Rosea merelai pelukannya dan menatap Prince dalam-dalam, “Kenapa menangis? Ada yang mengganggu kamu?” “A-aku sedih” Prince kembali terisak tidak dapat mengendalikan emosi di dalam dirinya. Tangan mungilnya meremas kuat celana pendeknya hingga lusuh. “Teman-temanku bilang aku tidak punya ibu. Aku juga ingin punya ibu dan pergi ke sekolah bersama ayah dan ibuku seperti teman-temanku, ta-tapi aku tidak bisa. Aku sudah berusaha menjadi anak yang baik meski sendirian di sini, namun mereka membuatku malu karena terus meledekku,” cerita Prince tersenggal-senggal mencoba menyelsaikan kalimatnya. Leonardo menarik napasnya dalam-dalam, hatinya begitu sakit mendengarkan pengakuan Prince yang tidak pernah sekalipun dia dengar sebelumnya. Mata Rosea berkaca-kaca merasa sedih, di raihnya wajah mungil Prince dan mengusapnya. “Prince, kamu itu berharga. Kamu sendirian di sini karena Tuhan tahu kamu itu anak yang kuat dan luar biasa. Kamu jangan malu, karena kamu juga punya ayah dan ibu, mereka san
Prince tersenyum lebar sambil menopang dagunya, anak itu terlihat begitu senang karena hari ini Rosea datang ke sekolahnya dan membantu Prince lebih dekat dengan teman-temannya di sekolah. Tangan mungil Prince menutup mulutnya yang tertawa begitu teringat jika tadi untuk pertama kalinya dia menanam pohon di halaman kelasnya bersama ayahnya dan di temani Rosea. Meski hanya ada mereka bertiga karena teman-temannya sudah pulang, Prince merasa begitu bahagia sampai tidak sabar ingin segera menelpon pamannya dan memamerkannya. “Sea, mau makan siang bersama?” tawar Leonardo. “Aku masih memakai pakaian golf dan sudah kotor, langsung ke rumah saja.” Tanpa bertanya lagi, Leonardo mengangguk setuju meski di dalam hatinya menyimpan sedikit kecewa karean tidak bisa menahan Rosea lebih lama lagi untuk bersama denganya. Hari ini terasa berjalan begitu cepat untuk Leonardo, Leonardo sendiri sampai tidak percaya bahwa manusia gila kerja seperti dia sampai benar-benar lupa dengan pekerjaannya ka
Sepanjang perjalanan Rosea di landa kegelisahan, Rosea tidak habis pikir dengan dirinya sendiri yang bisa tertekan hanya karena sebuah jodoh hingga harus menciptakan kebohongan yang memalukan. Rosea tidak hanya malu kepada Atlanta, namun dia juga malu kepada dirinya sendiri yang tidak bisa menghadapi segalanya dengan penuh keberanian. “Keluargaku terkadang sangat memuakan, kamu tidak perlu menahan diri jika ingin memaki ketika mereka bicara sembarangan,” ungkap Rosea dengan penuh tekanan. Atlanta terkekeh geli mendengarnya, “Bagaimana jika aku melakukan semuanya dengan baik?” “Aku akan sangat berterima kasih.” “Hanya itu?” “Kamu maunya apa?” “Makan malam bersama.” “Oke” jawab Rosea dengan cepat. Butuh waktu lebih dari tiga puluh menit untuk mereka menghabiskan waktu di perjalanan agar sampai ke sebuah restaurant tempat pertemuan. Beberapa kali Rosea mengatur napasnya dan meredakan ketegangan yang menguasainya. Beruntung Atlanta dengan segala kepandaian dan keterbiasaannya de
“Nama saya Atlanta, saya pacar Rosea. Apa sekarang saya boleh masuk?” Sendok di tangan Aurel jatuh seketika. Kartika langsung beranjak dan tersenyum lebar menyambut Altanta dengan akrab di hadapan semua orang. Orang-orang terbungkam tidak bisa berkomentar apapun hanya dengan melihat kehadiran Atlanta. Rosea hanya bisa bernapas dengan lega, setidaknya kehadiran Atlanta akan membungkam mulut bibinya. “Kenapa datang terpisah?” tanya Aurel curiga. “Kami datang bersama. Tapi saya harus menerima telepon dulu dari rekan kerja. Maaf, karena terlambat.” “Pekerjaannya apa?” tanya Aurel lagi. “Aurel” peringat Saras lagi agar Aurel diam. “Nak Atlanta, silahkan duduk.” “Terima kasih.” Atlanta segera menarik kursinya dan duduk di samping Rosea, pria itu tetap tersenyum lebar meski kini semua mata tertuju kepadanya, apalagi Alan yang tidak berkedip sama sekali karena Atlanta adalah adalah cucu dari pemiliki perusahaan tempat dia bekerja. Wajah Alan memucat begitu khawatir jika mertua dan i
Siang itu itu, Rosea keluar dari toko perhiasannya membawa tumpukan document yang masih menanti untuk dia periksa. Masih ada banyak jadwal pekerjaan yang harus dia kerjakan hari ini, namun Rosea harus menemui Prince terlebih dahulu karena hari ini jadwal pekerjaannya. Sudah hampir dua minggu Rosea bekerja menemani Prince, semuanya berjalan dengan baik dan mudah, Prince tidak lagi sekaku apa yang pertama kali Rosea temui. Rosea segera mengendarai mobilnya dan segera pergi. Suasana hati Rosea sangat usai pertemuan keluarganya beberapa hari yang lalu, kini Kartika tidak lagi banyak mengomel kepadanya. Butuh waktu dua puluh menit untuk Rosea bisa sampai ke rumah Leonardo, Rosea sempat di buat bingung karena suasana rumah Leonardo hari ini tampak sepi tidak menunjukan kebeberadaan seseorang. Rosea segera menekan bel beberapa kali, menunggu seseorang membukakan pintu. Tidak ada jawaban.. Sekali lagi Rosea menekan bel. Pintu di depan Rosea terbuka, Adam tersenyum lebar membuka pintu
Sepuluh menit sudah Rosea menunggu, dia mengambil kesempatan kosong itu untuk menghubungi beberapa orang kliennya untuk mendiskusikan pekerjaannya yang selesai di kerjakan. Rosea beranjak dari duduknya dan berdiri di sisi jendela, dia berbicara dan mendengarkan apa yang sedang di bahas, tidak jarang Rosea harus banyak diam mendengarkan perdebatan kliennya yang kebanyakan dari mereka adalah pasangan kekasih yang akan menikah. Lama Rosea berbicara, akhirnya dia kembali duduk di kursinya, Rosea menyempatkan diri mengeluarkan mainan kayu puzzle dari dalam tasnya. “Apa itu?” Rosea tersentak kaget, kepalanya terangkat, seketika Rosea menelan salivanya melihat Leonardo yang sudah kembali, pria itu mengenakan kemeja berwarna hitam selengan dengan celana hitam. Pria itu terlihat sangat segar karena baru selesai mandi. Rosea meletakan puzzle kayu itu dia atas meja dengan gugup. “Aku membeli puzzle angka agar Prince bisa belajar menyusun angka dengan ini. Ini aman, tidak memakai pewarna yan
Prince terduduk di bathup, tubuhnya tenggelam di antara banyak busa tengah mandi, anak itu terlihat begitu senang membicarakan teman-temannya yang memiliki hewan peliharaan, sayangnya Prince belum mendapatkan izin untuk memiliki hewan peliharaan juga. “Jadi, kamu mau hewan peliharaan apa jika di beri izin memelihara?” Tanya Rosea yang kini bersandar pada pintu, Rosea berdiri jauh dari keberadaan Prince yang tengah mandi terhalang oleh kaca. “Kura-kura kecil seperti milik Alex, sangat kecil bisa aku bawa di dalam saku dan bisa aku beri banyak makan buah-buahan.” Rosea tertawa mendengar jawaban polos Prince. “Mau aku belikan?” “Hah?” Prince berteriak karena terlalu senang, “Benarkah?” “Aku akan membelikannya dan meminta izin sama ayah kamu. Namun ada syaratnya” pancing Rosea mencoba mendorong keluar diri Prince yang lain. Suara air terdengar, bayangan Prince yang bergerak cepat di balik kaca terlihat, tidak berapa lama Prince keluar sudah mengenakan handuk, anak itu berlari ke was
Rosea membantu menarik koper hitam yang membawa pakaian Prince, di sisi Rosea ada Prince yang menggenggam tangannya begitu kuat. “Ayah” Prince malambaikan tangannya ke arah Leonardo yang kini sudah berpakaian formal, pria itu tengah berdiri di depan mobilnya melihat Adam memasukan kopernya ke dalam. “Kamu sudah siap?” tanya Leonardo. Prince mengangguk dan tersenyum lebar. Rosea memberikan koper itu kepada Adam, genggaman tangannya pada Prince terlepas. “Sea, nanti aku akan membawa oleh-oleh untuk Sea” Kata Prince terdengar penuh dengan janji. Kedua tangan Prince merentang meminta sebuah pelukan yang kini sudah terbiasa dia lakukan bersama Rosea. Rosea segera membungkuk dan memeluknya, hati Rosea sedikit menghangat tanpa alasan, naluri seorang wanita di dalam dirinya bermunculan ketika bersama Prince. “Ayah tidak mau peluk Sea juga?” tanya Prince tiba-tiba. Rosea tersentak kaget, pupil matanya melebar menatap ngeri Leonardo. Dengan susah payah Rosea menggeleng dan menolak halu
Suara tangisan terdengar di dalam kamar ketika Leonardo kembali pulang, Prince terbaring di ranjangnya tengah di tangani oleh dokter karena mengalami demam lagi. Prince meracau, bergerak gelisah dalam tidurnya, dia terus menangis merintih kesakitan memanggil Leonardo dan memintanya untuk dipertemukan dengan Rosea. “Demamnya masih belum turun, kita harus menjaganya lebih ketat, jika demamnya tidak kunjung mereda, Prince harus dibawa ke rumah sakit.” Leonardo menyandarkan bahunya pada dinding, pria itu tidak banyak berbicara dan hanya bisa memandangi Prince yang kini terus bergerak meracau dan menggigil kesakitan. Sekali lagi dan di waktu yang bersamaan, Leonardo harus menerima diri bahwa kini tidak hanya hatinya yang terluka atas kepergian Rosea, puteranya mengalami hal yang sama. Pembicaraan Prince dengan Rosea mengguncang perasaannya, anak itu tidak mampu menangani emosional dan tekanan yang memenuhi kepalanya. Prince tidak ingin ditinggalkan, namun dia juga tidak tahu mengapa Ro
Suasana rumah berantakan, Abraham mengamuk tidak terkendali sebelum dia memutuskan pergi keluar dan ikut mencari keberadaan Rosea di mana untuk meminta maaf.Kini tinggal Berta seorang diri dengan sebuah renungan yang dalam atas tindakan yang telah dia perbuat yang tanpa sadar menghancurkan keluarganya sendiri. Hubungannya dengan Leonardo menjadi hancur, dan perusahaan yang tidak tertangani kacau. Kepergian Leonardo dari perusahaan adalah sebuah pukulah besar yang tidak mudah di tangani.“Nyonya, Anda harus istirahat,” nasihat seorang assistant rumah tangga.Berta tidak menggubris, dengan lemah wanita itu pergi keluar rumah dan meminta sang sopir untuk mengantarkannya ke rumah Rosea. Berta harus menurunkan egonya untuk menyelamatkan keluargnya, Berta harus meminta maaf dan tidak lagi mengganggu Rosea.Hanya Rosea yang bisa mengubah keputusan Leonardo saat ini.“Kamu tahu di mana rumah Rosea?” tanya Berta pada sopirnya.“Saya tidak tahu, tapi saya akan menayakannya pada anak buah Anda.
Suara bantingan pintu terdengar keras membuat Berta yang tengah bekerja tersentak kaget dan harus segera berdiri melihat kedatangan Leonardo yang mendatanginya.Setelah cukup lama menolak untuk bertemu, kini akhirnya Leonardo datang sendiri menemuinya.Berta sudah bisa merasakan kemarahan dan kebencian Leonardo terhadap dirinya, entah apalagi yang kini akan membuat Leonardo marah. Berta berharap ini mengenai kandasnya hubungan Leonard dan Rosea.“Apa yang sebenarnya Ibu mau?” tanya Leonardo dengan geraman dan mata menyala-nyala di penuhi oleh amarah yang meledak-ledak. “Ibu pikir aku akan menurut jika Ibu bertindak gila seperti ini padaku? Ibu salah, semakin Ibu berusaha menekanku, aku semakin yakin keluar dari keluarga sampah ini!”Tubuh Berta dipenuhi ketegangan karena apa yang ingin di dengar berbeda dengan apa yng di ucapkan oleh Leonardo.“Kita bicara baik-baik Le,” bujuk Berta.“Mengapa kita harus bicara baik-baik jika semuanya sudah tidak ada yang membaik?” tanya balik Leonardo
Rosea membuka handponenya setelah beberapa hari ini dia matikan, tangan wanita itu gemetar melihat ada beberapa pekerjaan yang batal, termasuk pekerjaan yang baru akan dia dapatkan dari meeting di Bali. Semua itu terjadi karena artikel buruk yang menyebar luas di kalangan rekan kerjanya.Nama Rosea tetap tercoreng meski berita itu sudah turun.Semua kerja kerasnya yang di bangun dan dia perjuangkan selama ini harus hangus oleh sebuah fitnah kejam yang mengarah kepadanya. Rosea tidak tahu kehancuran apalagi yang akan dia terima bila dia terus berada di sisi Leonardo.Tidak hanya kariernya, Berta juga sudah mengirim banyak orang untuk menerornya. Terror itu tidak hanya mengarah pada kediamanya, ada banyak pesan masuk dan ancaman pembunuhan bila Rose tidak menyingkir dari kehidupan keluarga Abraham.Ini sangat menyakitkan untuk Rosea, namun akan lebih menyakitkan untuknya bila terus mempertahankan semuanya.Rosea tidak ingin keluarganya menjadi sasaran selanjutnya Berta.Desakan suara ta
Rosea berdiri di depan cermin, memperhatikan dirinya sendiri dengan seksama. Sudah hampir empat hari ini dia mengurung diri dan tidak melakukan kontak apapun siapapun, pekerjaannya yang terbengkalai dikerjakan Helvin begitu dia tahu jika Rosea dengan mengalami masalah.Rosea sudah berbicara dengan Karina secara khusus untuk membicarakan apa yang ingin Rosea lakukan kedapannya, ada banyak hal yang kemungkinan terjadi diluar dari apa yang selama ini Rosea rencanakan dalam hidupnya.Rosea tidak memiliki sedikitpun ketenangan sejak mendapatkan terror di malam itu, ancaman demi ancaman terus datang kepadanya hingga membuat Rosea takut untuk keluar sendirian.Rosea bersyukur karena Karina juga Emmanuel terus menemaninya dan mendorongnya untuk kembali bangkit menjadi lebih berani, mereka tidak membirkan Rosea sendirian karena kondisinya yang tidak stabil.Perasaan Rosea terasa sedikit lebih tenang, kini dia ingin pergi keluar seorang diri untuk menyelesaikan semua masalah yang memang sudah s
Prince duduk dalam kesendirian di pagi hari, sesekali anak itu menyeka air matanya dan melihat ke sekitar, Leonardo tidak pulang sejak kemarin dan Prince hanya di urus oleh para pekerja di rumah.Prince tertunduk dan kembali menangis sendirian, suasana hatinya dilanda oleh kegelisahan dan perasaan yang mendesaknya ingin menangis. Prince merasakan ada sesuatu yang lain akhir-akhir ini, ayahnya terlihat tidak bahagia dan Rosea tidak datang ke rumahnya.Semua ini terjadi sejak pesta ulang tahunnya. Sejak kedatangan ibunya yang bertemu Rosea.Berta tidak datang ke rumah, sekalinya dia datang, para pekerja tidak mengizinkan bertemu Prince. Prince juga tidak lagi diminta untuk menemui Berta dan melewati banyak pelajaran yang melelahkan. Keputusan Leonardo yang menjauhkan Prince dari Berta membuat Prince tersadar bahwa ayah dan neneknya itu tengah bertengkar.Suara langkah seseorang terdengar dari sudut ruangan membuat Prince melihat ke arah pintu.Leonardo datang dalam keadaan kusut dan ter
Rosea tertidur meringkuk sendirian di ranjang, butuh waktu lama untuk dia bisa kembali menenangkan diri di temani Karina, jiwa Rosea terguncang dalam ketakutan.Rosea tidak dapat berhenti menangis begitu melihat ratusan artikel berita online yang bermunculan membuat berita bohong.Karina khawatir sebuah berita bohong yang sebar luaskan Berta akan sampai ke tangan keluarga Rosea dan rekan kerjanya, nama Rosea akan hancur tercoreng oleh sebuah fitnah.Bertahun-tahun Rosea berusaha keras mendedikasikan hidupnya dengan bekerja dan membangun namanya sendiri, sangat tidak adil jika namanya tercoreng begitu saja.Betapa bekerja kerasnya Karina menuntut Leonardo bertindak cepat untuk menurunkan semua berita yang dibuat.Beruntungnya Leonardo memahami dampak berita bohong yang Berta sebarkan, kurun dari waktu dua jam, secara perlahan berita itu menghilang.“Untuk saat ini, biarkan Sea tinggal di sini. Aku tidak ingin dia bertemu dengan Leo untuk sementara waktu, biarkan dia tenang dan mengambi
Berta meletakan alat makannya di atas piring begitu dia selesai makan.“Anda ingin berbicara apa dengan saya?” tanya Rosea.Tubuh Berta menegak, wanita itu itu menatap tajam Rosea dengan pandangan merendahkan seperti biasanya. “Kita langsung pada intinya saja, kamu harus sadar jika kamu dan Leonardo tidak memiliki kemungkinan sedikitpun untuk bersama. Daripada membuang waktu, sebaiknya tinggalkan dia sekarang sebelum kamu merasa menyesal.”Rosea terdiam mendengarkan ucapan mendikte Berta seperti saat pertama kali mereka bertemu.“Keluarga kami tidak bisa menerima orang sembarangan, jika kamu tetap berusaha bertahan seperti ini, kamu akan hancur karena saya bisa menghancurkan kamu dan keluarga kamu.”Berta mengambil tasnya dan mengambil sebuah cek, lalu mengisinya, dengan angkuhnya wanita itu menyodorkannya di hadapan Rosea. “Ambil uang lima milliar itu, lalu tinggalkan Leo dan jangan pernah muncul lagi hadapannya. Sudah cukup banyak uang Leo berikan sama kamu, kamu juga masih muda dan
Rosea ingin tidur, namun hatinya terjebak kegundahan lagi yang membuatnya terus membuka mata dan hanya diam terpaku melihat langit-langit kamar, begitu pula dengan Leonardo yang kini terbaring di sampingnya.Leonardo terjaga sepenuhnya, tangannya menggenggam tangan Rosea di bawah selimut. Pria itu terbaring mirip menatap lekat Rosea, rambutnya yang masih setengah masih terlihat membasahi bantal.“Apa yang kamu inginkan dalam hidup ini Sea?” tanya Leonardo serius.“Aku tidak tahu, aku menjalani apa yang ingin aku jalani. Bagaimana dengan kamu sendiri?”Leonardo terdiam cukup lama sampai akhirnya sebuah kalimat keluar dari mulutnya. “Aku hanya ingin bahagia dan hidup tanpa penyesalan.”Rosea bergerak pelan dan membalas tatapan hangat pria itu, ada jiwa yang kosong di mata pria itu yang membuat Rosea bergerak mendekat dan masuk ke dalam dekapannya.Hangat dan lembut kulit Leonardo membuat Rosea memejamkan mata dan menarik napasnya dalam-dalam, Rosea membalas pelukan Leonardo dan merasaka