Rosea membantu menarik koper hitam yang membawa pakaian Prince, di sisi Rosea ada Prince yang menggenggam tangannya begitu kuat. “Ayah” Prince malambaikan tangannya ke arah Leonardo yang kini sudah berpakaian formal, pria itu tengah berdiri di depan mobilnya melihat Adam memasukan kopernya ke dalam. “Kamu sudah siap?” tanya Leonardo. Prince mengangguk dan tersenyum lebar. Rosea memberikan koper itu kepada Adam, genggaman tangannya pada Prince terlepas. “Sea, nanti aku akan membawa oleh-oleh untuk Sea” Kata Prince terdengar penuh dengan janji. Kedua tangan Prince merentang meminta sebuah pelukan yang kini sudah terbiasa dia lakukan bersama Rosea. Rosea segera membungkuk dan memeluknya, hati Rosea sedikit menghangat tanpa alasan, naluri seorang wanita di dalam dirinya bermunculan ketika bersama Prince. “Ayah tidak mau peluk Sea juga?” tanya Prince tiba-tiba. Rosea tersentak kaget, pupil matanya melebar menatap ngeri Leonardo. Dengan susah payah Rosea menggeleng dan menolak halu
Prince berkedip, bibir mungilnya segera bersuara. “Ayah, nanti, aku dan Adam akan menginap di rumah paman Macron, boleh kan?” Tanya Prince dengan nada suara senangnya. Sekilas Leonardo melihat Adam yang kini masih menikmati minumannya. Adam adalah satu-satunya orang yang selalu pergi, menemani Prince dan Leonardo bepergian. “Bolehkan Ayah?” tanya Prince lagi. Leonardo kembali melihat Prince. “Kenapa langsung ke rumah paman Macron? Kita akan menemui paman Macron setelah ayah selesai bekerja. Kamu kan mau ke taman hiburan dulu di temani Adam.” “Aku ingin membeli oleh-oleh untuk Sea bersama paman Macron. Aku harus membelinya sebelum lupa. Aku sudah berjanji kepada Sea. Boleh kan Ayah?” tanya Prince lagi yang menuntut jawaban. “Oke, nanti kamu akan pergi dengan Adam. Ayah akan menyusul setelah pekerjaan selesai.” “Terima kasih Ayah.” Leonardo mengangguk samar dan tersenyum. “Adam.” Leonardo segera berdiri mengisyaratkan Adam mengikutinya. Leonardo ingin berbicara dengan Adam di t
“Kakek,” panggil Rosea melihat kehadiran Michael yang kini duduk di bangku depan gerbang rumah Rosea sambil memegang segelas kopi. Michael tersenyum simpul melihat Rosea yang kini ikut duduk di sisinya usai memasukan mobil ke garasi. “Kamu sibuk?” Rosea menggeleng dan tersenyum, wanita itu tertunduk terlihat malu untuk bersuara apalagi menatap mata Michael. Rosea merasa khawatir jika penilaian Michael kepada dirinya berubah setelah kejadian di hari itu. Rosea sangat menghormati Michael, sedih baginya bila hubungan baik mereka hancur karena kesalah pahaman. Rosea harus meluruskan apa yang telah terjadi. “Kakek. Mengenai kejadian pagi kemarin” Rosea menarik napasnya dalam-dalam dengan tangan yang semakin kuat mengerat. Michael tersenyum “Sudah Sea, kamu dan Atlanta sudah dewasa, tidak perlu menjelaskan apapun karena itu urusan kalian berdua.” Wajah Rosea sedikit terangkat dan dia memberanikan diri menatap mata Michael, “Sebenarnya saya dan Atlanta tidak begitu dekat. Namun, juj
Rosea berlari melewati teras menyusul seseorang yang datang mengendarai sebuah Rolls Royce. Mobil itu masuk melewati gerbang rumahnya yang terbuka lebar.Rosea langsung tersenyum lebar. Seseorang yang sering memakai mobil mewah seperti itu tidak lain tidak bukan adalah mobil ibu Karina, Kamala.Kamala keluar dari mobilnya, wanita paruh baya yang cantik dan elegant itu langsung mengukir senyuman lebarnya begitu melihat Rosea.“Sea, sayang,” sapa Kamala dengan suara yang lembut dan tatapan hangat.“Tante Kamala.”Kamala langsung memeluk Rosea sejenak, sikapnya sangat lembut dan dan baik. Tidak jarang, Kamala lebih sering memberikan nasihat bisnis kepada Rosea di bandingkan kepada Karina anaknya sendiri.Rosea dan keluarga Karina sudah cukup dekat, apalagi Rosea yang suka berbisnis sangat cocok dengan orang tua Karina.“Sea. Apakah Frans ke sini? Sejak satu minggu yang lalu dia tidak pulang. Dia sama sekali tidak dapat di hubungi,” cerita Kamala tampak bingung dan sedih.Kamala datang k
Pagi yang cerah kota di Paris menyapa Leonardo, pria itu keluar dari hotel tempatnya menginap seorang diri karena Prince langsung pergi dan menginap di rumah saudara Leonardo yang menetap di Paris.Leonardo berdiri di depan gedung hotel, kepalanya menengadah melihat langit yang cerah dan bersih.Sejak hari pertama datang, dia sudah mulai bekerja dan bertemu dengan beberapa orang penting. Bahkan sepanjang malam Leonardo tidak keluar dari kamar hotelnya karena sibuk bekerja.Tidak berapa lama Tia datang, begitu bertemu mereka sedikit berbicara lagi membahas sesuatu yang akan mereka kerjakan.Usai berbicara, Tia langsung mengarahkan Leonardo untuk pergi masuk mobil yang akan mengantar kepergian mereka menuju tempat pertemuan.Dua hari ke depan Leonardo akan sangat sibuk tanpa jeda. Tujuan utamanya dia ada di Paris hanya akan bekerja dan bekerja di temani Tia, sekretaris keduanya. Sementara Yeri, assistant pribadi Leonardo akan menangani pekerjaannya yang berada di Indonesia untuk sement
“Tapi aku datang di luar jam kerjamu Leo. Aku tidak mengganggumu,” bela Flora terdengar mengiba.Leonardo bersedekap, dagunya sedikit terangkat dan menatap Flora penuh cemoohan. “Aku tidak suka kamu muncul di kehidupan pribadiku Flora. Bahkan meski di luar jam pekerjaan. Aku menemui kamu ketika membutuhkan seks dan kamu mendapatkan bayarannya dari apa yang kamu berikan. Sisanya, kita bebas melakukan apapun. Aku dengan kehidupan pribadiku, dan kamu silahkan dengan kehidupan pribadimu. Kamu paham kan?”Flora tercekat kaget karena Leonardo masih bisa berekspresi sedingin itu kepadanya dengan ucapan yang terdengar kejam untuk Flora yang kini sudah jatuh cinta kepadanya.Leonardo benar-benar sangat keras kepadanya, dia benar-benar menganggap Flora sebagai teman seksnya saja. Leonardo benar-benar tidak membiarkan Flora mendekat selangkah saja untuk bisa dekat dengan kehidupan pria itu.Leonardo hanya manis saat di ranjang dan membuat Flora terbuai hingga melupakan kebenaran bahwa apa yang m
“Ada apa dengan Prince? Siapa Sea?.” Itulah pertanyaan yang pertama kali Leonardo dengar dari mulut Macron ketika Leonardo datang. Leonardo segera duduk di sisi pagar kawat untuk meredakan rasa pegalnya. Adam membawa semua bawa barang Leonardo ke dalam rumah. Tidak berapa lama Adam kembali datang, dia menyajikan dua cangkir kopi dan segera pergi lagi. Rasa lelah Leonardo sedikit berkurang hari ini, Leonardo sudah bisa bersantai dan menghabiskan waktunya untuk beristirahat. Pandangan Leonardo mengedar, melihat hijau kebun yang terawat indah memanjakan mata, rumah Macron sangat sederhana, tidak besar tidak juga kecil. Macron adalah anak dari adik ibu Leonardo, bisa di katakan mereka adalah saudara yang dekat. “Leo. Kamu tidak mau mengatakan apapun?” Tanya Macron lagi memperhatikan Leonardo yang hanya diam tidak bersuara. “Memangnya kamu ingin tahu?” tanya balik Leonardo. “Tentu saja! Ini menyangkut keponakanku yang menjadi berubah drastis, dan setiap waktu dia membicarakan seseo
“Kita akan menonton konser di Singapore malam ini, besok kita kembali pulang,” jawab Atlanta dengan enteng. “APA?!” Rosea berteriak terkejut, dengan mudahnya Atlanta mengajaknya pergi menonton konser ke luar negeri seperti mengajak pergi jalan-jalan ke pasar malam. Rosea pikir mereka akan menonton konser band local, bukan pergi keluar negeri seperti ini, meski hanya ke Singapore, tapi ini sangat mengagetkannya. Ini sangat mendadak untuk Rosea. Mana bisa tiba-tiba Rosea pergi begitu saja. “Aku tidak bisa. Bagaimana bisa kamu tidak mengatakannya terlebih dahulu kepadaku? Aku pikir kita akan menonton di sini.” “Kenapa kamu terlihat kaget?” Tanya Atlanta yang memasang ekspresi polos tanpa dosanya. Pupil mata Rosea semakin lebar. Rosea sering deg-degan kadang sangat senang bukan main ketika berencana pergi dari satu kota ke kota lain. Kini apa yang di lakukan Atlanta? Secara mendadak dia akan membawa Rosea ke Singapore seperti pergi dari gang rumah ke gang rumah yang lain. “Tentu
Suara tangisan terdengar di dalam kamar ketika Leonardo kembali pulang, Prince terbaring di ranjangnya tengah di tangani oleh dokter karena mengalami demam lagi. Prince meracau, bergerak gelisah dalam tidurnya, dia terus menangis merintih kesakitan memanggil Leonardo dan memintanya untuk dipertemukan dengan Rosea. “Demamnya masih belum turun, kita harus menjaganya lebih ketat, jika demamnya tidak kunjung mereda, Prince harus dibawa ke rumah sakit.” Leonardo menyandarkan bahunya pada dinding, pria itu tidak banyak berbicara dan hanya bisa memandangi Prince yang kini terus bergerak meracau dan menggigil kesakitan. Sekali lagi dan di waktu yang bersamaan, Leonardo harus menerima diri bahwa kini tidak hanya hatinya yang terluka atas kepergian Rosea, puteranya mengalami hal yang sama. Pembicaraan Prince dengan Rosea mengguncang perasaannya, anak itu tidak mampu menangani emosional dan tekanan yang memenuhi kepalanya. Prince tidak ingin ditinggalkan, namun dia juga tidak tahu mengapa Ro
Suasana rumah berantakan, Abraham mengamuk tidak terkendali sebelum dia memutuskan pergi keluar dan ikut mencari keberadaan Rosea di mana untuk meminta maaf.Kini tinggal Berta seorang diri dengan sebuah renungan yang dalam atas tindakan yang telah dia perbuat yang tanpa sadar menghancurkan keluarganya sendiri. Hubungannya dengan Leonardo menjadi hancur, dan perusahaan yang tidak tertangani kacau. Kepergian Leonardo dari perusahaan adalah sebuah pukulah besar yang tidak mudah di tangani.“Nyonya, Anda harus istirahat,” nasihat seorang assistant rumah tangga.Berta tidak menggubris, dengan lemah wanita itu pergi keluar rumah dan meminta sang sopir untuk mengantarkannya ke rumah Rosea. Berta harus menurunkan egonya untuk menyelamatkan keluargnya, Berta harus meminta maaf dan tidak lagi mengganggu Rosea.Hanya Rosea yang bisa mengubah keputusan Leonardo saat ini.“Kamu tahu di mana rumah Rosea?” tanya Berta pada sopirnya.“Saya tidak tahu, tapi saya akan menayakannya pada anak buah Anda.
Suara bantingan pintu terdengar keras membuat Berta yang tengah bekerja tersentak kaget dan harus segera berdiri melihat kedatangan Leonardo yang mendatanginya.Setelah cukup lama menolak untuk bertemu, kini akhirnya Leonardo datang sendiri menemuinya.Berta sudah bisa merasakan kemarahan dan kebencian Leonardo terhadap dirinya, entah apalagi yang kini akan membuat Leonardo marah. Berta berharap ini mengenai kandasnya hubungan Leonard dan Rosea.“Apa yang sebenarnya Ibu mau?” tanya Leonardo dengan geraman dan mata menyala-nyala di penuhi oleh amarah yang meledak-ledak. “Ibu pikir aku akan menurut jika Ibu bertindak gila seperti ini padaku? Ibu salah, semakin Ibu berusaha menekanku, aku semakin yakin keluar dari keluarga sampah ini!”Tubuh Berta dipenuhi ketegangan karena apa yang ingin di dengar berbeda dengan apa yng di ucapkan oleh Leonardo.“Kita bicara baik-baik Le,” bujuk Berta.“Mengapa kita harus bicara baik-baik jika semuanya sudah tidak ada yang membaik?” tanya balik Leonardo
Rosea membuka handponenya setelah beberapa hari ini dia matikan, tangan wanita itu gemetar melihat ada beberapa pekerjaan yang batal, termasuk pekerjaan yang baru akan dia dapatkan dari meeting di Bali. Semua itu terjadi karena artikel buruk yang menyebar luas di kalangan rekan kerjanya.Nama Rosea tetap tercoreng meski berita itu sudah turun.Semua kerja kerasnya yang di bangun dan dia perjuangkan selama ini harus hangus oleh sebuah fitnah kejam yang mengarah kepadanya. Rosea tidak tahu kehancuran apalagi yang akan dia terima bila dia terus berada di sisi Leonardo.Tidak hanya kariernya, Berta juga sudah mengirim banyak orang untuk menerornya. Terror itu tidak hanya mengarah pada kediamanya, ada banyak pesan masuk dan ancaman pembunuhan bila Rose tidak menyingkir dari kehidupan keluarga Abraham.Ini sangat menyakitkan untuk Rosea, namun akan lebih menyakitkan untuknya bila terus mempertahankan semuanya.Rosea tidak ingin keluarganya menjadi sasaran selanjutnya Berta.Desakan suara ta
Rosea berdiri di depan cermin, memperhatikan dirinya sendiri dengan seksama. Sudah hampir empat hari ini dia mengurung diri dan tidak melakukan kontak apapun siapapun, pekerjaannya yang terbengkalai dikerjakan Helvin begitu dia tahu jika Rosea dengan mengalami masalah.Rosea sudah berbicara dengan Karina secara khusus untuk membicarakan apa yang ingin Rosea lakukan kedapannya, ada banyak hal yang kemungkinan terjadi diluar dari apa yang selama ini Rosea rencanakan dalam hidupnya.Rosea tidak memiliki sedikitpun ketenangan sejak mendapatkan terror di malam itu, ancaman demi ancaman terus datang kepadanya hingga membuat Rosea takut untuk keluar sendirian.Rosea bersyukur karena Karina juga Emmanuel terus menemaninya dan mendorongnya untuk kembali bangkit menjadi lebih berani, mereka tidak membirkan Rosea sendirian karena kondisinya yang tidak stabil.Perasaan Rosea terasa sedikit lebih tenang, kini dia ingin pergi keluar seorang diri untuk menyelesaikan semua masalah yang memang sudah s
Prince duduk dalam kesendirian di pagi hari, sesekali anak itu menyeka air matanya dan melihat ke sekitar, Leonardo tidak pulang sejak kemarin dan Prince hanya di urus oleh para pekerja di rumah.Prince tertunduk dan kembali menangis sendirian, suasana hatinya dilanda oleh kegelisahan dan perasaan yang mendesaknya ingin menangis. Prince merasakan ada sesuatu yang lain akhir-akhir ini, ayahnya terlihat tidak bahagia dan Rosea tidak datang ke rumahnya.Semua ini terjadi sejak pesta ulang tahunnya. Sejak kedatangan ibunya yang bertemu Rosea.Berta tidak datang ke rumah, sekalinya dia datang, para pekerja tidak mengizinkan bertemu Prince. Prince juga tidak lagi diminta untuk menemui Berta dan melewati banyak pelajaran yang melelahkan. Keputusan Leonardo yang menjauhkan Prince dari Berta membuat Prince tersadar bahwa ayah dan neneknya itu tengah bertengkar.Suara langkah seseorang terdengar dari sudut ruangan membuat Prince melihat ke arah pintu.Leonardo datang dalam keadaan kusut dan ter
Rosea tertidur meringkuk sendirian di ranjang, butuh waktu lama untuk dia bisa kembali menenangkan diri di temani Karina, jiwa Rosea terguncang dalam ketakutan.Rosea tidak dapat berhenti menangis begitu melihat ratusan artikel berita online yang bermunculan membuat berita bohong.Karina khawatir sebuah berita bohong yang sebar luaskan Berta akan sampai ke tangan keluarga Rosea dan rekan kerjanya, nama Rosea akan hancur tercoreng oleh sebuah fitnah.Bertahun-tahun Rosea berusaha keras mendedikasikan hidupnya dengan bekerja dan membangun namanya sendiri, sangat tidak adil jika namanya tercoreng begitu saja.Betapa bekerja kerasnya Karina menuntut Leonardo bertindak cepat untuk menurunkan semua berita yang dibuat.Beruntungnya Leonardo memahami dampak berita bohong yang Berta sebarkan, kurun dari waktu dua jam, secara perlahan berita itu menghilang.“Untuk saat ini, biarkan Sea tinggal di sini. Aku tidak ingin dia bertemu dengan Leo untuk sementara waktu, biarkan dia tenang dan mengambi
Berta meletakan alat makannya di atas piring begitu dia selesai makan.“Anda ingin berbicara apa dengan saya?” tanya Rosea.Tubuh Berta menegak, wanita itu itu menatap tajam Rosea dengan pandangan merendahkan seperti biasanya. “Kita langsung pada intinya saja, kamu harus sadar jika kamu dan Leonardo tidak memiliki kemungkinan sedikitpun untuk bersama. Daripada membuang waktu, sebaiknya tinggalkan dia sekarang sebelum kamu merasa menyesal.”Rosea terdiam mendengarkan ucapan mendikte Berta seperti saat pertama kali mereka bertemu.“Keluarga kami tidak bisa menerima orang sembarangan, jika kamu tetap berusaha bertahan seperti ini, kamu akan hancur karena saya bisa menghancurkan kamu dan keluarga kamu.”Berta mengambil tasnya dan mengambil sebuah cek, lalu mengisinya, dengan angkuhnya wanita itu menyodorkannya di hadapan Rosea. “Ambil uang lima milliar itu, lalu tinggalkan Leo dan jangan pernah muncul lagi hadapannya. Sudah cukup banyak uang Leo berikan sama kamu, kamu juga masih muda dan
Rosea ingin tidur, namun hatinya terjebak kegundahan lagi yang membuatnya terus membuka mata dan hanya diam terpaku melihat langit-langit kamar, begitu pula dengan Leonardo yang kini terbaring di sampingnya.Leonardo terjaga sepenuhnya, tangannya menggenggam tangan Rosea di bawah selimut. Pria itu terbaring mirip menatap lekat Rosea, rambutnya yang masih setengah masih terlihat membasahi bantal.“Apa yang kamu inginkan dalam hidup ini Sea?” tanya Leonardo serius.“Aku tidak tahu, aku menjalani apa yang ingin aku jalani. Bagaimana dengan kamu sendiri?”Leonardo terdiam cukup lama sampai akhirnya sebuah kalimat keluar dari mulutnya. “Aku hanya ingin bahagia dan hidup tanpa penyesalan.”Rosea bergerak pelan dan membalas tatapan hangat pria itu, ada jiwa yang kosong di mata pria itu yang membuat Rosea bergerak mendekat dan masuk ke dalam dekapannya.Hangat dan lembut kulit Leonardo membuat Rosea memejamkan mata dan menarik napasnya dalam-dalam, Rosea membalas pelukan Leonardo dan merasaka