih bingung kenapa dia dipanggil ke dalam lagi.Rizki lalu menyodorkan sebuah kotak makanan berwarna biru tiga su
Read more

82. Mencari Titik Terang

“Kalau begitu kita ke rumah saya dulu sambil menunggu Mbok Ti pulang dari kerja, mari Mas!” Rizki pun tidak bisa menolak ajakan Pak Sudirman, untungnya rumah beliau tidak jau dari rumah Mbok Ti.Kalian tunggu di sini, nanti kalau Mbok Sum datang atau namanya Mbok Ti, tolong hubungi saya segera,” ucap Rizki tegas.“Ayuk silakan masuk dulu, Mas!” ajak Pak Sudirman ramah.“Terima kasih Pak!” sahut Rizki tersenyum ramah.“Bu, ada tamu dari kota, tolong buatkan minuman!” ucap Pak Sudirman kepada istrinya.“Siapa toh Pak!” teriak istrinya dari dalam sembari beranjak ke luar untuk menemui tamu suaminya.“Perkenalkan ini namanya Mas Rizkiansyah Wiranata, dia ke sini mau bertemu Mbok Ti, tetangga kita itu, Bu!” jelas Pak Sudirman.“Oh gitu, saya dengan Bu Sekar !” “Ayuk, silakan duduk!”“Wiranata sepertinya pernah dengar nama itu, tetapi di mana ya Pak?” tanya istrinya sembari mengingat-ngingat nama itu.“Sepertinya pernah Mbok Ti pernah cerita tentang masa lalu siapa gitu?” ucap Pak Sudirm
Read more

83. Menguak Tabir Pak Fauzi

Mbok Sum kemudian dengan cepat masuk ke kamar mandi, sambil berteriak ke luar.“Den Iki tunggu bentar ya ... jangan pergi ke mana-mana dulu!” teriak Mbok bersemangat.“Iya Mbok, santai saja Iki nggak ke mana-mana kok!” balas Rizki teriak.“Bos, sudah selesai nih bersih-bersihnya, capek banget dah!” ucap Edo salah satu anak buahnya setelah membersihkan halaman depan rumah Mbok Sum.“Terima kasih Bro, kalian istirahat dulu di luar dan jaga-jaga siapa tahu ada orang yang mengintip dan mendengarkan pembicaraan kami!” ucap Rizki tegas.“Siap Bos, laksanakan!”Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Mbok Sum kelihatan segar dan kembali energik setelah dia tahu kalau yang datang menemuinya adalah anak majikannya yang baik dan sekarang sudah menjelma sebagai seorang pemuda yang tampan dan berwibawa.Rizki memperhatikan sekeliling rumah Mbok Sum yang nampak reyot, rumah yang terbuat dari papan tripleks tipis dengan dinding dari anyaman bambu.Atap yang sana sini banyak tempelan tripleks ma
Read more

84. Menuju Titik Terang

“Mbok lanjut ya ceritanya?”“Iya, Mbok!”“Gadis kecil itu tumbuh menjadi gadis yang periang, energik, humoris dan tentu saja cantik.”“Setiap laki-laki yang memandang Kania, pasti Fauzi pasang badan, selalu melindungi dan menjaga Kania layaknya seorang kakak kepada adiknya.”“Dan Kania merasa nyaman tinggal di rumah itu karena memang sudah seperti keluarga kedua baginya.”Kania sangat mengagumi Pak Aldi saat itu, karena Kania selalu bercerita dengan Mbok tentang Pak Aldi setiap saat.”“Setelah lima tahun kuliah dan pulang ke kampung di situlah petaka itu muncul.”“Kania waktu itu bercerita kalau dia mencintai Pak Aldi, tetapi selalu tidak di tanggapi oleh Pak Aldi karena hanya menganggap Kania sama seperti Nurma adiknya.”“Pak Fauzi selalu ada buat Kania, sering memegang tangan Kania, memeluknya dari belakang, mencium keningnya.”“Entah mengapa perasaan Mbok sangat berbeda, karena menurut Mbok kasih sayang yang diberikan oleh Pak Fauzi aneh,” celetuknya.“Maksud Mbok aneh bagaimana?”
Read more

85. Balas Dendam

Tak lama kemudian walaupun perjalanan yang ditempuh selama dua jam tidak membuat Pak Sugimin dan Pak Aldi merasa lelah di usia senjanya, karena mereka berdua ingin masalah ini cepat terselesaikan dengan baik pula.Rizki pun mengarahkan petunjuk jalan yang cepat dilalui oleh kedua orang tua itu, dan sampailah mereka dengan selamat.Rizki dan Mbok Sum menyambut kedatangan mereka berdua. Mbok Sum sangat bahagia ketika melihat mantan majikannya dalam keadaan sehat dan masih mengenalnya dengan baik.“Assalamualaikum!”“Wa’alaikumsalam, ayuk silakan masuk Pak!” sahut Mbok Sum ramah.“Ki, ini bawa ke dapur, taruh di piring pasti kalian juga belum makam malam kan?” tanya Pak Aldi tersenyum.“Wah kebetulan, belum Pah tahu aja kita kelaparan ya Mbok,” jawabnya sembari melirik ke arah Mbok Sum yang tersenyum malu-malu pula.“Terima kasih Pak, sudah mampir ke sini, suatu kehormatan bagi saya Bapak mau berkunjung ke rumah kecil saya ini,” ucap Mbok Sum tersenyum ramah.“Sama-sama, Mbok justru saya
Read more

86. Keluh Kesah Wisnu

“Katakan siapa yang menyuruhmu!” tanya Rizki emosi.“Bos... Bos Wisnu, Pak!” jawabnya gugup.Sesaat kemudian ponsel Pak Sugimin berdering dan dia melihat layar di ponsel itu kalau Lukman yang menghubunginya.“Nak Iki, Lukman nelpon, ada apa ya?” tanya Pak Sugimin bingung.“Angkat saja siapa tahu dia ingin memberikan petunjuk buat kita!” sahut Rizki cepat.“Iya Nak Iki!”@Pak Sugimin{Assamualaikum, Man ada apa, nelpon Bapak malam-malam begini?}@Lukman{Wa’alaikumsalam, Pak}{Bagaimana keadaan Bapak} terdengar suara menangis.@Pak Sugimin{Ada apa Man, kamu nangis, coba katakan Bapak Nak, ada apa Man?}Pak Sugimin lalu menyetel pengeras speaker agar bisa di dengar oleh Rizki dan Pak Aldi.@Lukman{Nggak apa-apa Pak, hanya Lukman rindu suara Bapak, maafkan Lukman Pak, belum bisa menemui Bapak, Bapak dan Ibu harus jaga diri baik-baik, mungkin ada badai di depan kita, apalagi Ayu dia sedang hamil}{Lukman bukan kakak yang baik buat Ayu.}{Ayu sangat beruntung mempunyai suami seperti Rizk
Read more

87. Rekayasa Pak Fauzi

“Aku punya keluarga ...aku punya keluarga, hahaha ....” tawa Wisnu membuat Pakdhe Sukirman menjadi takut dengan peringai Wisnu.“Kamu tahu Lukman, aku menjadi anak angkat keluarga Wiranata hanya untuk mencari sensasi agar di mata publik kalau mereka sangat baik, dermawan padahal itu bohong semua!” teriak Wisnu.“Aduh bagaimana ini, salah masuk aku, kenapa juga aku mau ikut dengan Wisnu ternyata dia mau balas dendam dengan Rizki, sedangkan Rizki kan harus menjadi menantu ku, duh terlanjur basah ini ,” gumam Pakdhe Sukirman menyesal ikut dengan Wisnu.“Dari mana kamu tahu kalau Keluarga Wiranata bertanggung jawab dengan masalahmu, apa dari Pak Fauzi ayah kandungmu?”“Apakah kamu tidak bertanya kepada Pak Aldi ayahnya Rizki, jangan hanya melihat satu sudut pandang saja, Wisnu!”“Bukankah kamu pintar, mengapa hanya mendengar omongan ayahmu tanpa mendengarkan penjelasan dari Pak Aldi, kamu terlalu naif Wisnu, aku pikir kamu pintar Wisnu, ternyata kamu dengan ayah kamu sama bodohnya, hahaha.
Read more

88. Derita Lukman

Seketika Pak Sugimin terdiam, entah apa yang dipikirkan oleh beliau tentang nasib anaknya yang sudah dipukuli oleh mereka.Tiba-tiba Pak Sugimin memegang dadanya dan sedikit gemetar membuat Rizki dan Pak Aldi panik.“Pak, dadanya sakit, kita lagi menuju rumah sakit, Bapak tahan sebentar ya!” ucap Rizki mencoba menenangkan Pak Sugimin.“Hadi, cepat sedikit nyetirnya!” perintah Rizki tegas.“Iya Bos, ini sudah ngebut Bos!”Satu jam perjalanan yang di tempuh membuat mereka, akhirnya sampai di rumah sakit yang di tuju.Anak buah Rizki sudah menunggu mereka yang baru saja datang.“Bos , sebelah sini!” sapa anak buah Rizki yang bernama Miko.“Bagaimana keadaan Bang Lukman, apa kata dokter?” tanya Rizki penasaran.“Masih belum Bos, dokter masih di dalam!” jawab Miko anak buah Rizki.Pak Sugimin hanya menatap lekat anaknya dari kejauhan, baru beberapa menit yang lalu mereka bertegur sapa lewat ponsel, kini Lukman sudah terbaring lemah dengan luka di sekujur tubuhnya.Beberapa saat kemudian d
Read more

89. Kematian Lukman

Pak Sugimin lalu mengambil ponselnya dari saku celana dan menekan nomor yang di tuju. Untungnya Rizki sudah memberikan ponsel masing-masing kepada mertuanya sehingga mudah untuk berkomunikasi di mana saja.“Duh ponsel baru, lupa lagi pencet yang mana ini!” ucapnya yang masih bingung menggunakan ponsel yang dibelikan oleh Rizki.“Alhamdulillah bisa juga Bapakmu ini, Man memakai ponsel baru,” ucapnya sendiri.@Pak Sugimin{Assalamualaikum, Bu ini Bapak yang nelpon}@Bu Yati{Wa’alaikumsalam, Pak sudah tahu kalau Bapak yang nelpon, ini kan suara Bapak toh}@Pak Sugimin{Iya benar juga ... Oh ya Bu Bapak lagi di rumah sakit}@Bu Yati{Astagfirullahaladzim, Bapak sakit apa Pak, Ibu ke sana ya, kok baru kabari sekarang?}@Pak Sugimin{Begini Bu, bukan Bapak yang sakit tapi Lukman}@Bu Yati{Lukman, ada apa dengan Lukman? Dia dipukuli orang atau apa Pak, kasih tahu cepat toh}@Pak Sugimin {Tenang dulu toh Bu, biar Bapak jelaskan dulu!}{Lukman di temukan di jalan dalam keadaan babak belur d
Read more

90. Pemakaman Lukman

Namun dia tidak peduli, dia pun nekat akan bunuh diri jika tidak diizinkan keluar menemui abangnya untuk yang terakhir kalinya.Namun pada saat ingin keluar tiba-tiba Ayu pingsan dan pendarahan, Bu Yati menjadi panik dan bingung, namun saat itu juga mereka lalu membawanya ke rumah sakit.Bu Yati lalu memberi kabar kalau Ayu di bawa ke rumah sakit karena pingsan.Rizki menjadi dilema, istrinya sangat membutuhkannya saat ini, sedangkan dia juga harus menjaga mertuanya agar tidak ambruk di jalan mengingat kondisi Pak Sugimin juga tidak terlalu baik.“Ki, kamu temani saja Ayu, biar aku yang jaga Bapak, kamu tak perlu khawatir, temani istrimu, dia lebih membutuhkan kamu!” ucap Ridho menenangkan hati Rizki yang sempat dilema.“Iya Ki, ada Ridho yang nemanin Bapak, kasihan Ibumu itu pasti sangat khawatir juga sama Ayu, kamu lebih di butuh kan di sana karena kamu suaminya, Ki!” jelas Pak Sugimin tersenyum.“Baiklah Pak, nanti kalau ada apa-apa tolong kabari Iki secepatnya, dan kamu Ridho jaga
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status