"Tidak bisa, Ma. Aku sudah membelinya, pantang bagiku untuk menjual lagi." Aku menegaskan. Walau hati ini merasa takut, namun mulutku tak gentar mengucapkannya. "Asal kamu tahu ya, Dewi. Tanah itu sudah kutawar sejak lama, sejak si Citra bangun rumah di sini! Tapi si Mulyani itu gak mau menjualnya juga, sekarang kamu tiba-tiba membeli tanah itu. Jelas aku gak terima!" kata Ibu Mertua. "Bu Mulyani menjual tanah itu padaku, dan dia bilang aku tidak boleh memberikannya pada Mama," jawabku berbohong. "Baik, kalau itu jawabanmu, berarti kamu nantangin mertuamu sendiri!" "Tapi, Ma. Aku benar-benar tidak tahu kalau tanah itu sudah ditawar Mama," kataku"Halah, jangan pura-pura tidak tahu, deh. Semua orang juga sudah tahu! Kalau gak percaya, tanya aja sama tetangga-tetangga kita," celetuk Citra, sinis. Aku mengabaikan Citra dan menatap ibu mertuaku, dia terlihat sungguh-sungguh saat mengancamku. Kebiasaannya yang sering main dukun sebagai solusi, membuatku agak takut juga andai benar
Baca selengkapnya