Bab 40."Aku akan gugat cerai di pengadilan. Ayo bercerai, Mas!"Mendengar itu, Bima menatap Nindita begitu lama. Ada yang terasa merintih perih di hatinya, entah karena masih tersisa rasa cinta, atau karena merasa bersalah. Atau memang karena rasa tamak ingin tetap memiliki keduanya.Namun, ia tetap diam. Ia tahu persis bahwa Nindita bukan tipe wanita yang tak berpikir panjang. Setiap keputusan sudah ia pikirkan baik buruknya, dan tak ada yang bisa mempengaruhinya dengan cara apa pun."Nin ... apa harus bercerai? Tolong jangan seperti ini, Sayang!" Bima tak tahan, ia akhirnya bicara. Lelaki itu ingin mendekat, tapi Nindita menahannya seraya meletakkan jarinya di bibir, mengisyaratkan Bima untuk diam dan tetap di tempat."Jangan panggil aku seperti itu lagi, Mas. Aku sudah bilang itu menjijikkan.""Sudah tak ada yang tersisa untuk kupertahankan," tegas Nindita."Nin ... aku ingin kamu tetap di sini, jadi ibu untuk anak-anak kita."Bima tampak memohon. Entah apa yang ada di pikirannya
Baca selengkapnya