Home / Pernikahan / Keluarga Beracun / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Keluarga Beracun : Chapter 71 - Chapter 80

87 Chapters

Bab 71

“Sebentar,” ucap Ayah dari dalam rumah.“Selamat malam, Pak. Benar ini rumah Ibu Anggita?” tanya seorang laki-laki.Aku hanya mendengarkan dari balik tembok ruang tengah, hanya berani mengintip, tak berani ikut menemui orang itu.“Iya, benar. Bapak-bapak ini siapa?” tanya Ayah. “Kami dari kepolisian, apa Ibu Anggita ada?” Deg!Jantungku serasa mau copot mendengar perkataan orang itu, dari kepolisian? Apa mereka tak salah? Apa jangan-jangan Arya yang melaporkanku? Tapi bagaimana dia bisa tahu? Saat itu sepi tak ada orang.Aku sangat ketakutan. Harus bagaimana ini? Mau kabur pun percuma, Ayah sudah bilang kalau aku ada di sini. Aku menggigit jariku, berjalan pelan menuju kamar.Aku memeluk Zea erat, perasaanku mengatakan kalau sebentar lagi aku akan berpisah dengan Zea. Aku menangis, menyesali perbuatan gegabahku kemarin. Kalau saja aku tidak mengambil sertifikat rumah milik Arya, Seandainya ... seandainya ... semua itu hanya seandainya saja.Pintu kamarku terbuka, aku tak menggubris si
last updateLast Updated : 2024-05-04
Read more

Bab 72

Pak Joko dan Bu Joko masih meratapi anaknya yang masuk bui. Mereka sangat terpukul, anak semata wayang yang sangat ia cintai harus merasakan dinginnya lantai penjara.“Ibu tidak terima, Yah! Anggita meringkuk di penjara sementara Arya bebas begitu saja, padahal selama ini Anggita tersiksa di sana. Huhuhu” Bu Joko masih menangis.Pak Joko mengusap bahu istrinya, mencoba menguatkan.“Kita ke rumah Arya saja, Bu. Ayah mau minta maaf sama Arya, siapa tau Anggita bisa bebas.” “Arya kan di Medan, Yah? Gimana kita ke sana kalau rumahnya saja Ibu tidak tahu!” ucap Bu Joko. “Kemarin kan dia ada di sini? Kita ke kantor Arya saja, Ayah yakin ia ada di sana!”Pak Joko dan istrinya mulai bersiap. Tak lupa mereka mengajak Zea bersama mereka. Selama perjalanan kedua suami istri itu hanya terdiam, larut dalam pikiran mereka masing-masing.Mereka segera masuk ke kantor Arya, untunglah begitu masuk, mereka melihat Arya sedang berbicara dengan seseorang di sofa tamu. Pak Joko duduk di kursi tak jauh da
last updateLast Updated : 2024-05-04
Read more

Bab 73

Anggita mengetuk pintu rumahnya, sengaja ingin memberi kejutan kepada orang tuanya. Pintu dibuka, tampaklah wajah Ibunya yang tak percaya dengan apa yang dilihat di hadapannya ini.“Yah ... Ayah ” Bu Joko berteriak memanggil suaminya.“Ada apa sih, Bu. Zea baru mau tidur ini Anggita!” Ayahnya langsung berteriak melihat anakgadisnya berdiri di depannya.Mereka menangis karena bahagia. Bu Joko mengajak Anggita duduk.“Ibu ambilkan makan ya, kamu duduk sini dulu!” perintah Ibunya. Anggita pun menurut. Dia duduksambil menonton berita di TV.“Ditemukan sebuah mobil kecelakaan tunggal hingga terjatuh ke jurang. Korban adalah seorang laki- laki berusia 32 tahun. Beruntung kecelakaan itu tak merenggut nyawanya. Berikut adalah video saat korban dievakuasi oleh petugas.”Anita kaget, dia sangat mengenali plat mobil itu. Itu adalah Arya. Dia segera memanggil Ibunya.“Bu, Arya kecelakaan?!” ungkap Anggita kepada Ibunya.“Ibu sudah tahu, dari tadi berita itu terus disiarkan. Ibu tak mau menjenguk
last updateLast Updated : 2024-05-04
Read more

Bab 74

Aku sengaja memblokir semua nomor Arya. Sudah tidak mau tahu lagi apa yang akan terjadi pada lelaki itu, pun dengan kedua orang tuanya. Ibu dan Ayahku juga memblokir kontak Arya.“Makan dulu, Yuk! Ibu sudah memasak kesukaanmu!” Ajak Ibu. Aku pun menurunkan Zea dari pangkuanku dan meletakkannya di ranjang. Tak lupa kiri kanan kupasangi bantal agar ia tak jatuh dari ranjang saat belajar tengkurap.“Kamu tambah kurus, Nak. Dulu Arya tidak memberimu makan dengan layak ya!” Ibu menatapdiriku. Aku hanya tersenyum.“Yang lalu biarlah berlalu, Bu. Yang penting Anggita dan Zea ada bersama kita,” kata Ayah.Ibu pun tersenyum mengiyakan.“Bu Joko! Keluar kamu!”Terdengar suara orang berteriak dari luar rumah. Kami bertiga segera menghentikan makan siang kami dan melihat siapa yang berteriak.“Cepat kembalikan uangku! Kalau tidak bisa kamu harus pergi dari rumah ini karena aku sedang butuh uang!” ucap Bu Susi. Rentenir di kampung ini.“Ibu pinjam uang sama Bu Susi?” tanyaku tak percaya kepada Ib
last updateLast Updated : 2024-05-04
Read more

Bab 75

“Mas” Aku menyadarkan Mas Dani dengan menyentuh pundaknya.Mas Dani menoleh, sambil terisak ia berkata. “Rara menikahbaru saja aku mau minta maaf tulusdan memintanya memperbaiki hubungan, sekarang dia telah menikahi teman masa kecilnya. Dia jahat ya! Rara jahat!”Bukannya tenang Mas Dani malah berlari menuju sepasang pengantin baru itu. Tapi belum sampai di tempat duduk Rara, Mas Dani tiba-tiba tergeletak pingsan.“Mas Dani!” aku berteriak saking kagetnya. Beberapa orang satpam mengangkat Mas Dani dan membaringkannya di kursi dekat pintu belakang. Seorang wanita paruh baya memberikan minyak kayu putih untuk menyadarkannya, sepertinya ART di sini. Aku jadi merasa dejavu, sama saat Ibuku pingsan saat pernikahanku dengan Mas Dani dulu.“Tolong! Adakah yang bisa mengantarkanku ke rumah sakit? Mas Dani belum sadar juga!” aku panikmelihat Mas Dani seperti ini.“Pakai mobilku saja!” teriak si Pengantin pria. “Aku ikut!” Rara pun ikut bersuara.Tanpa sempat berganti baju, mereka segera me
last updateLast Updated : 2024-05-04
Read more

Bab 76

Dani masih terbaring di rumah sakit. Bu Intan tak berhenti menangis melihat Dani menderita penyakit yang ditakuti banyak orang itu. Ia sendirian. Tak ada saudara ataupun tetangga yang datang menjenguk.Mungkin karena sikapnya sendiri yang sering menyakiti hati tetangga dengan ucapannya. Kini, saat ia membutuhkan bantuan moril, tak ada satupun tetangga yang memberinya semangat.Bahkan lewat pesan singkat pun tidak. Padahal ia sudah mengirim kondisi Dani ke grup arisan Ibu-Ibu di kampung tersebut. Tetapi tak ada yang berkomentar, hanya beberapa orang yang memberikan emot sedih.Bu Intan sudah bilang pada dokter bahwa ia akan membawa Dani pulang, meskipun menurut Dokter, Dani harus dirawat lebih lama, tapi karena tak ada biaya, maka Bu Intan sedikit memaksa dokter itu agar mengizinkan Dani pulang.Bu Intan pun menatap tagihan rumah sakit. Biayanya hampir tiga juta rupiah. Dulu uang segitu adalah uang sekali arisannya. Namun sekarang, uang itu terasa begitu besar.Bahkan menjual perhiasan
last updateLast Updated : 2024-05-07
Read more

Bab 77

Extra Part 1 PoV Alex Perempuan itu bernama Rara. Gadis periang yang baik hati. Aku sangat suka melihat senyumannya, celotehnya, bahkan ekspresinya ketika sedang ngambek. Aku menyukai semua yang ada pada dirinya. Dia adalah teman masa kecilku. Kami tumbuh bersama karena kedua Papa kami bersahabat. Persahabatan antara dua insan yang berbeda akan menimbulkan benih-benih cinta. Dan aku merasakan hal itu. Namun aku hanya bisa memendam perasaanku rapat-rapat. Aku begitu takut untuk mengungkapkan semuanya kepada Rara. Aku takut akan merusak hubungan persahabatan yang telah terjalin selama ini. Ketika mendengar Rara memiliki pacar, aku masih bisa menahan perasaanku. Tapi begitu dia bilang akan menikah, saat itulah aku merasa dunia berhenti berputar. Aku sangat shock! Lalu aku tahu lelaki itu belum lama dikenalnya. Tapi kenapa ia bisa seyakin itu? Aku tersenyum mengucapkan selamat, padahal dalam hati aku menangis. Setelah pernikahan Rara, aku menyibukkan diri dengan bekerja. Kututup hatik
last updateLast Updated : 2024-05-08
Read more

Bab 78

“Kamu tidak apa-apa, Sayang?” tanya Alex sembari mengulurkan segelas air putih kepadaku.Aku hanya mengangguk. Malu rasanya Alex bicara begitu gamblang kepada orang tuaku. Mama dan Papa hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala melihatku yang salah tingkah“Rencana kalian berapa lama di sana?” tanya Papa yang masih senyum-senyum melihatku.“Seminggu mungkin, Pah! Kalau Rara masih betah di sana ya sebulan juga nggak papa. Hahahah”tawa renyah Alex membahana. Sepertinya dia sangat senang akan berbulan madu denganku. Aku pun sama. Tak sabar dan deg-degan rasanya.“Wah, bawa vitamin yang banyak, Ra. Biar nggak gampang sakit,” goda Papa lagi.“HmmmNamanya juga pengantin baru, Pah! Kayak Papa dulu enggak aja! Inget nggak dulusampai ditelpon Nenek suruh pulang, karena perusahaan butuh Papa juga?” mendengar ucapanMama, membuat Papa menghentikan tawanya.Aku baru tahu cerita ini karena Mama tidak pernah menceritakannya.“jadi Papa juga gitu ya? Sok-sokan meledek segala” aku pun ganti mengg
last updateLast Updated : 2024-05-16
Read more

Bab 79

Dua tahun kemudian ...Perutku semakin membesar karena HPL tinggal dua Minggu lagi. Saat hamil besar begini, gerakanku menjadi terbatas bahkan untuk memakai sepatu pun aku kesulitan. Tapi aku menikmati kehamilan ini.“Mas, perutku sakit sekali, sepertinya aku akan melahirkan,” erangku sambil memegang perut yangsudah membesar.Setelah menikah, memang aku memanggil Alex dengan sebutan Mas, untuk lebih menghormatinya sebagai suamiku meskipun awalnya kelihatan aneh aku memanggilnya Mas Alex.“Bukan kontraksi palsu lagi ya? Sudah benar-benar tidak kuat lagi?” tanya Alex panik dan mulaimencari tas baby kami tapi dia belum menemukannya.“Tenanglah, Mas. Tidak usah panik. Ambil tasnya di dekat lemari itu, lalu bantu aku berganti baju,kita ke rumah sakit sekarang,” ujarku perlahan sambil menahan sakitnya kontraksi.Untunglah meskipun di desa, tapi fasilitas kesehatan tidak terlalu jauh, hanya satu jam perjalanan sudah sampai di rumah sakit. Penanganannya juga bagus, tak kalah seperti rumah
last updateLast Updated : 2024-05-16
Read more

Bab 80 Extra Part1

“Dan, Ibu sudah lelah! Harus mengurusmu yang sedang sakit dengan penuh kekurangan. Bahkan untuk makan sehari-hari aja kita kesulitan. Sedangkan lihat Rara dan suami barunya?” Ibu menunjuk aku dan Alex.“Hidupnya penuh dengan kebahagiaan. Bahkan sekarang dia memiliki anak yang lucu. Kamar pun mendapat fasilitas yang kelas satu. Bukankah ini tidak adil untuk kita, Dan?” Ibu kembali menangis.“Kita untuk makan aja susah, rumah sempit, tak punya uang, saudaramu masih di penjara. Dan yang lebih penting, Ibu sudah tak bisa lagi belanja-belanja seperti dulu. Ibu sudah bosan, Dan! Ibu sudahlelah!”“Nia juga sampai sekarang seperti orang gila! Kerjanya hanya diam dirumah. Kadang tertawa dan kadang menangis. Ibu benar-benar tidak kuat lagi, Dan!” Ibu kembali menangis.Aku tak tahu sama sekali kalau Ibu mertuaku mengalami hal ini. Lalu kemana Anggita? Kenapa Ibu tidak membicarakan soal menantu tersayangnya itu?“Sudahlah, Bu. Harus kita syukuri, kita masih hidup. Maafkan aku Cuma bisa jadi beba
last updateLast Updated : 2024-05-16
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status