All Chapters of Perkara Mahar Satu Miliar: Chapter 51 - Chapter 60

76 Chapters

Bab 30. B

bab 30.B Ms"Hemm, Ibuuu, gimana ini?" Dara merengek meratapi kebodohannya sendiri."Hihh kamu ini gimana sih, ingat ga kata Ki Joko peletnya bakal langsung kena sama pemilik celana dalam itu, dan ga bakal hilang kalau buhulnya ga ditemukan, berarti bener kalau Pak Bagus ngejar-ngejar kamu, yang diambil kemarin celana aki-aku kampret itu."Seketika Bu Rita panik, otaknya berputar mencari-cari ide membereskan masalah putrinya ini."Gimana dong, Bu, aku ga mau sama aki-aki." Dara merengek."Aki-akinya juga kaya, udahlah deketin aja porotin uangnya." Bu Rita kehabisan akal.Jelas saja Dara makin kesal, walau ia butuh lelaki kaya tapi fisik juga penting demi menunjang rasa gengsinya."Enak aja, aku malu apa kata Alvin nanti kalau lihat aku dapetin aki-aki, Ibu tega banget sih ngejatuhin harga diri anak." Dara berdecak sebal.Ponselnya berbunyi, ia melirik benda pipih tersebut dan seketika bibir yang ranum karena lipstik mahal itu merenggut."Nih lihat ini pasti si aki-aki yang nelpon." Da
Read more

Bab 31.A

Bu Rita dan Dara saling melirik terkejut, gadis yang masih mengenakan celana bahan hitam dan kemeja putih itu merasa putus asa."Kok bisa meninggal, padahal beberapa hari yang lalu dia sehat kok," gumam Bu Rita yang didengar oleh lelaki tadi."Ki Joko punya penyakit jantung sama darah tinggi, kata anaknya dia abis makan daging kambing sama Pete terus ga lama dia kesakitan sambil megangin dadanya, dibawa ke rumah sakit terus meninggal, Bu." Lelaki itu dengan detail menjelaskan.Dara mencolek pergelangan ibunya yang gempal lalu berbisik. "Gimana ini, Bu?""Kita pulang aja lah."Mereka bergegas pergi tanpa pamitan pada sekelompok lelaki yang sedang berkumpul itu.*Keesokan harinya ialah hari pertama Dara masuk kerja, sesuai titah ibunya ia mengenakan kemeja putih ketat, dipadukan dengan celana bahan hitam ketat di bagian paha ke atasnya.Bokong Dara yang sexy tentu saja mengundang perhatian mata lelaki tapi itu tak berlaku bagi Feri, lelaki yang kini memelihara jenggot tipis-tipis itu m
Read more

Bab 31.B

Apa? Perempuan itu datang ke sini mau ngapain coba?" Naura mendadak emosi."Dia datang sama anak perempuan seumuran kamu, karena ga terima ditertawakan Ibu menyerang Rita sampai babak belur, padahal waktu itu Ibu belum puas." Sorot mata Bu Rita mendadak tajam."Itu pasti Dara."Naura menghirup napas, muncul sebuah ide dalam kepalanya untuk membuat wanita yang menjadi penyebab ibu kandungnya gila itu menjadi hina."Ibu tenang aja ya, suatu saat dia akan terhina dengan sendirinya, sekarang Ibu fokus sembuh, banyak istighfar ikut pengajian yang ada di yayasan ini." Hati Naura bergemuruh menahan amarah."Waktu itu Ibu emosi, Neng, tiap malem kepikiran terus, kadang Ibu ngerasa ga pantes jadi ibunya Eneng." Bu Nendah menjadi murung Naura tersenyum sambil menatap mata sayu sang ibu."Denger, cuma Ibu yang pantes jadi ibunya Naura, ga akan pernah ada yang bisa gantiin Ibu." Tak kuasa, Naura memeluk ibunya dengan erat.Usai berbincang-bincang penuh tawa akhirnya Naura pamit pulang. Namun, se
Read more

Bab 32. A

"Kalian harus tahu dialah yang telah melahirkan saya, sejak usia dua tahun kami dipisahkan, sekarang aku ingin Ibu dikenal oleh teman dan kerabat semua pihak." Naura tersenyum haru lalu memeluk sang ibu.Bu Rita yang emosi dan kesal segera turun menapaki tangga altar pelaminan yang lumayan tinggi, ia berjalan membelah kerumunan menuju ke arah belakang.Karena tak tega Dara menyusul ibunya dengan tergesa-gesa, melihat ibunya diperlakukan begitu hatinya pun merasa pedih."Bu, kita pulang aja yuk, Naura emang nyebelin," bisik Dara.Bu Rita diam mematung menahan gemuruh amarah dalam dadanya, jika di tempat ini tak banyak orang mungkin ia sudah mengamuk dan memaki Naura beserta ibunya."Ayolah, Bu, kita pulang sekarang aku juga bosen di sini." Dara cemberut.Ia cemburu melihat Feri begitu serasi dengan sang istri, apalagi mereka berlaku mesra di hadapan orang-orang, membuat hatinya semakin terbakar."Lihat saja aku akan buat Nendah makin gila, biar Naura tahu rasa." Bu Rita segera berdiri
Read more

Bab 32.B

"Eh eh kok diambil, ga sopan banget kamu, Ma." Pak Bagus berusaha meraih ponsel dari tangan istrinya.Namun, Bu Nisya menghindar dan berhasil membaca beberapa bait pesan yang sudah diketik suaminya."Siapa perempuan ini, Mas?! Pacar kamu? Oh sejak kapan kalian berselingkuh hah!" Bu Nisya naik pitam, wajahnya panas dingin dengan tubuh yang bergetar hebat."Sini kembalikan hape-nya, Ma!" teriak Pak Bagus kalap.Naura dan Feri yang berada di kamar sebelah sontak langsung menghentikan aktifitasnya."Wih hebat banget kamu, Mas, sudah transfer dia uang segala ya." Bu Nisya menatap suaminya penuh kecewa.Amarah begitu memuncak di dada wanita itu, ingin mengamuk tapi malu karena posisi sedang ada di rumah menantunya.Sementara Pak Bagus kebingungan, dalam hati terdalam merasa kasihan pada sang istri, tapi ia juga tak bisa menampik rasa cintanya terhadap Dara yang datang dengan tiba-tiba."Katakan sama aku dia siapa, Mas?" Air mata sudah berkubang di matanya.Sedangkan Pak Bagus membisu, di ha
Read more

Bab 33.A

"Apa syaratnya, hemm?" tanya Pak Bagus dengan begitu lembut."Aku mau mobil sama hape baru, terus Ini juga punya hutang tiga puluh juta." Dara terdiam sejenak lalu menatap Pak Bagus dengan tatapan manja."Mas bisakan beliin aku iPhone sama mobil plus lunasi hutang ibuku?" Wajah tirus itu sengaja dibuat manis.Pak Bagus mikir sejenak."Mobil sama iPhone ya." "Bisa 'kan? Kalau engga ya udah jangan pernah ganggu hidup Dara lagi." Bibir yang dihias lipstik pink itu mencebik."Iya iya cantik, nanti Mas beliin ya, tapi kalau Mas ngajak jalan jangan nolak dong.""Ya tentu asal Mas nepati janji." Dara masih jual mahal."Tunggu aja ya, satu Minggu lagi mobilnya udah ada, kalau iPhone malam ini beli juga ok." Pak Bagus tersenyum percaya diri.Tentu saja Dara tercengang, tak menyangka semudah itu mendapat uang.Andai saja yang dihadapannya ini Feri, sudah pasti aku makin bahagia."Beneran, Mas? Malam ini boleh beli?"Pak Bagus mengangguk."Bener dong, yang penting kesayangan Mas ini bahagia."D
Read more

Bab 33.B

"Emm, engga ah, Mas, Dara takut."Pak Bagus makin gemas, ia pikir gadis di depannya ini masih polos dan lugu."Ga usah takut, Mas ga akan ngapa -ngapain kok, kita cuma santai-santai aja berdua, kalau di hotel 'kan enak ga ada yang ganggu." Kecuali kalau khilaf, bisik Pak Bagus dalam hati "Duh gimana ya." Dara kebingungan, mencari ide agar bisa pulang sekarang, males banget harus layani aki-aki."Kamu 'kan udah Mas beliin hape, mahal lagi masa diajak ke hotel aja ga mau."Dara berdecak kesal, lelaki sama saja kalau ngasih suka ada maunya."Kalau Mas ga ikhlas ya udah, nih aku balikin." Dara menggeser kasar paper bag ponsel yang baru dibeli itu ke hadapan Pak Bagus "Mas ikhlas kok, Sayang, udah ya jangan ngambek.""Abisnya Mas perhitungan." Dara mencebik kesal."Iya iya kalau Dara ga mau ke hotel gapapa tapi temani Mas malam ini ya, Mas kangen banget sama kamu." Dara langsung melirik ke arah lain, males banget pengen pulang.*Sementara di rumah Feri sedang ditelpon mamanya yang pul
Read more

Bab 34.A

bab 34.A MS"Ibu teh bingung mau persen apa, takut kemahalan Eneng aja yang milih ya." Bu Nendah merasa tak enak diberikannya lagi selembar buku menu itu ke Naura."Ibu suka daging panggang apa rebus?""Dua-duanya." Bu Nendah terkekeh."Ya udah aku pesenin ya.""Pilih yang murah aja, Neng."Naura hanya tersenyum menanggapi kepolosan ibunya.Jangankan daging, raganya pun sanggup ia berikan untuk sang ibu."Oh ya, Neng, tempat ini teh Bagus pisan, Ibu berasa mimpi ada di sini, dulu Ibu ga jauh dari kebun dan sawah." Bu Nendah terkekeh.Tak terbayangkan akan menikmati hidup mewah, hatinya tak henti merasa bersyukur, ternyata dibalik kehidupan pahit yang ia rasakan selama bertahun-tahun berbuah manis diakhir hidupnya.Mengingat masa lalu hati Bu Nendah kembali merasa perih, masa-masa yang kelam itu sukses membuat matanya sedikit berkaca-kaca, begitu banyak waktu berharga yang terbuang sia-sia."Abis ngapain sih, Mas?" tanya Naura. Ia melihat raut wajah suaminya berbeda."Ada urusan sedik
Read more

Bab 34.B

"Papa rasa ga perlu diperdebatkan lagi, setuju ga setuju Papa tetap akan nikahi Dara secara siri dulu."Pak Bagus naik ke lantai atas, ia begitu rindu gadis yang dicintainya, tak sabar ingin segera menelpon Dara."Ma, kalau menurut aku lebih baik Mama ga usah minta cerai dulu, Mama harus siksa dulu batin gadis itu, kalau langsung cerai keenakan adiknya si Naura dong," sahut Jeni yang merasa geram."Emang ya adiknya si Naura itu kurang ajar, matrenya ga ketulungan sama kayak ibunya." Jeni menggerutu lagi."Aku antar Mama ke kamar ya, Mama harus istrahat, sebagai perempuan kita harus kuat, Mama harus balas rasa sakit itu pada Dara, dan gadis itu ga boleh menari-nari di atas penderitaan Mama.""Tapi Mama ga kuat harus dimadu, Jen, Mama mau cerai." Tak kuasa Bu Nisya memeluk menantu pertamanya menumpahkan tangisan di sana."Aku ngerti Mama ga tahan, Mama sakit. Tapi kita ga boleh membiarkan dia menang, Ma." Jeni mengelus-elus punggung mertuanya dengan lembut."Jen, lebih baik antar Mama k
Read more

Bab 35.A

"Dara! Apa betul kamu punya hubungan sama mertuanya Naura hah?!"Pulang kerja gadis itu langsung disemprot oleh murka ayahnya, ia melirik sang ibu merasa risih, sudah lelah dimarahi pula."Nanti dong, Pak, ngomongnya Dara masih capek.""Diem kamu, Bu!" Pak Endang menatap tegas istrinya."Jawab Dara! Kamu mau nikah sama Pak Bagus?"Dara menghembuskan napas secara kasar sambil melotot."Iya, Pak, emangnya kenapa? Bapak tahu Pak Bagus mau kasih aku mahar satu milyar, lagian kalau dandan dia ga kelihat tua kaya Bapak, dia masih modis wajahnya juga masih kelihatan berwibawa."Plak!Satu tamparan mendarat di pipi gadis cantik itu, Dara meringis merasakan hawa pas menjalar di pipinya."Sadar kamu! Dia sudah punya istri, dan dia juga mertuanya kakakmu, apa kamu sudah ga waras?" Pak Endang makin murka."Ya ampun zaman sekarang banyak kok lelaki beristri dua, apalagi dia kaya, udahlah Bapak ga usah berpikir berlebihan, dari pada aku nikah sama anak muda tapi kere."Amarah Pak Endang semakin mem
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status