Rosea merelai pelukannya dan menatap Prince dalam-dalam, “Kenapa menangis? Ada yang mengganggu kamu?” “A-aku sedih” Prince kembali terisak tidak dapat mengendalikan emosi di dalam dirinya. Tangan mungilnya meremas kuat celana pendeknya hingga lusuh. “Teman-temanku bilang aku tidak punya ibu. Aku juga ingin punya ibu dan pergi ke sekolah bersama ayah dan ibuku seperti teman-temanku, ta-tapi aku tidak bisa. Aku sudah berusaha menjadi anak yang baik meski sendirian di sini, namun mereka membuatku malu karena terus meledekku,” cerita Prince tersenggal-senggal mencoba menyelsaikan kalimatnya. Leonardo menarik napasnya dalam-dalam, hatinya begitu sakit mendengarkan pengakuan Prince yang tidak pernah sekalipun dia dengar sebelumnya. Mata Rosea berkaca-kaca merasa sedih, di raihnya wajah mungil Prince dan mengusapnya. “Prince, kamu itu berharga. Kamu sendirian di sini karena Tuhan tahu kamu itu anak yang kuat dan luar biasa. Kamu jangan malu, karena kamu juga punya ayah dan ibu, mereka san
Baca selengkapnya