Semua Bab Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku): Bab 111 - Bab 120

146 Bab

Bab 111. Yang Terbaik

"Kamu sudah siap, La?" tanya Ridwan. Dia ingin memastikan jika yang akan disampaikan oleh adiknya adalah yang terbaik."InshaaAllah sudah, Bang. Nirmala siap mengatakan keputusannya dan semoga ini yang terbaik untuk semuanya, Bang.""Aamiin! Ya sudah, ayo kita ke depan! Gak enak kalau Raga kelamaan nunggu," kata Ridwan. Nirmala pun mengangguk.Nirmala dan Ridwan berjalan beriringan. Di ruang tamu, Raga sudah menunggu. Di depan Raga sudah tersaji teh hangat dan juga beberapa camilan. "Maaf, ya, Ga, lama menunggu," ucap Ridwan sambil menyalami Raga. "Gak apa-apa, Bang. Belum lama juga aku di sini," jawab Raga sembari tersenyum.Setelah dipersilahkan duduk, Nirmala mulai mengatur nafas sebelum memulai pembicaraan. "Ya Allah, berikan aku kekuatan untuk menyampaikan keputusan ini," batin Nirmala sembari menutup matanya."La, kok malah merem!" seru Ridwan.Ternyata Nirmala memejamkan mata untuk waktu yang agak lama dan dia tidak sadar."Eh, maaf, Bang. Maaf, ya, Mas Raga. Sebelumnya Nirm
Baca selengkapnya

Bab 112. Sidang Terakhir

Pasca keputusan dari Nirmala, semuanya berjalan seperti biasa. Raga sudah tidak pernah menghubungi Nirmala lagi. Hari yang ditunggu pun datang. Sidang terakhir perceraian Nirmala digelar. Dia datang sendirian karena Ridwan harus menemani Aisyah ke dokter."Kamu beneran gak apa-apa, kan, Dek? Maaf, ya, jadwalnya sama dengan jadwal kontrol ke dokter," ucap Aisyah saat Nirmala berkunjung ke rumahnya."Gak apa-apa, Kak. Lagian ini cuma sidang pembacaan putusan. Cek up calon keponakanku ini penting, Kak. Jadi, jangan sampai dilewatkan," jawab Nirmala sambil mengelus perut milik Aisyah.Usia kandungan Aisyah kini sudah memasuki trimester ketiga. Semakin sering pula Aisyah dan Ridwan kontrol rutin ke dokter untuk memastikan semuanya baik-baik saja."Alhamdulillah. Nanti kalau sempat, kita akan mampir ke sana, La. Itu pun kalau sidangnya belum selesai," sahut Ridwan yang baru saja bergabung bersama mereka."Iya, Bang. Tidak pun tak masalah, Bang. Nirmala minta doanya, ya, Kak, Bang. Semoga s
Baca selengkapnya

Bab 113. Sah

"Kalian berangkat bareng?" tanya Nirmala saat sudah bergabung bersama mereka."Iya, La. Ternyata Mas Farhan ini kakaknya temanku jaman dulu. Dan kami ada sedikit urusan yang harus diselesaikan," balas Arga. Balasan Arga itu sekaligus menjawab beberapa pertanyaan lainnya. Ya walaupun tidak semuanya terjawab. Nirmala tak mau terlalu dalam ikut campur urusan mereka."Oh begitu." Respon yang Nirmala berikan cukup singkat.Mereka bertiga duduk di depan ruang sidang sembari menunggu jam sembilan. Keakraban Arga dan Farhan membuat Nirmala merasa canggung. Dia tidak tahu yang dua orang laki-laki itu bicarakan.Sambil memilin ujung bajunya, Nirmala berusaha untuk tidak terlihat gugup di depan Arga. Kalau boleh jujur, saat ini dia sangat tegang dan juga gugup."Ayo masuk, Bu Nirmala!" ajak Farhan karena hakim ketua juga sudah datang. Nirmala mengangguk dan berjalan mengikuti langkah Farhan dan Arga. Nirmala duduk bersama dengan Farhan. Sedangkan Arga, dia duduk sendirian karena memang tidak a
Baca selengkapnya

Bab 114. Menyusul ke Rumah Sakit

Nirmala mondar-mandir di depan rumah Ridwan. Dia masih terus mencoba menghubungi kakaknya itu. [Ada apa, La? Abang masih di rumah sakit. Tadi kakakmu mendadak pendarahan. Kita di rumah sakit tempat Zaki kerja.] Sebuah pesan mengejutkan datang dari Ridwan. Tanpa pikir panjang, Nirmala pergi ke rumah sakit yang dimaksud oleh Ridwan. "Halo, Bang. Nirmala ada di depan rumah sakit. Abang dan Kak Aisyah di mana?" tanya Nirmala lewat telepon. "Abang masih di IGD, La. Masih nunggu observasi apakah perlu rawat inap atau tidak. Kamu ke sini saja," balas Ridwan. Saat sedang menunggu antrian pemeriksaan, tiba-tiba Aisyah merasakan sakit perut yang hebat. Darah segar mengalir dari kedua kakinya. Beruntung mereka ada di rumah sakit, jadi segera dapat pertolongan dan bayi dalam kandungan Aisyah baik-baik saja. "Permisi, Bang!" ucap Zaki yang kebetulan menangani Aisyah juga. "Bagaimana, Dok? Istri saya tidak apa-apa, kan?" Jelas sekali raut kekhawatiran dari wajah Ridwan. "Alhamdulillah semu
Baca selengkapnya

Bab 115. Permintaan Ridwan

"Ada apa, Bang?" tanya Nirmala setelah mereka ada di ruang tamu. "Abang mau minta bantuan darimu, La. Tolong kamu tinggal di sini sementara waktu sampai kakakmu melahirkan. Abang takut kejadian serupa terjadi lagi karena Abang tak bisa seharian bersama kakakmu. Abang sedang ada beberapa proyek yang tidak bisa diwakilkan, La." Beberapa bisnis baru memang tengah dijajal oleh Ridwan. Dan sekarang ini dia tengah sibuk-sibuknya menyiapkan semuanya bersama dengan tim manajemen miliknya.  Lama sekali Nirmala berpikir mengenai permintaan Ridwan itu. Dia juga sebenarnya saat ini tengah mempersiapkan pembukaan cabang baru. Tapi, keselamatan Aisyah juga sama pentingnya.  "Boleh, deh, Bang. Nirmala juga takut kalau Kak Aisyah jatuh lagi. Nanti urusan pembukaan laundry cabang baru gampang lah bisa diatur," jawab Nirmala.  "Alhamdulillah. Terima kasih, ya, La!" 
Baca selengkapnya

Bab 116. Cindi Ditemukan

"Cindi!" teriak perempuan dari kejauhan saat melihat Cindi tengah menata barang-barang dagangan di toko Ibu Maria."Mami Mey?" lirih Cindi ketika tahu siapa yang datang.Orang yang selama ini paling dia hindari ternyata menemukannya. Tak bisa lagi menghindar, Cindi pasrah dengan nasibnya. Dia kabur ketika Mami Mey tengah berada di luar kota. Bersama dengan Intan, dia kabur di tengah malam. Dan kini, dia bertanggung jawab atas bayi Intan yang diberi nama Intan juga oleh Cindi."Akhirnya ketemu juga kamu! Di mana Intan? Dia sudah mencuri beberapa perhiasanku!" kata Mami Mey tajam."Perhiasan?" Cindi terlihat berpikir. "Apa mungkin perhiasan yang kemarin itu? Tapi mana mungkin Intan mencurinya dari Mami Mey? Bukankah dalam suratnya dia bilang kalau itu perhiasannya?" Hati Cindi bertanya-tanya."Intan tidak ada, Mi. Gak usah mencarinya lagi. Dan tolong Mami jangan ganggu saya lagi! Saya tidak mau kembali ke tempat terkutuk itu," kata Cindi tegas. "Berani sekarang kamu sama saya?! Belum
Baca selengkapnya

Bab 117. Penangkapan

"Lho, bukannya kamu Cindi?" tanya Fano yang baru saja datang ke lokasi.Tentu saja Fano tahu wajah Cindi karena Cindi beberapa kali pernah datang ke rumahnya. "Kamu, kan, adiknya Mas Zaki?" Cindi juga sama tidak kalah terkejutnya dengan Fano."Kenapa kamu di sini?" "Tolong saya! Tolong selamatkan anak yang sedang dibawa Mami Mey itu. Tolong!" isakan Cindi mulai terdengar.Cindi takut sekali terjadi apa-apa pada bayi yang tidak berdosa itu. Bayi yang mungkin akan menjadi teman di sisa hidupnya karena Cindi sudah tidak punya siapa-siapa."Kamu tenang dulu. Kami akan berusaha sebaik dan semaksimal mungkin," kata Fano.Fano meminta Cindi untuk agak menjauh dari lokasi. Dia dituntun oleh seorang polwan ke dekat mobil polisi. Dari kejauhan terlihat polisi tengah bernegosiasi dengan Mami Mey. "Kejar!" teriak Fano yang merupakan ketua penangkapan itu.Ya, Mami Mey lari dengan tetap menggendong bayi Intan. Cindi yang tak bisa diam saja ikut berlari mengejar Mami Mey. "Ya Allah, tolong sela
Baca selengkapnya

Bab 118. Penyesalan

"Apa, Mas? Dia anakku?" Arga terlihat bingung karena ucapan Farhan."Nanti saya jelaskan di rumah, ya. Keenan, ayo kita pulang!" Farhan menepuk pundak keponakannya karena Keenan juga kebingungan."I—ya, Pakde," jawab Keenan terbata."Ayah? Apa benar dia ayahku? Selama ini ketika aku bertanya sama nenek, dia selalu bilang Ayah kerja di luar kota," batin Keenan. Anak sepuluh tahun itu dipaksa dewasa sebelum waktunya oleh keadaan. Terkadang, Keenan bisa bersikap biasa dan juga anak seumuran dia pada umumnya. Pikiran Arga berkecamuk. Bagaimana tidak, ada seorang pria yang mengatakan kalau anak laki-laki yang ada dihadapannya saat ini adalah anaknya. "Apa benar dia anakku dengan Dara? Aku sadar dulu kami sering melakukan hubungan terlarang. Tapi, tak pernah aku sangka jika Dara hamil. Apa waktu dulu dia terus-menerus menghubungiku, ya? Dia menghubungiku karena ingin mengatakan kalau dia hamil?" Banyak sekali pertanyaan yang ada dalam benak Arga. Semuanya diam hingga sampai di rumah. Ar
Baca selengkapnya

Bab 119. Pengakuan

"Aku harus bertemu Cindi sebelum berangkat ke Jerman. Kasihan dia dan bayi itu. Paling tidak, aku harus membantu dia walaupun hanya sedikit," gumam Zaki saat mengendarai mobilnya. Setelah mendapat alamat dari Fano, Zaki langsung pergi ke sana. Besok pagi dia sudah harus terbang ke Jerman untuk waktu yang lama. Ya, Zaki memutuskan untuk melanjutkan pendidikan dokternya ke luar negeri setelah Nirmala menolak lamaran darinya. Jalan yang dilalui Zaki macet parah karena baru saja terjadi kecelakaan. Zaki terjebak dan tidak bisa keluar dari situasi itu. "Astaga berapa lama lagi ini?!" umpat Zaki sambil memukul kemudi mobil. Umpatan tidak mengubah apapun karena mobilnya benar-benar berada di tengah dan tak bisa bergerak sama sekali. Baru setelah dua jam setengah, mobilnya bisa keluar dari kemacetan itu. Zaki langsung memacu kencang mobilnya hingga sampai ke alamat yang diberi oleh Fano."Kata Fano tadi, Cindi jaga warung. Pasti warung yang itu! Di sekitar sini hanya itu saja warungnya.
Baca selengkapnya

Bab 120. Cerita Nadira

"Dulu saat aku pulang lagi ke kampung, dia datang ke rumahku menangis sesenggukan. Aku yang bingung pun hanya bisa menenangkan dia dengan mendekapnya. Kamu tahu siapa dia, Arga?" tanya Nadira dengan mata berkaca-kaca."Dia? Dia siapa?" celetuk Arga spontan."Setelah tangisannya reda, dia mulai bercerita. Kedua tanganku mengepal karena emosi mendengar ceritanya. Bahkan dia hampir saja Bun*h diri karena putus asa. Aku yakin kamu tahu siapa dia."Arga benar-benar tak mengerti yang diceritakan oleh Nadira. Dia juga merasa sebelum pacaran dengan Nadira, dia tidak mengenalnya. Melihat ekspresi Arga yang kebingungan, membuat Nadira tersenyum kecut. "Kamu benar-benar tidak tahu, Ga?" Arga menggelengkan kepala. "Dara." Singkat, padat dan jelas jawaban dari Nadira."Dara? Tetapi kenapa bisa?" Sungguh tak masuk akal bagi Arga. Ya, Arga tak tahu kalau sebenarnya Nadira teman Dara saat SMP. Namun, saat naik ke kelas tiga, Nadira terpaksa pindah dari kampung itu untuk ikut ayahnya di tugaskan di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status