“Kamu ….” Aku memukul tubuh di depanku. “Kamu … egois.”“Pukul saja, Viv, sekuat yang kau bisa. Itu akan lebih baik untuk mengungkapkan rasa kekesalanmu kepadaku.”Aku Kembali memukul dada bidang itu, kali ini lebih keras dari biasanya, bahkan tanpa sadar pukulan itu mengenai dada kiri haikal, tepat di jantungnya.Lelaki itu tersnyum, bahkan seperti tak merasakan kesakitan apapun, meskipun aku memukulnya dengan tenaga penuh.“LAkukan saja, Viv, sepuasmu. Tapi aku mohon, jangan pernah membenciku,” ucapnya dengan mata penuh harap, dan tangan yang meraih tanganku, didekatkannya telapak tanganku itu tepat di pusat jantung yang terus berdetak, hingga aku mampu merasakan getaran berirama itu dnegan sangat jelas, hanya saja tempo ketukan itu begitulah cepat.“Jika kamu pergi, detak jantung ini juga akan menghilang, Viv.”**Kami pulang, dengan wajah yang terus ku tekuk. Bahkan rencana sambangan ke pantipun batal, dua kresek yang berisi makanan dan keperluan di sana, kini tergeletak begitu sa
Last Updated : 2022-09-01 Read more