Hari sudah sore, pukul lima. Sepulang mengantarkan anakku Azfar ke tempat pengajian, aku menyapu pekarangan rumah sekaligus menunggu suamiku pulang keliling jualan sayur. Di depan rumah Citra, aku melihat mobil hitam terparkir. Mertua Citra pasti sudah datang. Lampu di rumahnya juga menyala, gordennya belum ditutup, jadi aku bisa melihat aktivitas mereka di dalam rumah. Tampak Kirno—suaminya Citra—memasukkan makanan ke dalam paper bag sementara Citra menggandeng tangan ibu mertuanya berjalan ke luar rumah. Sepertinya, mertua Citra akan segera pulang. “Makasih lho, Cit. Tadi salaknya segar banget, manis juga rasanya. Udah gitu bersih, lagi. Kamu pinter bikin manisan salak, apa tanganmu gak sakit pas ngupas dan bersihin buah salak, Cit?" kata ibu mertuanya setelah sampai di depan mobil, diantar Citra dan suaminya. “Ya iyalah, Bu. Harus. Kan buah salak memang kesukaan Ibu, jadi Citra semaksimal mungkin mengupasnya khusus untuk Ibu,” balas Citra. Aku yang mendengar pengakuan Citra men
Read more