Home / Pernikahan / Video Pernikahan Papa / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Video Pernikahan Papa: Chapter 41 - Chapter 50

63 Chapters

41. Paling Menyakiti

Bab 41."Kamu nggak usah datang ke pengadilan, Mas. Biar urusannya cepat kelar." Nindita berkata pada Bima waktu itu.Setelah menjalani berbagai proses, akhirnya Nindita dan Bima menandatangani surat perceraian. Mereka akhirnya bercerai yang menyisakan tangis di mata anak-anak."Ma ... apa itu artinya Naya bukan anak papa lagi?" tanya Inaya pada mamanya saat malam itu mereka tidur bersama.Mendengar pernyataan itu seketika mambuat mata Nindita kembali basah. Ia tahu tak ada anak yang akan siap dengan perceraian kedua orangtuanya. Namun, diantara tiga anaknya, Inaya lah yang benar-benar terlihat menyedihkan. Nindita tahu, ada luka dan kecemburuan yang bersarang dalam dadanya. Luka saat melihat papanya begitu hangat dengan anak lain, Enzy. Gadis kecil itu cemburu pada hak yang seharusnya tetap menjadi miliknya.Nindita mengusap puncak kepala Inaya, perih di dadanya semakin menjadi kala Inaya juga menangis di pelukannya. Rasanya Nindita lebih rela semua kesakitan itu beralih, dan hanya
Read more

42. Berulah

Bab 42.Angga tinggal di apartemen Selly, bersama Bima dan Enzy. Ia mendapatkan keluarga baru dan orang-orang baru yang harusnya tak pernah hadir dalam hidupnya. Ia seolah dipaksa untuk memerankan smeua bagian yang tak diinginkan. Sebab itu, ia menjadi lebih dingin dan pendiam saat di rumah. Angga merasa tak ada yang perlu dikatakan, kalau pun ada, itu akan sangat banyak, tapi tak berguna.'Harusnya kamu nggak pernah ketemu papa.''Harusnya papa nggak pernah melirik dia.''Harusnya kalian tak ditakdirkan bersama dengan menghancurkan hati wanita lain.'Harusnya dan seharusnya seperti yang diinginkan Angga, terus menjadi protesnya entah pada siapa. Semua itu hanya menjadi bualan tak berguna, karena hidup tak selalu seperti yang diharapkan.Setelah pertemuan terakhir hari itu, Angga terus menerus menghubungi mama. Namun, wanita itu terlihat masih marah dengan. Nindita tak menjawab panggilan Angga, bahkan tak bertanya kabarnya. Padahal Angga rindu sekali ingin mendengar suaranya. Angga
Read more

43. Pertengkaran

Bab 43."Nggak bisa gitu, Pa! Papa udah janji Minggu lalu!" Angga protes atas keputusan tiba-tiba papanya untuk tidak pergi menjenguk Inaya dan Khanza di rumah nenek."Nggak bisa, Ga. Mama Selly dan Enzy lagi sakit. Papa nggak bisa ninggalin mereka gitu aja." Bima mencoba menjelaskan dengan lembut, ia berharap Angga mengerti keadaan dan tak memaksanya selama Selly dan Enzy belum sembuh."Selly sama anaknya bisa dijemput sama ibunya, Pa. Mereka bisa tinggal sebentar dan dirawat di sana." Angga memberi usulan."Mama Selly, Ga!" tegas Bima yang berkali-kali mendengar Angga masih menyebut Selly tanpa embel-embel mama. "Udah berapa kali papa ingatkan?""Mamaku cuma satu, Pa. Udah berapa kali juga aku bilang?"Bima menghela napas lelah, sulit baginya untuk mengatur Angga. Ia sudah terlalu kerasa kepala dengannya, dan itu terkadang membuat Bima stress memikirkannya.Selly dinyatakan positif hamil setelah diperiksa ke dokter kandungan. Awalnya ia tak menunjukkan gejala mabuk berat selama awa
Read more

44. Coba Merokok

Bab 44.Angga baru saja pulang sekolah. Ia naik ke lantai menuju apartemen tempatnya tinggal. Ia mengayunkan langkahnya dengan gontai, terlalu suram hari-hari yang ia jalani selama ini. Saat ia mendekat di pintu apartemen, ia melihat seorang wanita yang ditaksir umurnya sekitar lima puluh lima tahun. Wanita itu sedang membuka kunci pintu ingin masuk. Angga memicingkan mata, dan baru mengenali siapa wanita yang kini berdiri beberapa jarak di depannya.Lelaki itu membalikkan badan, ia ingin pergi tanpa ketahuan. Namun, sayangnya wanita itu menyadari hingga ia memanggil namanya."Angga!"Angga tak berbalik dan memutar langkah, sebab itu langkahnya dikejar oleh wanita itu. Wanita yang paling dekat dengan Enzy selain mamanya.Anjani masih memanggil karena Angga tak menghiraukannya. Hingga wanita itu berdiri di depannya dan menatap wajah tampan yang terlihat begitu kesal. Kesal karena bertemu dengan orang-orang yang berhubungan dengan Selly. Angga masih tak bisa terima bahwa di dunia ini a
Read more

45. Menantang Kematian

Bab 45."Mama lagi sibuk nih!"Kalimat mama kembali terngiang di kepala Angga saat ia melakukan panggilan video call untuk adiknya. Bukan sekali, tapi setiap kali menelepon, mama selalu bilang sibuk. Nindita lewat di belakang Khanza yang sempat ditatap Angga sedang memegang sesuatu dari dapur. Namun, ia sama sekali tak menyapa meski Inaya dengan manja membujuknya.'Ma, apa harus seperti ini akhirnya?' Angga terus bertanya pada diri sendiri, padahal ia tahu dari Khanza bahwa pelanggan kue sang mama tak begitu ramai. Kesibukan itu hanya kebohongan untuk menghindari Angga. Ia terluka karena selama ini tak ada kesibukan yang menghalangi kebersamaan mereka.Angga, Inaya dan Khanza dipisahkan oleh keadaan dan keputusan. Hal yang sering terjadi dalam sebuah perceraian, seperti saling berusaha untuk memisahkan dengan cara yang tak sengaja, hanya anak yang akan merasakannya."Pada akhirnya kamu yang paling melukai, Ga!" Kalimat terakhir mama saat Angga berpisah dengannya. Kalimat perpisahan
Read more

46. Putus Asa

Bab 46.Operasi berjalan dengan lancar, tapi Angga belum sadarkan diri. Ia masih terbaring dalam keadaan terpejam. Ellia kerap kali menjenguknya, lalu pulang saat Bima dan Selly datang ke ruang rawatnya. Terkadang Sam yang datang bersama Dinda, atau bersama Dion yang terus menerus merasa bersalah. Ada juga teman-teman lain dari sekolah yang menjenguk Angga.Angga sudah dipindahkan ke ruang rawat. Dokter mengatakan keadaannya akan membaik, hanya perlu menunggu waktu untuk bisa merespon semua penanganan dan obat-obatan yang diberikan. Kondisi seperti Angga terkadang membutuhkan waktu yang lama untuk sadar. Namun, dokter sudah melakukan yang terbaik berharap Angga segera sadar dan membuat lega orang-orang yang mengkhawatirkannya.Ellia menatap tubuh yang terbaring itu. Hari Minggu membuatnya bisa datang pagi-pagi sekali ke rumah sakit. Gadis itu meneteskan air mata, melihat Angga seperti itu membuatnya lemah."Makasih ya udah bersedia donor darah untuk Angga."Saat itu Bima berbicara em
Read more

47. Sri Datang

Bab 47."Pake hapeku aja, Om!" Sam menawarkan ponselnya pada Bima. Beberapa kali Bima menelepon Nindita, tapi tak diangkat.Syukurnya Ellia bersedia memberikan darah untuk Angga, yang membuat Bima tak lagi berusaha untuk menghubungi Nindita.Saat itu Sam sudah pulang ke rumah setelah operasi Angga selesai. Ia masuk ke kamar dan membuka seragam sekolahnya yang ikut terkena darah dan keringat. Baru saja Sam ingin melangkah ke kamar mandi saat ponsel ya berdering.Sam kembali melihat ponsel yang ia letakkan sembarang di atas kasur. Ia segara mengangkatnya saat melihat Nindita yang menelepon."Sam," panggil Nindita saat lelaki itu menjawab panggilannya."Iya, Tante.""Kenapa ya tadi telpon tante. Maaf baru pegang hape." Nindita bertanya, karena panggilan dari Sam lebih dari satu kali. Itu artinya ada hal penting yang ingin disampaikan.Sam terdiam, ia bahkan tidak bisa secepatnya mengabari bahwa Angga sedang dalam kondisi yang menghawatirkan. Ia takut Nindita syok saat mendengar berita b
Read more

48. Bertemu

Bab 48."Ga, mau sekolah? Jangan dulu, papa akan minta surat sakit dari dokter lagi."Bima bangun dari kursinya, ia sedang menyantap sarapan sebelum bekerja. Namun, tiba-tiba dari arah kamar, ia melihat Angga sudah rapi dengan seragam sekolah dan tas di punggungnya."Bahkan kepalamu masih diperban." Bima mendekati Angga yang sedang memakai sepatu di dekat pintu.Selly dan Enzy saling menatap, keduanya sama-sama tidak bisa mengizinkan Angga untuk sekolah. Nmajn, mereka tidak bisa berbuat apa-apa.Sementara Angga hanya diam seperti biasa. Tak menyapa, juga tak berbicara jika tak ada perlu. Reaksi dari seorang anak yang terlalu kecewa dengan kata-katanya yang sering terabaikan. Terlalu lelah berbicara, tapi tak pernah didenagrkan. Terlalu banyak protes, tapi selalu diabaikan. Sebab itu, kini ia memilih diam, menghindari luka yang lebih dalam karena rasa kecewa dari harapan-harapan itu.Sudah sebulan lebih Angga tidak sekolah, atas anjuran dokter untuk beristirahat penuh di rumah. Namun,
Read more

49. Mari Bahagia

Bab 49."Mama ...," lirih Angga memanggil. Matanya terus menatap ke depan, dengan cairan yang menggenang di matanya."Ma ...," Angga kembali memanggil lirih. Sementara di sana Nindita tersenyum padanya. Namun, Angga dengan jelas melihat ia menyeka sudut matanya berkali-kali. Menangis sama oersisiy seperti dirinya.Angga berjalan ke depan, masih menatap lurus ke arah mamanya. Nindita juga melakukan hal yang sama. Keduanya berjalan hingga mereka bertemu di halaman yang di sampingnya ada bunga-bunga yang tak lagi terawat.Angga dan Nindita berdiri dalam jarak dekat, saling memandang untuk sesaat, dengan tetesan air mata yang tak bisa berhenti dari keduanya. Bahkan tubuh Angga bergetar menahan isak tangis yang semakin tak terkendali.Segera saja Nindita memeluk Angga. Pelukan yang begitu diinginkan olehnya. Saat itu, pecahlah tangis Angga di kedua bahu Nindita. Ia biarkan dirinya menangis seperti anak kecil yang merengek manja di pelukan ibunya. Biarkan. Biarkan saja seperti itu untuk be
Read more

50. Surga Angga

Bab 50."Makan yang banyak ya!" ucap Nindita yang duduk di depan Angga.Setelah saling melepas rindu, dan mengobrol banyak hal, Nindita mengajak Angga untuk makan di restoran favorit mereka dulu. "Besok-besok kalau mama datang, mama bakalan masak dulu buat kamu. Kangen nggak masakan mama?" "Kangen dong, Ma. Nggak ada yang bisa ganti citarasanya.""Beneran?" tanya Nindita menaikkan sebelah alisnya menggoda."Masakan mama tuh kelllllas pokoknya." Angga mengangkat tangannya menyatukan jempol dengan telunjuk hingga membentuk gaya oke.Nindita tertawa melihatnya, ada yang menyusup hangat dalam hatinya. Rasa bahagia saat melihat Angga yang perlahan kembali seperti dulu. Ia berharap keceriaan, juga semangat hidupnya kembali."Ma ...," panggil Angga."Ya," sahut Nindita di sela-sela suapan nasinya."Sam bilang apa aja sama mama?" tanya Angga penasaran.Nindita tersenyum menatap Angga, lalu ingatannya menerawang pada Sam yang beberapa waktu lalu menemuinya.Sam memang tahu di mana rumah nen
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status