Sebenarnya, jantung Elang sedang berdetak keras, bukan karena olahraga memanjat dinding yang dilakukannya, tapi karena matanya baru saja bertabrakan dengan Nindya saat mengarahkan pandangan tanpa sengaja. Desiran aneh langsung menyapa hati Elang, ingatannya kembali ke pinggir sungai saat perempuan itu menamparnya. Bukan! Bukan bagian itu yang diingat Elang, tapi kelembaban Nindya yang membuatnya muntah hanya dalam beberapa celupan."Sial!" gerutu Elang pelan. Bahkan Vivian yang mengajaknya bicara masih tak mampu mengalihkan pikiran liarnya. Elang melepas semua perlengkapan panjat dinding yang melekat pada tubuhnya dan berbicara dengan Arga yang masih memegang tali karmantel. "Hari ini cukup kayaknya, Ga! Aku capek!"Arga mengedikkan kepala ke arah Vivian, "Bukan itu alasannya? Si Nangka?"Elang tertawa penuh makna yang hanya dipahami oleh Arga sebagai sesama pemuda durjana, "Jangan pernah membuang makanan, Ga!""Enak nambah, nggak enak cukup satu kali aja ya?" tanya tegas Arga menat
Last Updated : 2022-07-16 Read more