Share

Bab 112. Sidang Terakhir

Penulis: flam_boyan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pasca keputusan dari Nirmala, semuanya berjalan seperti biasa. Raga sudah tidak pernah menghubungi Nirmala lagi.

Hari yang ditunggu pun datang. Sidang terakhir perceraian Nirmala digelar. Dia datang sendirian karena Ridwan harus menemani Aisyah ke dokter.

"Kamu beneran gak apa-apa, kan, Dek? Maaf, ya, jadwalnya sama dengan jadwal kontrol ke dokter," ucap Aisyah saat Nirmala berkunjung ke rumahnya.

"Gak apa-apa, Kak. Lagian ini cuma sidang pembacaan putusan. Cek up calon keponakanku ini penting, Kak. Jadi, jangan sampai dilewatkan," jawab Nirmala sambil mengelus perut milik Aisyah.

Usia kandungan Aisyah kini sudah memasuki trimester ketiga. Semakin sering pula Aisyah dan Ridwan kontrol rutin ke dokter untuk memastikan semuanya baik-baik saja.

"Alhamdulillah. Nanti kalau sempat, kita akan mampir ke sana, La. Itu pun kalau sidangnya belum selesai," sahut Ridwan yang baru saja bergabung bersama mereka.

"Iya, Bang. Tidak pun tak masalah, Bang. Nirmala minta doanya, ya, Kak, Bang. Semoga s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 113. Sah

    "Kalian berangkat bareng?" tanya Nirmala saat sudah bergabung bersama mereka."Iya, La. Ternyata Mas Farhan ini kakaknya temanku jaman dulu. Dan kami ada sedikit urusan yang harus diselesaikan," balas Arga. Balasan Arga itu sekaligus menjawab beberapa pertanyaan lainnya. Ya walaupun tidak semuanya terjawab. Nirmala tak mau terlalu dalam ikut campur urusan mereka."Oh begitu." Respon yang Nirmala berikan cukup singkat.Mereka bertiga duduk di depan ruang sidang sembari menunggu jam sembilan. Keakraban Arga dan Farhan membuat Nirmala merasa canggung. Dia tidak tahu yang dua orang laki-laki itu bicarakan.Sambil memilin ujung bajunya, Nirmala berusaha untuk tidak terlihat gugup di depan Arga. Kalau boleh jujur, saat ini dia sangat tegang dan juga gugup."Ayo masuk, Bu Nirmala!" ajak Farhan karena hakim ketua juga sudah datang. Nirmala mengangguk dan berjalan mengikuti langkah Farhan dan Arga. Nirmala duduk bersama dengan Farhan. Sedangkan Arga, dia duduk sendirian karena memang tidak a

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 114. Menyusul ke Rumah Sakit

    Nirmala mondar-mandir di depan rumah Ridwan. Dia masih terus mencoba menghubungi kakaknya itu. [Ada apa, La? Abang masih di rumah sakit. Tadi kakakmu mendadak pendarahan. Kita di rumah sakit tempat Zaki kerja.] Sebuah pesan mengejutkan datang dari Ridwan. Tanpa pikir panjang, Nirmala pergi ke rumah sakit yang dimaksud oleh Ridwan. "Halo, Bang. Nirmala ada di depan rumah sakit. Abang dan Kak Aisyah di mana?" tanya Nirmala lewat telepon. "Abang masih di IGD, La. Masih nunggu observasi apakah perlu rawat inap atau tidak. Kamu ke sini saja," balas Ridwan. Saat sedang menunggu antrian pemeriksaan, tiba-tiba Aisyah merasakan sakit perut yang hebat. Darah segar mengalir dari kedua kakinya. Beruntung mereka ada di rumah sakit, jadi segera dapat pertolongan dan bayi dalam kandungan Aisyah baik-baik saja. "Permisi, Bang!" ucap Zaki yang kebetulan menangani Aisyah juga. "Bagaimana, Dok? Istri saya tidak apa-apa, kan?" Jelas sekali raut kekhawatiran dari wajah Ridwan. "Alhamdulillah semu

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 115. Permintaan Ridwan

    "Ada apa, Bang?" tanya Nirmala setelah mereka ada di ruang tamu."Abang mau minta bantuan darimu, La. Tolong kamu tinggal di sini sementara waktu sampai kakakmu melahirkan. Abang takut kejadian serupa terjadi lagi karena Abang tak bisa seharian bersama kakakmu. Abang sedang ada beberapa proyek yang tidak bisa diwakilkan, La."Beberapa bisnis baru memang tengah dijajal oleh Ridwan. Dan sekarang ini dia tengah sibuk-sibuknya menyiapkan semuanya bersama dengan tim manajemen miliknya.Lama sekali Nirmala berpikir mengenai permintaan Ridwan itu. Dia juga sebenarnya saat ini tengah mempersiapkan pembukaan cabang baru. Tapi, keselamatan Aisyah juga sama pentingnya."Boleh, deh, Bang. Nirmala juga takut kalau Kak Aisyah jatuh lagi. Nanti urusan pembukaan laundry cabang baru gampang lah bisa diatur," jawab Nirmala."Alhamdulillah. Terima kasih, ya, La!"

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 116. Cindi Ditemukan

    "Cindi!" teriak perempuan dari kejauhan saat melihat Cindi tengah menata barang-barang dagangan di toko Ibu Maria."Mami Mey?" lirih Cindi ketika tahu siapa yang datang.Orang yang selama ini paling dia hindari ternyata menemukannya. Tak bisa lagi menghindar, Cindi pasrah dengan nasibnya. Dia kabur ketika Mami Mey tengah berada di luar kota. Bersama dengan Intan, dia kabur di tengah malam. Dan kini, dia bertanggung jawab atas bayi Intan yang diberi nama Intan juga oleh Cindi."Akhirnya ketemu juga kamu! Di mana Intan? Dia sudah mencuri beberapa perhiasanku!" kata Mami Mey tajam."Perhiasan?" Cindi terlihat berpikir. "Apa mungkin perhiasan yang kemarin itu? Tapi mana mungkin Intan mencurinya dari Mami Mey? Bukankah dalam suratnya dia bilang kalau itu perhiasannya?" Hati Cindi bertanya-tanya."Intan tidak ada, Mi. Gak usah mencarinya lagi. Dan tolong Mami jangan ganggu saya lagi! Saya tidak mau kembali ke tempat terkutuk itu," kata Cindi tegas. "Berani sekarang kamu sama saya?! Belum

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 117. Penangkapan

    "Lho, bukannya kamu Cindi?" tanya Fano yang baru saja datang ke lokasi.Tentu saja Fano tahu wajah Cindi karena Cindi beberapa kali pernah datang ke rumahnya. "Kamu, kan, adiknya Mas Zaki?" Cindi juga sama tidak kalah terkejutnya dengan Fano."Kenapa kamu di sini?" "Tolong saya! Tolong selamatkan anak yang sedang dibawa Mami Mey itu. Tolong!" isakan Cindi mulai terdengar.Cindi takut sekali terjadi apa-apa pada bayi yang tidak berdosa itu. Bayi yang mungkin akan menjadi teman di sisa hidupnya karena Cindi sudah tidak punya siapa-siapa."Kamu tenang dulu. Kami akan berusaha sebaik dan semaksimal mungkin," kata Fano.Fano meminta Cindi untuk agak menjauh dari lokasi. Dia dituntun oleh seorang polwan ke dekat mobil polisi. Dari kejauhan terlihat polisi tengah bernegosiasi dengan Mami Mey. "Kejar!" teriak Fano yang merupakan ketua penangkapan itu.Ya, Mami Mey lari dengan tetap menggendong bayi Intan. Cindi yang tak bisa diam saja ikut berlari mengejar Mami Mey. "Ya Allah, tolong sela

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 118. Penyesalan

    "Apa, Mas? Dia anakku?" Arga terlihat bingung karena ucapan Farhan."Nanti saya jelaskan di rumah, ya. Keenan, ayo kita pulang!" Farhan menepuk pundak keponakannya karena Keenan juga kebingungan."I—ya, Pakde," jawab Keenan terbata."Ayah? Apa benar dia ayahku? Selama ini ketika aku bertanya sama nenek, dia selalu bilang Ayah kerja di luar kota," batin Keenan. Anak sepuluh tahun itu dipaksa dewasa sebelum waktunya oleh keadaan. Terkadang, Keenan bisa bersikap biasa dan juga anak seumuran dia pada umumnya. Pikiran Arga berkecamuk. Bagaimana tidak, ada seorang pria yang mengatakan kalau anak laki-laki yang ada dihadapannya saat ini adalah anaknya. "Apa benar dia anakku dengan Dara? Aku sadar dulu kami sering melakukan hubungan terlarang. Tapi, tak pernah aku sangka jika Dara hamil. Apa waktu dulu dia terus-menerus menghubungiku, ya? Dia menghubungiku karena ingin mengatakan kalau dia hamil?" Banyak sekali pertanyaan yang ada dalam benak Arga. Semuanya diam hingga sampai di rumah. Ar

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 119. Pengakuan

    "Aku harus bertemu Cindi sebelum berangkat ke Jerman. Kasihan dia dan bayi itu. Paling tidak, aku harus membantu dia walaupun hanya sedikit," gumam Zaki saat mengendarai mobilnya. Setelah mendapat alamat dari Fano, Zaki langsung pergi ke sana. Besok pagi dia sudah harus terbang ke Jerman untuk waktu yang lama. Ya, Zaki memutuskan untuk melanjutkan pendidikan dokternya ke luar negeri setelah Nirmala menolak lamaran darinya. Jalan yang dilalui Zaki macet parah karena baru saja terjadi kecelakaan. Zaki terjebak dan tidak bisa keluar dari situasi itu. "Astaga berapa lama lagi ini?!" umpat Zaki sambil memukul kemudi mobil. Umpatan tidak mengubah apapun karena mobilnya benar-benar berada di tengah dan tak bisa bergerak sama sekali. Baru setelah dua jam setengah, mobilnya bisa keluar dari kemacetan itu. Zaki langsung memacu kencang mobilnya hingga sampai ke alamat yang diberi oleh Fano."Kata Fano tadi, Cindi jaga warung. Pasti warung yang itu! Di sekitar sini hanya itu saja warungnya.

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 120. Cerita Nadira

    "Dulu saat aku pulang lagi ke kampung, dia datang ke rumahku menangis sesenggukan. Aku yang bingung pun hanya bisa menenangkan dia dengan mendekapnya. Kamu tahu siapa dia, Arga?" tanya Nadira dengan mata berkaca-kaca."Dia? Dia siapa?" celetuk Arga spontan."Setelah tangisannya reda, dia mulai bercerita. Kedua tanganku mengepal karena emosi mendengar ceritanya. Bahkan dia hampir saja Bun*h diri karena putus asa. Aku yakin kamu tahu siapa dia."Arga benar-benar tak mengerti yang diceritakan oleh Nadira. Dia juga merasa sebelum pacaran dengan Nadira, dia tidak mengenalnya. Melihat ekspresi Arga yang kebingungan, membuat Nadira tersenyum kecut. "Kamu benar-benar tidak tahu, Ga?" Arga menggelengkan kepala. "Dara." Singkat, padat dan jelas jawaban dari Nadira."Dara? Tetapi kenapa bisa?" Sungguh tak masuk akal bagi Arga. Ya, Arga tak tahu kalau sebenarnya Nadira teman Dara saat SMP. Namun, saat naik ke kelas tiga, Nadira terpaksa pindah dari kampung itu untuk ikut ayahnya di tugaskan di

Bab terbaru

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 146. Bahagia

    Fano mengutarakan niatnya mempersunting Ana lebih cepat. Dia merasa tidak baik menunda hal baik. Apalagi hampir setiap hari Fano dan Ana bertemu. "Apa mama dan Mas Zaki tidak keberatan? Mengingat kita belum lama kehilangan Mbak Nirmala," ungkap Fano yang masih memikirkan perasaan Zaki. "Alhamdulillah!" Mama Zoya dan Zaki secara bersamaan mengucap syukur. "Tentu saja tidak, Fan. Mas malah bahagia jika kamu sudah menemukan tambatan hati. Niat baik itu memang harus disegerakan. Menikahlah! Kapan rencana kalian?" balas Zaki. "Kalau memang semuanya setuju, rencananya akhir bulan di bulan depan, Ma, Mas. Iya, kan, An?" Ana menunduk karena tersipu malu. Kini dia dan Nirmala punya nasib yang sama. Tanpa orang tua, dia harus merencanakan pernikahannya sendiri bersama keluarga calon suaminya. Dulu, Ana memang kagum pada Zaki karena pandangan pertama. Tapi lambat-laun saat dia bekerja di rumah Mama Zoya, hatinya tertarik pada Fano. Gayung pun bersambut. Ternyata Fano juga men

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 145. Sadar

    Sudah empat bulan kepergian Nirmala. Dan selama itu pula Zaki masih belum bisa menerima kepergiannya. "Ki, kamu gak mau lihat anakmu? Dia sudah empat bulan dan kamu belum memberinya nama," ucap Mama Zoya suatu hari. Zaki menjadi sangat g*la bekerja. Tak jarang dia tidur di rumah sakit karena enggan untuk pulang ke rumah. Rumahnya terlalu menyimpan banyak kenangan bersama Nirmala. Selama empat bulan itu pula, Mama Zoya bekerjasama dengan Ana menjadi dan merawat bayi yang belum diberi nama itu. Mereka berdua sangat telaten dan satu sama lain saling membantu. Kehadiran bayi itu sedikit banyak mengobati rasa kehilangan Mama Zoya. Apalagi bayi itu semakin hari semakin mirip dengan Nirmala. "Ti, apa sebaiknya dipikirkan lagi soal menjual usaha Mbak Nirmala?" kata Ana. Ya, Ana memanggil Mama Zoya dengan sebutan uti untuk membahasakan anak Nirmala. Sekarang prioritas Mama Zoya adalah membesarkan anak Nirmala. Sehingga dirinya sudah jarang sekali ke tempat usaha Nirmala yang sebelumnya d

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 144. Hancur

    Situasi di dalam ruang ICU sangat tegang. Semua tenaga medis yang ada di dalam berusaha untuk memberikan pertolongan kepada istri dari pemilik rumah sakit tempat mereka bekerja. Tak ada berada di luar ruangan, Zaki ikut masuk ke dalam ICU. Tak ada yang menghalangi Zaki kali ini. Dengan memegang tangan Nirmala, Zaki berkata, "Aku tunggu kamu pulang, Sayang. Anak kita sangat tampan dan dia sehat. Ayo pulang, Yang!" Setelah Zaki bicara seperti itu, mata Nirmala terbuka dan melotot. Tapi, setelah itu bunyi alat yang terpasang di tubuh Nirmala menjadi datar. Zaki terkejut dan melihat ke arah dokter dan perawat. Mereka semua menggelengkan kepala. Air mata Zaki sudah tak bisa dibendung lagi. "Gak! Gak mungkin! Bangun, Sayang! Ayo kamu bangun! Anak kita sudah menunggu, La. Kamu harus lihat wajah anak kita. Aku mohon, Sayang!"Suasana ICU menjadi haru. Nirmala menghembuskan nafas terakhir dengan didampingi oleh Zaki. Wajah Nirmala tampak cantik dan bibirnya tersenyum. Seolah-olah mengisya

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 143. Situasi di Rumah Sakit

    Air mata Zaki terus saja mengalir kala melihat sang istri terbaring dengan berbagai macam alat yang menempel di tubuh Nirmala. Saat ini Nirmala ada di ruang ICU. Pendarahan Nirmala memang sudah bisa diatasi. Tapi, kondisi Nirmala tak lantas membaik. Dia koma. Lengkap sudah kesedihan Zaki saat ini. Istri dan anaknya tengah berjuang di ruangan yang sangat ditakuti itu. "Ya Allah, tolong izinkan aku untuk bisa membahagiakan istriku! Tolong!" rintihnya dalam hati. "Ki ... jangan patah semangat dan terus berdoa, ya. Mama akan selalu mendoakan untuk kesembuhan Nirmala dan cucu mama. Mama ingin kita berkumpul lagi bersama-sama." Mama Zoya menguatkan. Zaki mengangguk walaupun ragu. "Mas, Fano bawa mama pulang dulu, ya. Nanti Fano akan kembali lagi ke sini. Mas Zaki mau nitip apa?"Hari memang sudah terlalu larut. Mama Zoya terlihat kelelahan dan memang seharusnya istirahat di rumah. Fano tak mau jika nantinya Mama Zoya ikut sakit. "Iya. Mama memang harus istirahat. Tolong bawakan saja p

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 142. Operasi Darurat

    "Mbak Nirmala!" pekik Fano. Dia melihat Nirmala merintih kesakitan dengan darah yang keluar dari kedua kakinya. Di sana ada Ana yang tengah menahan beban tubuh Nirmala yang berat. "Tolong, Mas!" kata Ana lirih. Fano dengan cepat dan hati-hati menggotong Nirmala. Dibelakangnya ada Ana yang sigap mengikuti. Tangannya masih gemetar karena menyaksikan langsung Nirmala yang kesakitan. "Ayo cepat, Ana!" seru Fano. "Astaghfirullah! Nirmala! Mbakmu kenapa, Fano?" tanya Mama Zoya saat mereka berpapasan di ruang tamu. "Gak tahu, Ma. Ayo kita cepat bawa ke rumah sakit, Ma!" jawab Fano panik. "Iya. Tapi tunggu dulu mama mau ambil tas Nirmala dulu. Dia udah siapkan tas ke rumah sakit," kata Mama Zoya. "Biar saya ambilkan, Bu. Dimana kamar Mbak Nirmala?" Ana menawarkan diri. Dia merasa bisa lebih cepat mengambil daripada Mama Zoya. Setelah diarahkan oleh Mama Zoya, Ana lari ke kamar Nirmala dan mengambil tas yang dimaksud. Lalu, dia dengan berlari juga kembali lagi ke depan. Nirmala dan

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 141. Hari Pertama

    Nirmala dan Zaki keluar secara bersama-sama. Di ruang tamu, ada seorang perempuan yang tengah menunggu kehadirannya. "Ana?" lirih Nirmala. Melihat Ana di rumahnya, tentu Zaki terkejut. Tapi, dia lebih terkejut lagi setelah mengetahui jika Nirmala mengenal Ana. "Kamu kenal dengan dia, Sayang?" tanya Zaki setengah berbisik. Nirmala mengangguk. Nirmala terlihat mempersilahkan Ana untuk duduk lagi. Dia bersama Zaki ikut duduk berhadapan dengannya. Nirmala sudah mendengar soal ayah Ana. Bahkan dia juga yang melunasi tagihan rumah sakit ayah Ana. Hanya saja memang Nirmala belum sempat mengucapkan belasungkawa secara langsung karena kondisinya tidak memungkinkan untuk bepergian. "Saya sudah mendengar soal ayahmu. Saya ikut berdukacita, Ana. Semoga ayahmu diterima di sisinya oleh Allah SWT. Aamiin. Kamu yang tabah, ya." Nirmala memulai pembicaraan. Ana mengangguk. Sebenarnya dia menahan air matanya dan itu rasanya tidak nyaman sama sekali. Walaupun sudah berlalu beberapa minggu, tetap

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   140. Tawaran

    "Aku tahu kamu butuh biaya besar untuk ayahmu di sini. Aku bisa bantu itu. Tapi, aku juga butuh bantuanmu," ucap Nirmala kemudian. "Bantuan? Bantuan apa?" tanya Ana yang penasaran. "Saya akan menjamin biaya ayahmu di rumah sakit ini. Kamu kerja denganku," sahut Nirmala. Ana terkejut ketika Nirmala menawarkan pekerjaan padanya. Saat ini memang dia sedang butuh pekerjaan karena uang pegangannya sudah menipis. Apalagi ayahnya masih butuh banyak biaya. Walaupun dokter sudah angkat tangan dan menyarankan untuk melepas alat bantu, Ana belum mau. Ada keyakinan dalam dirinya jika sang ayah akan pulih kembali seperti sedia kala. Hanya saja saat ini Ana dihadapkan dengan biaya rumah sakit yang sangat besar. Isi kepalanya hampir keluar karena pusing memikirkan biaya rumah sakit. "Kerjanya apa? Apa aku masih bisa merawat ayahku di sini?" tanya Ana ragu. "Jadi asisten pribadiku. Kamu hanya perlu ikut saya kalau saya sedang butuh teman saja. Mudah bukan?"Nampaknya Ana sedang berpikir keras.

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 139. Nirmala dan Ana

    "Lalu kamu mau apa? Maaf saya tidak punya banyak waktu untuk mengurusi urusan tidak penting ini. Saya sudah minta maaf dan kamu pun tidak terluka. Lalu apa lagi?" Zaki dibuat sedikit kesal oleh perempuan muda itu. "Gak penting katamu? Gara-gara kamu, aku jadi terlambat memberi makanan pada ayahku. Jadi, kamu harus tanggung jawab!" Perempuan yang belum diketahui namanya itu tak kalah kesal. Zaki menghela nafas panjang. Waktunya terbuang percuma hanya untuk menanggapi orang yang tak dikenal. "Kamu harus ikut aku dan minta maaf langsung sama ayahku!" sambungnya lagi. "Maaf saya tidak ada waktu." Zaki pergi begitu saja tanpa menghiraukan panggilan perempuan tadi. Langkahnya hampir sampai di ruangan rawat inap Nirmala. Dia merasa sedikit lega karena tak lagi mendengar suara perempuan tadi. Namun, prediksinya salah. Ternyata perempuan itu mengikutinya sampai di depan ruangan Nirmala.Perempuan itu mencegat Zaki. "Kamu harus ikut aku!" serunya. "Gak sopan! Kamu dari tadi mengikuti ku?"

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 138

    Mama Zoya yang tertidur dengan kepala berbaring ke ranjang Nirmala pun terkejut mendengar suara Nirmala. Spontan Mama Zoya langsung bangun dan memastikan Nirmala sudah sadar. Lalu, Mama Zoya lari keluar untuk memanggil perawat jaga. Setelah perawat jaga memeriksa Nirmala, Mama Zoya baru lah lega karena menurut perawat, semuanya baik-baik saja dan tak ada yang perlu dikhawatirkan. Untuk penanganan lebih lanjut, menurut kata perawat akan menunggu instruksi dari dokter yang menangani Nirmala. Dokter yang memeriksa Nirmala belum mengatakan apapun pada mertua Nirmala itu. Alasannya karena menunggu suami Nirmala. "Aku dimana, Ma? Kok mama di sini?" tanya Nirmala yang masih tak sadar kalau dia di rumah sakit. Fano sudah kembali bertugas dan Zaki juga sudah diberitahu kalau Nirmala ada di rumah sakit. Sekarang, Zaki sedang ada di perjalanan. Dia juga baru selesai menangani dua operasi yang sangat darurat. Setelah melihat sekeliling dan mengingat kejadian terakhir, Nirmala baru ingat kal

DMCA.com Protection Status