Malika masih mengiringi kepergian Anton yang melesatkan motor ke arah perkebunan jeruk. Dahinya mengeryit berpikir keras, mengingat-ingat di mana pernah melihat pemuda bersahaja itu. Jujur, sejak kali pertama bertemu di dalam gudang, Malika terus memikirkan Anton. “Pemuda itu sangat tertutup. Setiap kali kutanya tentang keluarganya, dia hanya menjawab... tidak ada yang istimewa, Bu. Kamu pernah nggak tanya tentang keluarganya?” “Eeemmm... tidak pernah. Karena setiap orang punya privasi dan masalah masing-masing yang orang lain nggak boleh tahu,” Adam menjawab dengan bijak. Sambil berkata begitu, sorot matanya memancar sayu. Malika tertegun. Sama seperti Anton, Adam juga terkesan misterius. Ekspresi wajahnya bisa dengan cepat berubah-ubah. Terkadang sumringah, penuh semangat, murung dan tertekan seperti saat ini. Sebuah mobil pik up yang berhenti tepat di depan rumahnya menarik perhatian Malika. Seorang pria bertubuh tegap keluar dari tempat sopir. “Heruuu.
Read more