"Yaa, siapa aja. Pokoknya dia punya duit dan pangkat tinggi. Jadi nggak bikin aku susah, aku mau hidup di kota, Buk. Nggak mau terus-terusan di dusun kayak gini," jawab Menik. “Lho jadi niat kamu nikah itu berarti buat dapat kekayaan?” tanya Bu Tina sedikit tidak senang. “Yaa, bukan begitu, Buk. Tapi yaa realistis saja tho bu, kan nikah itu butuh banyak biaya. Dan aku kan juga mau hidup yang lebih baik, lebih enak gitu lho, Buk. Pokoknya cari suami yang bisa bayar pembantu buat bantuin kerjaan rumah, biar nggak begini,” jawab Menik sambil membuka kedua telapak tangannya menunjukan dirinya yang sedang sibuk membersihkan bumbu dapur. “Walah, modelmu, Nik. Mau pakai pembantu segala. Nikah itu harusnya niatnya ibadah. Bukan karena cari kaya. Kaya tapi kalau nggak bahagia yaa buat apa?” nasihat bu Tina. “Kalau gitu yaa cari yang kaya, dan bikin bahagia yaa, Buk.” Ujarku. “Sekarepmu, Nik,” (terserah kamu, Nik) ujar bu Tina pasrah. “Jadi calon suami aku itu, hmm.. harus 5T, Buk?” ujar
Baca selengkapnya