Semua Bab Ketika Istri Tua Suamiku Hamil: Bab 71 - Bab 80

86 Bab

Part71

Mas Raka menyeret kopernya melewatiku begitu saja. Aku yang masih terperangah melihat kelakuannya, segera menyusul."Sebentar, Mas. Delima keluarin baju-baju Delima dulu, ya. Cuman sedikit kok." Aku mencegatnya saat hendak naik ke anak tangga."Ya udah, bareng aja. Sekalian Mas mau nyusun baju," sahutnya santai."Jangan, Mas. Biar Delima aja dulu. Nanti sesudah rapi, baru Mas Raka masuk.""Kenapa, Dek? Kamu masih takut sama Mas? Mas tau diri, kok. Mas bukan suami kamu lagi. Apa kamu pikir Mas serendah itu, mau berbuat yang macam-macam sama kamu?""Eh, bukan itu maksud Delima. Maaf." Aku tertunduk diam."Biar Mas pakai kamar Lara aja." Dia kembali berjalan melewatiku. Aku membiarkannya saja. Ada rasa yang tidak enak juga di hatiku. Apa Mas Raka tersinggung dengan ucapanku. Selalu curiga dan menuduhnya ingin berbuat yang tidak-tidak denganku. Ternyata ucapan Mas Raka tidak main-main. Mas Raka benar-benar telah menceraikan Mbak Silvi rupanya. Entah aku harus kasihan melihat nasib mere
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part72

Mengurung diri di kamar bukanlah kebiasaanku. Aku hanya masuk ke sana saat akan mandi dan juga tidur. Selebihnya aku lebih suka berada di luar, mengerjakan apa pun yang bisa aku kerjakan. Lalu, kalau sekarang Mas Raka terus berkeliaran di rumah ini, aku harus bagaimana?"Mas lupa bawa handuk, Dek. Boleh minta tolong, ambilin handuk Mas yang ada di kamar kamu?" Mas Raka tiba-tiba saja sudah berada di belakangku."Handuk? Oh, ada, Mas. Sebentar, ya. Delima ambilin." Aku bergegas naik ke atas. Lemari besar di kamar yang aku tempati ini, memang masih banyak pakaian yang masih tersusun dan tergantung rapi. Mungkin karena mereka sering menginap di rumah Mama. Jadi tak perlu bolak-balik membawa pakaian.Aku keluar dari kamar dengan membawakan sebuah handuk berwarna putih. Ternyata Mas Raka sudah menunggu di depan pintu. Syukurlah dia tidak asal masuk. Padahal aku memang lupa mengunci pintu tadi."Ini, Mas, handuknya. Barang-barang Mas masih banyak di dalam. Biar nggak bolak-balik, Mas tingg
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part73

Sontak aku gelagapan menyadari posisi kami saat ini. Aku berusaha bangkit dan membebaskan tubuhnya dari himpitanku. "Ma_maaf, Mas. Delima nggak sengaja." Aku sedikit panik atas kejadian barusan. Mas Raka juga berusaha bangkit sambil mengulurkan tangannya padaku."Apa?" tanyaku heran."Tolongin." Aku menelan ludah dan langsung bereaksi. Menyambut uluran tangannya untuk membantu Mas Raka berdiri. Manja sekali dia."Makan yang banyak, Dek. Jangan banyak pikiran. Tubuh kamu ringan banget. Nggak berasa.""Ish, Mas Raka," protesku kesal. Dia tertawa."Mas cuman bercanda, Dek. Jangan marah, ya?""Mas Raka nggak kenapa-napa?" Aku ikut menanyakan keadaannya setelah terjatuh tadi. Dia hanya tersenyum, tak menjawab."Kalau jalan hati-hati, Dek. Jangan buru-buru. Mas nggak gigit, kok," godanya.Aneh saja rasanya melihat sikap Mas Raka sekarang ini. Ternyata dia juga bisa bercanda dan menggoda orang seperti ini. Tak seperti pertama kali kukenal. Selalu tegang dan bersikap serius."Permisi, Mas."
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part74

"Mama akan ijinkan kamu tinggal di sini. Tapi awas saja kalau kamu sampai mengganggu Delima lagi, ya! Dia sudah jadi calon istrinya Deni," tegas Mama."Tapi, Ma....""Nggak ada tapi-tapian. Awas saja kalau Delima sampai nggak betah tinggal di sini gara-gara kamu. Kamu yang Mama usir. Ngerti!""Tega banget sih, Ma. Sama anak sendiri.""Kamu kan bukan anak-anak lagi.""Kalau Delimanya nggak merasa terganggu, nggak apa-apa kan, Ma? Iya kan, Dek?" Mas Raka menoleh ke arahku.Aku menelan ludah karena gugup. Kenapa situasinya bertambah rumit saja. Baru saja aku hendak mengalah dan pulang kampung untuk sementara. Agar Mas Raka bisa lebih leluasa dan nyaman di rumah ini. Tapi mendengar ancaman Mama, bisa-bisa Mas Raka benar-benar kena usir karena berpikir aku merasa tidak nyaman karena dia."Jawab, Dek. Kamu nggak keberatan Mas tinggal di sini, kan? Kamu nggak akan pergi dari rumah ini gara-gara ada Mas, kan?""I_iya, Mas. Delima nurut aja. Delima betah kok tinggal sama Mama." Hanya itu yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part75

"Raka? Ngapain kamu di sini?" Mas Deni memandangi aku dan Mas Raka bergantian."Gilak kamu, Den. Kamu lupa, kalau ini rumah aku? Kamu yang ngapain datang malam-malam begini," balas Mas Raka. Dia seperti pura-pura tidak tahu saja tujuan Mas Deni datang untuk bertemu denganku.Mas Deni menatapku. Seolah mempertanyakan kenapa aku tak bilang sebelumnya. "Masuk, Dek. Udah malam!" Mas Raka memberi perintah. Dahiku mengernyit melihatnya.Mas Deni langsung berdiri seperti menantang Mas Raka. Aku pun ikut berdiri, takut terjadi perkelahian lagi di antara dua bersaudara ini."Apa hak kamu nyuruh-nyuruh Delima? Dia di sini sama aku," jawab Mas Deni ketus."Kamu nggak malu, Den? Nggak bisa nyari perempuan lain apa, selain istri orang?""Kalian sudah bercerai, Ka. Delima bukan lagi istri kamu. Delima berhak memilih dengan siapa dia bisa menjalin hubungan.""Tapi kami masih terikat secara hukum. Aku masih punya bukti kalau Delima masih istriku. Aku bisa aja nuntut kalian telah melakukan perzinahan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part76

Usai sarapan, Mas Raka berangkat ke kantor. Sepertinya kemarin dia tidak masuk kerja karena masalahnya."Kenapa kamu tiba-tiba jadi pendiam, Delima?" tanya Mama. "Kamu nggak nyaman ada Raka di sini?""Eh, enggak kok, Ma. Delima baik-baik aja," sahutku. Tak ingin lagi ada perselisihan di antara Ibu dan anak itu hanya gara-gara aku."Apa Raka berbuat sesuatu sama kamu?""Enggak, Ma. Mas Raka sudah tau batasan sekarang.""Bener? Atau kamu diancam sama dia?" "Delima nggak bohong, Ma. Mas Raka masih memperlakukan Delima dengan baik.""Ya sudah, kalau begitu. Mama jadi lebih tenang sekarang. Banyak sekali masalah akhir-akhir ini. Dan Mama harap kamu nggak ninggalin Mama dalam kondisi seperti ini.""Iya, Ma. Delima janji. Akan terus nemenin Mama di sini." Mama tersenyum puas.Lalu kami mengobrol tentang banyak hal. Tentang kondisi Lara yang semakin membaik dan betapa lucu bayinya. Mama sampai berpikir tak mau pulang, saking gemasnya pada cucu yang baru lahir itu. Ternyata sesayang itu dia d
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part77

Mbak Silvi ingin kembali melayangkan pukulan. Namun dengan cepat aku menangkap tangannya dan mendorong tubuhnya. Dia terhuyung dan hampir jatuh. "Berani kamu, ya!" bentaknya."Mau apa kamu ke sini?" geramku, hingga aku tak lagi memanggilnya dengan sopan.Rasa perih di pipiku akibat tamparannya membuat hilang rasa hormatku padanya."Dasar nggak tau diri kamu! Kembalikan Mas Raka sama aku. Di mana dia kamu sembunyikan?""Cari aja sendiri. Mas Raka bukan anak kecil lagi yang bisa diatur-atur. Kalau dia pergi dari kamu, berarti memang ada yang tidak beres sama kamu.""Sudah berani kamu sekarang, ya. Dasar orang kampung. Sudah dikasi hidup enak malah ngelunjak." "Aku nggak pernah takut sama kamu. Kamu sendiri yang membuat suami kamu pergi. Kenapa harus nyalahin orang lain? Dasar orang gila!" Entah kekuatan dari mana hingga aku bisa selantang itu berbicara."Dasar perempuan kurang ajar. Kamu itu cuma gundik. Tidak lebih dari seorang pelacur." Dia kembali mendekatiku. Bermaksud hendak meny
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part78

Cih, pintar sekali wanita ini bersandiwara. Padahal baru saja dia bersikap seperti orang gila padaku."Kamu aja yang pulang. Dan tunggu surat cerai sampai ke tangan kamu.""Jangan, Mas. Aku nggak mau. Aku nggak mau cerai dari kamu. Kamu harus pulang sama aku. Kamu nggak boleh lagi tinggal sama pelacur ini.""Diam kamu, Silvi. Sekali lagi kamu hina Delima, aku nggak akan segan-segan lagi sama kamu.""Mas!""Jangan salahkan Delima untuk semuanya. Delima sama sekali nggak ada hubungannya dengan keputusanku.""Tapi aku istri kamu, Mas.""Kamu lupa kalau aku sudah menjatuhkan talak sama kamu?""Jadi kamu lebih memilih pelacur ini dari pada aku?"Plak!Aku menutup mulut dengan kedua tanganku saat Mas Raka menampar Mbak Silvi. Mbak Silvi menatap tajam suaminya sambil memegangi pipinya. "Tega kamu, Mas," rintihnya."Aku sudah memberi peringatan sebelumnya. Jangan pernah berani menghina Delima. Urusan kamu sama aku. Sekarang kamu pergi, atau aku panggil polisi karena kamu telah membuat keribu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part79

Dia menghentikan kata-katanya."Lagi apa, Mas?" tanyaku penasaran. "Eh, nggak. Mas juga jarang-jarang dengar suara kamu, kok." Mas Raka gelagapan. "Kamu kenapa belum tidur jam segini?" "Tadi sudah mau tidur. Tapi Mas Raka tiba-tiba nelpon. Apa lain kali tidak usah diangkat saja, kalau sudah mengantuk?""Eh, eh. Udah berani kamu, ya." Aku tertawa mendengarnya.Kudengar suara Mas Raka seperti bernapas lega. "Kenapa, Mas?" tanyaku lagi."Mas senang, kita bisa bicara santai seperti ini. Makasih ya, Dek. Kamu udah nggak takut lagi sama, Mas."Aku tertegun. Bahkan hal yang tak kusadari pun bisa membuat orang lain merasa lega.*Pagi ini aku pamit pada Mama untuk ikut Mas Deni. Sengaja menunggu Mas Raka berangkat ke kantor terlebih dahulu. Padahal Mama sendiri tidak tahu kalau aku dan Mas Deni sekarang lagi kucing-kucingan sama Mas Raka. Bertemu pun harus diam-diam.Aku bisa saja mengadu pada Mama. Tapi posisiku yang hanya menumpang membuatku tak bisa melakukannya. Seperti memakan buah si
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Part80

"Oh, iya, Den. Soal pesta, nanti kita adakan di rumah kamu aja, ya. Biar kita buat acara yang meriah. Di kampung Delima kita adakan akad saja. Biar Delima nggak terlalu jadi sorotan orang kampung.""Kalau Deni nggak masalah, Bulek. Terserah Delimanya aja.""Kalau kamu, gimana, Delima?" Mama meminta pendapatku."Delima juga nurut, Ma. Gimana baiknya aja.""Ya sudah, nanti Mama tanyakan sama Ibu kamu. Setuju atau enggak.""Baik, Ma."Setelah Mas Deni pulang, aku langsung menuju ke kamar untuk menyimpan barang-barang yang aku beli tadi. Padahal aku tidak memintanya. Tapi dengan begitu royal dia membelikan semua ini untukku.Aku terduduk di ranjang sembari memegangi bibirku. Teringat saat Mas Deni mengecupnya tadi. Membuat perasaanku semakin tak karuan. Inilah ciuman pertamaku dengan seorang lelaki. Padahal sebelumnya aku berpikir, bahwa Mas Rakalah yang akan mengambil semuanya.Usai makan malam aku memijat punggung Mama. Mengobrol dan tertawa bersama. Tak lama Mas Raka datang dan bergabu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status