Semua Bab Video Pernikahan Papa: Bab 31 - Bab 40

63 Bab

31. Terbongkar

Bab 31.Bima pulang lebih awal dai kantor, ia mampir di apartemen Selly seperti biasanya. Jam masih menunjukkan pukul tiga lewat saat ia masuk ke apartemen. Hanya waktu itu yang dimiliki Bima untuk berduaan dengan istri mudanya.“Hai, Mas!” Selly menyambut kedatangan Bima saat lelaki itu baru saja memasuki ruang utama.Selly bergelayut manja di lengan sang suami, seperti yang sering ia lakukan. Langsung saja Bima menghujaninya dengan kecupan kerinduan, seolah memang sudah lama tak bertemu.“Aku masak spesial buat kamu lho, Mas.”Selly berkata dengan bangga karena ia menyiapkan makanan untuk Bima. Itu artinya ia ingin menunjukkan bahwa ia juga bisa menjadi istri yang sempurna, melakukan tugas seperti yang dilakukan Nindita selama ini.“Oh ya?” tanya Bima penasaran. Biasanya Selly lebih memilih untuk memesan makanan di luar.“Iya dong. Sebenarnya aku lumayan pinter masak sih, Mas. Tapi ...,” Sely menjeda ucapannya seraya tersenyum pada Bima.“Tapi apa?” tanya Bima.“Lumayan malas juga
Baca selengkapnya

32. Permainan Angga

Bab 32.Langit telah berubah menjadi jingga saat Angga duduk di meja dekat kolam renang di rumahnya. Ia mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di meja seraya tersenyum sinis saat mendengar notifikasi dari ponsel yang tak berhenti berbunyi sejak tadi. Angga sudah melihat beberapa notifikasi itu, ia sudah membacanya dan menggelengkan kepala sambil menatap dingin pada kekosongan di depannya.Angga mendengar suara langkah kaki terburu-buru mendekat ke arahnya. Ia berdiri untuk menyambut, tapi tiba-tiba tangan itu menamparnya kasar. Seperti dugaannya, Bima akan datang dan menamparnya atau membunuhnya sekalian.“Apa-apaan, Ga? Kenapa nggak bisa berhenti untuk bersikap kurang ajar, hah?” teriak Bima tepat di depan wajah Angga.Sementara Angga memegang pipinya yang terasa berdenyut perih. Tamparan, makian, dan teriakan sudah terlalu akrab dengannya kini. Ia tak lagi asing, atau bahkan merengek meminta penjelasan tentang apa salahnya saat ia ditampar, karena ia hanya meneruskan apa yang dimulai ole
Baca selengkapnya

33. Luka di Hati Nindita

Bab 33.“Maaf ya, Nin. Aku nggak tau apa ini bisa membantumu atau malah bikin kamu makin sakit.”Mirna menggenggam tangan Nindita, sahabatnya sejak SMA. Ia merupakan salah satu guru di sekolah Angga. Sudah lama ia menyimpan keinginan untuk memberitahu kejanggalan suami Nindita. Apalagi saat foto kebersamaan Bima dengan Selly beredar, yang membuat Angga berkelahi di sekolah.Meskipun saat itu kepala sekolah menutup kasus, tapi Mirna yakin ada yang salah dengan rumah tangga sahabatnya.Namun, ia tak ingin masuk dan mencampuri terlalu dalam. Ia pikir, Nindita pasti menjadi orang yang lebih dulu tahu, jika suaminya bermain api di belakang. Apalagi Angga tahu semuanya, Mirna berpikir anak itu akan mengadu pada mamanya.Ternyata pemikiran Mirna jauh dari kenyataan. Ia bahkan sempat menganga saat Nindita bilang ia sama sekali tidak tahu suaminya menikah lagi.Ah, dari dulu Nindita memang sepolos itu. Terkadang membuat Mirna geram.“Aku pikir kamu tau, Nin. Angga berantem waktu itu juga gara
Baca selengkapnya

34. Nindita Pergi

Bab 34."Mama!""Za!""Naya!""Ma ... Mama!"Sore hari Angga pulang dari latihan basket di sekolah. Ia memanggil mama dan dua adiknya karena rumah terlihat seperti tak berpenghuni. Bahkan ruangan yang mulai sedikit gelap, belum mendapat penerangan seperti biasanya. Mbok Wati di jam seperti itu akan pulang sebentar ke rumahnya, dan balik saat hari akan magrib.Angga naik ke kamar adiknya, karena di bawah sana ia lihat mobil mama terparkir dengan rapi. Namun, tak ada tanda-tanda Nindita berada di rumah. Angga membuka pintu kamar Khanza, lalu mendekat pada gadis itu yang terlihat sedang tertidur. Ia menggoyangkan tubuh adiknya untuk membangunkan. Seketika Khanza terbangun dan melihat Angga di dekatnya. Inaya pun ikut terbangun."Mama mana, Za?" tanya Angga, meskipun terlihat Khanza masih menguap."Hah, mama?" Khanza baru saja mengumpulkan kesadarannya."Tadi mama tidur sama kita," ucap Khanza. Kemudian ia menatap Angga cukup lama hingga membuat lelaki itu mengerutkan keningnya.Melihat
Baca selengkapnya

35. Luka Inaya

Bab 35."Mba, maaf ya, saya terpaksa batalin rencana kerjasama kita. Di luar sana masih banyak jasa endorse yang mungkin lebih baik, dan saya lebih nyaman." Seorang perempuan menerangkan maksud ia meminta bertemu dengan Selly.Produk skincare yang baru launching, berniat bekerja sama dengan Selly untuk mempromosikan barangnya. Selly hanya bisa menatap terpaku mendengar pemutusan sebelah pihak. Sudah terlalu banyak orang yang tiba-tiba menelepon dan melakukan hal serupa seperti yang wanita itu lakukan pada Selly."Produk yang udah saya kirim, ambil aja." Wanita itu tersenyum hambar, sementara Selly tetap diam, karena ia sudah mengerti alasannya ditolak di mana-mana."Saya memang nggak tau persis masalah mbaknya, tapi saya pernah ada di posisi istri pertama. Perasaan itu yang saya tau persis gimana rasanya. Mbak nggak tau, kan, rasanya nangis sesenggukan tanpa ingin ketahuan. Mbak pasti nggak tau rasanya nyuri waktu buat nangis biar anak-anak nggak tau kalau kita lagi terluka parah."
Baca selengkapnya

36. Angga Diskors

Bab 36.Suasana rumah benar-benar kaku dan beku, bukan karena tak lagi terawat, tapi karena penghuninya tak lagi saling menyapa. Tidak ada Nindita di rumah itu benar-benar membuat rumah terasa gelap dan mati.Semua orang terlalu sibuk dengan aktivitas masing-masing. Sibuk mengabaikan satu sama lain. Mereka bertemu, tapi saling diam dan berlalu pergi. Sebuah keadaan yang tak pernah terbayang sebelumnya. Dulu, selalu ada kerinduan saat sehari saja tak bertemu. Namun, sekarang mereka mengelak untuk saling menatap muka.Bahkan, Inaya yang dulunya sangat manja dengan Bima, kini hanya diam ketika bertemu. Ia tak membenci begitu kentara, tapi juga tak bisa sehangat dulu. "Kita makan di restoran ya, Naya sama Kak Khanza bisa pesan apa aja yang kalian suka." Setelah beberapa waktu menjalani kehidupan yang dingin, Bima mencoba membujuk dua anak gadisnya. Hanya mereka harapan Bima, karena Angga sungguh tak terbujuk.Khanza dan Inaya saling menatap, lalu bersamaan menggeleng. Ajakan itu memang
Baca selengkapnya

37. Mengunjungi Mama

Bab 37.Angga pikir berkelahi dengan Bara akan membuat mama datang padanya. Saat melihat Bara terus menatapnya dengan Dinda, Angga merasa ingin melakukan sesuatu agar orangtuanya dipanggil. Namun, ia tersulut emosi hingga hampir membuatnya hilang kendali."Saya pengen kedua orangtua saya dipanggil, Pak! Saya mau mama dan papa ke sini," pinta Angga pada kepala sekolah. Ia terlihat putus asa untuk membuat mamanya kembali ke rumah.Ariyanto, sang kepala sekolah menatap Angga seraya menggeleng, ia bisa membaca lewat gerak tubuhnya bahwa Angga ingin mengembalikan hubungan kedua orangtuanya. Ia ingin keduanya hadir di sini. Namun, cara yang ia lakukan sangat tidak dibenarkan. "Kamu ingin dua orangtuamu di sini dan melihat kamu babak belur seperti ini? Bayangkan dulu bagaimana perasaannya, akan senang atau sedih?"Sementara itu, Bu Arini selaku guru BK sudah menghubungi orangtua Angga dan Bara. Ia dan kepala sekolah akan memberitahukan bahwa anak-anak ini dihukum karena membuat kesalahan l
Baca selengkapnya

38. Masuk ke Rumah Orang

Bab 38."Ma, sehari lagi ya. Janji besok pulang dan sekolah." Inaya mengangkat dua jarinya untuk dilihat oleh Nindita. Gadis itu meminta untuk tinggal sehari lagi bersamanya. Jika boleh, Inaya ingin tetap tinggal di rumah nenek selama ada mamanya di sana."Iya, Ma. Boleh ya," Khanza duduk lebih dekat dengan Nindita, ia merengek sama seperti Inaya yang tak ingin pisah."Nggak boleh ingkar janji, kan kalian harus sekolah."Dengan berat hati Nindita harus berkata seperti itu. Meskipun sebenarnya ia masih rindu."Kemarin belum janji, Ma. Nah, hari ini baru deh janji. Mama minta izin sama Bu guru ya, sehari lagi aja. Bilang aja pulang kampung jenguk nenek." Khanza memohon pada mamanya."Udah pintar kalian ya. Sejak kapan kamu malas sekolah, Za?" Nindita protes, tapi sambil tersenyum menatap anaknya satu persatu.Khanza dan Inaya saling melirik, lalu cekikikan. Mereka bukan malas sekolah, hanya saja masih rindu dan tak ingin jauh dari mamanya."Siapa yang ajarin?" tanya Nindita."Kak Angga
Baca selengkapnya

39. Keputusan

Bab 39.Seminggu kemudian.Langit jingga tampak indah di atas sana, tapi sama sekali tak ingin dinikmati Nindita. Ia menatap rumah dua tingkat dengan cat berwarna putih gading itu. Rumah yang sejak Angga kecil telah ditinggalinya bersama keluarga. Dulu, Nindita yang mengatur bunga-bunga di taman kecil itu. Ia yang menyiramnya setiap hari. Ia juga yang menutup pintu pagar ketika Bima sudah keluar bekerja. Nindita yang merapikan seluruh isi rumah itu, ia begitu akrab dengan setiap sudutnya. Keindahan-keindahan serta kenangan manis selalu ia lewatkan di sana. Hingga akhirnya di dalam rumah itu juga, ia menyesap rasa pahit yang melukai jiwa raganya.Dengan langkah pasti, ia membuka pintu pagar rumah itu. Nindita masuk dengan tenang. Sudah cukup ia menangis untuk semua yang terjadi. Sekarang waktunya untuk kembali, Nindita rindu akan kehidupannya yang dulu meski tak lagi sama. Ia tak bisa terus menerus terpuruk dengan keberadaan Selly sebagai orang ketiga.Ada hal yang lebih mengambil po
Baca selengkapnya

40. Ketika Melihat Selly

Bab 40."Aku akan gugat cerai di pengadilan. Ayo bercerai, Mas!"Mendengar itu, Bima menatap Nindita begitu lama. Ada yang terasa merintih perih di hatinya, entah karena masih tersisa rasa cinta, atau karena merasa bersalah. Atau memang karena rasa tamak ingin tetap memiliki keduanya.Namun, ia tetap diam. Ia tahu persis bahwa Nindita bukan tipe wanita yang tak berpikir panjang. Setiap keputusan sudah ia pikirkan baik buruknya, dan tak ada yang bisa mempengaruhinya dengan cara apa pun."Nin ... apa harus bercerai? Tolong jangan seperti ini, Sayang!" Bima tak tahan, ia akhirnya bicara. Lelaki itu ingin mendekat, tapi Nindita menahannya seraya meletakkan jarinya di bibir, mengisyaratkan Bima untuk diam dan tetap di tempat."Jangan panggil aku seperti itu lagi, Mas. Aku sudah bilang itu menjijikkan.""Sudah tak ada yang tersisa untuk kupertahankan," tegas Nindita."Nin ... aku ingin kamu tetap di sini, jadi ibu untuk anak-anak kita."Bima tampak memohon. Entah apa yang ada di pikirannya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status