Semua Bab IBU SUSU UNTUK ANAK PEWARIS: Bab 261 - Bab 270

261Alister memasuki ruangan yang di pintunya tertulis ICCU. Sesuai janjinya, ia ingin menemui wanita yang baginya lebih dari ibu, tetapi bagai malaikat. Mungkin, bila tidak ada wanita itu, ia tak akan hidup sampai sekarang. Bahkan hingga kini, wanita itu tetap saja mementingkan dirinya daripada anak-anak kandungnya sendiri. Dengan baju dan tutup kepala khusus, lelaki itu berjalan perlahan mendekati tubuh yang terbaring lemah. Berbagai alat medis terhubung ke tubuhnya. Suara detak jantungnya yang lemah, terekam dari elektrokardiogram di sebelah ranjang pasien. Alister duduk dengan perlahan di samping ranjang pasien, kemudian meraih tangan sang wanita yang terasa sangat dingin dan lemah. Diciuminya tangan itu dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang. Kemudian ditempelkan di pipinya. Andai Tuhan memberinya kesempatan untuk terlahir kembali, ia ingin lahir dari rahim wanita itu, bukan dari rahim siapa pun. Dan andai ia diberi pilihan, ia hanya ingin memiliki satu ibu di dunia ini. Y

263Empat pria dan satu gadis berkerudung yang sama-sama berwajah kuyu, sudah kembali ke kamar inap Sandra. Beruntunglah gadis itu masih bisa diselamatkan lagi. Walaupun masih sangat lemah dan belum sadarkan diri. Salsa duduk di samping ranjang pasien dengan perasaan bersalah mendalam. Tangannya terus menggenggam tangan sang sahabat seolah ingin membangunkannya untuk meminta maaf. Sementara Alexander duduk di sofa dekat jendela dengan Raka di sampingnya. Alister berdiri bersandar ke dinding di sisi kiri sofa. Sementara Bumi berdiri dengan sikap sigap seperti biasa di samping kanan sofa. “Apa yang kau miliki untuk menikahi putriku?” Alexander bertanya setelah sekali lagi memindai Bumi dengan saksama.Hati pria yang bulu-bulu di wajahnya terlihat lebih lebat dan sebagian memutih itu, perlahan melembut, seiring kedua anaknya yang terus meyakinkannya jika Bumi adalah pilihan yang tepat untuk calon suami Sandra. Paling tidak untuk saat ini. Lapipula, hanya Bumi yang saat ini bisa mereka

265Tak ada yang dapat mendeskripsikan kondisi hati Alexander saat ini. Aira yang tengah meregang nyawa, tetapi jantungnya yang terasa dicerabut paksa. Seribu-ribu kali doa ia panjatkan kepada Tuhan agar sang istri diselamatkan. Dikembalikan dalam pelukannya. Berkali-kali layar monitor elektrokardiogram memperlihatkan garis lurus panjang dengan bunyi nyaring melengking, tetapi kembali garis-garisnya bergerak turun-naik saat dua buah alat seperti setrika di tempelkan di dada sang istri. Kondisi Aira tiba-tiba menurun dan terus memburuk sejak tadi pagi. Padahal kemarin-kemarin kondisinya sudah ada perkembangan. Ada gerakan ujung jari walau sangat halus. Alexander memejam. Tak tega sebenarnya melihat sang istri disetrum benda itu berkali-kali. Namun, dokter tengah berusaha mengembalikan detak jantungnya. Terbayang semua kenangan hidup bersama Aira sejak mereka bertemu hingga saat ini. Suka-duka telah dilalui bersama dan semakin merekatkan ikatan di antara mereka. Dari kenangan yang

267Sandra menjalani hari-hari perawatan di rumah sakit dengan di temani Bumi. Lelaki itu nyaris tidak pernah meninggalkannya sama sekali. Walaupun awalnya canggung, tetapi lama-kelamaan menjadi biasa. Banyak hal dilakukan lelaki itu. Menyuapinya makan, membantu minum obat, dan mengantarnya ke kamar mandi. Semua dilakukan laki-laki itu tanpa canggung sama sekali. Walaupun dilakukan dengan wajah selalu datar tanpa ekspresi dan nyaris tanpa kata. Untuk tugas terakhir, Bumi bahkan tak menggunakan kursi roda mengantarnya. Laki-laki itu akan membopongnya setiap melihat Sandra ingin ke kamar mandi. Sandra sebetulnya canggung. Namun, tak bisa berbuat apa-apa. Ia pasrah saat laki-laki itu bolak-balik harus membopongnya karena kondisinya yang masih lemah. Hanya satu yang ia tolak, saat Bumi menawarkan diri untuk menyeka tubuhnya. Sandra lebih memilih bantuan perawat wanita. Bagaimana mungkin ia membiarkan laki-laki itu melihat tubuhnya sementara ditemani di kamar mandi saja rasanya canggu

269 Raka mematikan sambungan telepon dari Alister dengan perasaan bercampur-baur. Foto-foto dan video tak senonoh Sandra tersebar di dunia maya. Dan dapat dipastikan kalau itu ulah bajingan itu dengan keluarganya. Sepertinya mereka tidak mau hancur sendirian. Saat merasa sudah terkepung dan tak dapat melarikan diri lagi, menyebar senjata terakhir untuk menghancurkan keluarga Alexander adalah pilihan. Mereka bodoh. Mungkin benar nama keluarga Alexander akan sangat tercoreng dengan ini. Namun, itu artinya tuduhan mereka semakin banyak, dan hukuman yang menanti semakin besar. Raka meremas kuat ponsel di tangannya. Sebagai anak tertua di keluarga itu, tentu ia sangat marah mengetahui orang lain begitu mudah memporak-porandakan harga diri dan nama baik keluarganya. Penyesalan kembali hadir, andai ia sejak awal lebih perhatian dan melindungi keluarga, bukan malah berseteru dengan saudara sendiri, mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi. Penyesalan memang selalu hadir terlambat. Menc