Home / Rumah Tangga / Mesin Cuci / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Mesin Cuci: Chapter 131 - Chapter 140

162 Chapters

BAB 131

Kulihat ibu kembali mengambil batu besar yang memang sengaja kuletakkan sebagai aksen hiasan di taman mini depan rumahku. Nyatanya benda itu justru digunakan ibu untuk melempari kaca rumahku saat ini. Mas Riza nampak berlari cepat ke arah ibu. Tak kusangka, justru suamiku harus merasakan sasaran lemparan baru yang di arahkan padanya. Batu seukuran kepalan tangan anak itu mendarat di pelipis suamiku yang tak sempat menghindar. Aku berteriak histeris melihat kucuran darah dari kepala suamiku. Rasanya seluruh persendianku lemas seketika. Wanita itu benar-benar jauh lebih mengerikan dari biasanya. "Apa kau sudah gila? Kau melukai anakmu sendiri, Sari!" teriak bapak yang langsung mencekal lengan istrinya. Sementara Mas Riza yang berjalan sempoyongan segera kupapah meski rasa marahku pada wanita yang melakukannya begitu besar. Rasanya ingin kubalas perlakuan kasarnya pada Mas Riza itu. "Anak? Bahkan anak ini sudah tak menganggapku ibu semenjak wanita itu datang kemari! Dia melupakan jasa
last updateLast Updated : 2022-10-30
Read more

BAB 132

Sebuah PerubahanMas Riza menepikan mobil yang kami naiki tepat di restoran yang terkenal dengan menu ayam bakarnya. Beberapa kali kami menyempatkan diri singgah saat melewati rute ini. Satu tahun terakhir terpaksa kami harus bolak-balik melewati jalanan ini karena pihak rumah sakit jiwa tempat ibu tiri Mas Riza dirawat berkali-kali menghubungi kami. Ya… Wanita itu harus kami rawat di rumah sakit jiwa karena keadaan mentalnya terganggu. Tepat satu tahun kami harus merawatnya di tempat itu karena kondisinya makin yang mengkhawatirkan. Tidak hanya melukai diri sendiri, dia juga selalu berusaha melukai orang-orang yang ada di dekatnya. Bahkan bapak mertuaku harus mendapat puluhan jahitan di punggungnya karena ibu menyabetkan senjata tajam saat dia tengah tertidur lelap. Beruntung dia langsung terjaga dan menghindar meski punggungnya berdarah-darah. Dia masih sanggup berlari keluar rumah sambil meminta pertolongan. Tak hanya itu, saat frustasi tak kunjung menemukan Tika, dia langsung
last updateLast Updated : 2022-10-31
Read more

BAB 133

"Mbak. Gimana kabar ibu?" tanya Tika yang langsung memberondongku pertanyaan saat aku baru masuk ke dalam rumah. Sepertinya dia langsung kemari setelah kukabari bahwa aku dan Mas Riza menengok ibu siang tadi. Fatih, anak lelakinya yang kini sudah berusia sembilan bulan tengah asyik bermain bersama Lala dan Risa. "Masih belum ada perkembangan, Tik. Dia masih suka hilang kontrol hingga harus diberi obat penenang," jawabku jujur. Kulihat raut kesedihan tergambar dari wajahnya. "Mbak. Apa aku harus ke sana?" tanya Tika penuh keraguan. Aku tahu, bahkan untuk sekedar mengatakan hal itu pasti sangat berat untuknya. "Belum waktunya, Tik. Lebih baik kamu fokus dulu dengan Fatih." Tika menanggapi saranku dengan mengangguk. "Dimana ayahnya Fatih?" tanyaku pada Tika. "Tadi setelah mengantar kami kemari, dia langsung berangkat lagi ke tempat jualan," jawab Tika sambil membenahi jilbabnya. Kami semua tak menyangka bahwa Tika berubah sedrastis ini. Dari informasi yang diberikan Ustadzah Fatma
last updateLast Updated : 2022-10-31
Read more

BAB 134

Kabar dari Rumah Sakit Mas Riza menggenggam tanganku masuk ke sebuah gedung megah tempat resepsi pernikahan Farida dan Dika digelar. Foto-foto praweding wereka menghiasi setiap sudut ruangan raksasa ini. Tepat di pintu masuk sebelah kanan, terdapat booth foto tempat tamu undangan mengabadikan peristiwa penting mereka berdua. Hiasan bunga mawar dan hydrangea warna kuning membuat booth tersebut makin terlihat elegan. Dari arah kejauhan, aku melihat Farida dan Dika yang sudah duduk di atas pelaminan. Aku terpukau melihat penampilan sahabatku itu. Gaun pengantin yang dia gunakan memiliki detail kerah dan payet berwarna putih disekujur tubuhnya. Farida sepertinya sengaja gaun yang digunakannya didesain tidak terlalu menonjolkan bentuk tubuh wanita itu. Untuk menyempurnakan penampilan, gaun pengantin muslimah itu dilengkapi dengan veil yang menjuntai panjang, sangat pas digunakan Farida yang ingin menikah dengan konsep elegan. Dia pernah bercerita mengenai keinginannya itu padaku. Dada
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

BAB 135

"Apa kabar?" tanya mantan suami Farida. Aku berusaha tersenyum meski apa yang terjadi dengan masa lalunya bersama Tika membuatku cukup kaku. Apalagi Mas Riza yang dulu hampir memukul lelaki itu. "Alhamdulillah, baik Mas. Mas sendiri bagaimana kabarnya?" Lelaki itu tertawa lirih. Aku melihat aura kesedihan terpancar dari wajahnya. Mas Riza yang berada di sebelahku terlihat cuek dan memilih tak terlibat dengan obrolan kami. "Beginilah, Vit. Kira-kira bagaimana perasaan seseorang yang dipaksa untuk mendatangi pernikahan mantan pasangannya?" ucapnya dengan nada ironi. Aku maklum melihat ekspresinya. Tetapi semua ini memang berawal dari kesalahan yang diperbuatnya sendiri. Jika bukan dia yang berselingkuh, tak mungkin Farida memilih bercerai yang akhirnya pada Dikalah dia melabuhkan cintanya. "Jadi, Mas Reno kemari bukan atas inisiatif sendiri?" tanyaku penasaran. Lelaki itu menggeleng perlahan. Dia menunjuk ke satu sisi barisan kursi. Disanalah aku melihat ibunya, tengah berkumpul den
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

BAB 136

Kondisi Ibu Mertua Mas Riza menatap nanar wanita di depannya. Dia menggenggam erat teralis yang digunakan sebagai pembatas ruangan yang ditempati ibu sendirian. Aku tahu apa yang dirasakan suamiku itu. Bagaimana jahatnya ibu tirinya, tetap saja belasan tahun waktu yang dihabiskan dengan wanita itu membuat kenangan di dalam ingatannya. "Maaf, Pak. Sepertinya memang sudah saatnya seseorang yang bernama Tika itu menemui Bu Sari. Dia terurs-menerus memanggil nama itu." Dokter Lidya membuka percakapan. Mas Riza menarik napas dalam-dalam tanpa menolak ke arah dokter yang mengenakan jilbab lebar menutupi setengah tubuhnya. "Sejauh ini belum ada perkembangan berarti, Bu Sari belum merespon apapun yang dikatakan padanya. Dengan kehadiran seseorang bernama Tika, siapa tahu mampu memperbaiki kondisi kejiwaannya. Paling tidak dia mulai mengingat siapa dirinya." Dokter Lidya mulai menjelaskan keadaan ibu akhir-akhir ini. Seringkali ibu berteriak seolah dirinya tengah berada dalam bahaya. Tidak
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

BAB 137

"Mbak, tadi Bapak kemari. Entah apa yang dikatakannya pada Ibu Safitri, hingga Ibu terlihat marah dan sampai sekarang berdiam diri di kamarnya." Tika menyambut kedatanganku dengan laporan mengenai tingkah ayah mertua. Aku menghela napas sejenak, memang akhir-akhir ini aku melihat lelaki itu tampak frustasi dengan apa yang menimpanya. Entah perasaanku saja atau memang begitu kenyataannya, Bapak selalu berusaha mencari perkara dengan kami. "Bapak lama di sini?" tanyaku pada Tika. Adik iparku yang mengenakan abaya warna hitam itu mengedikkan bahu sembari menarik tubuh anaknya agar mendekat. "Kurang tahu, Mbak. Tadi saya kemari mereka sedang bertengkar." Aku yang bahkan belum meminum segelas air pun setelah pulang dari rumah sakit membuat rasa lelahku bertumpuk. Persoalan keluarga Mas Riga membuat kepalaku berdenyut nyeri. Belum lagi kondisi Mas Riga yang seperti terguncang melihat ibu tirinya dalam keadaan yang menyedihkan. Kami sepakat memberi tahu keadaan ibunya pada Tika secepatny
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

BAB 138

Masalah BapakMas Riza menyugar rambutnya kasar. Aku tak bisa membayangkan bagaimana lelaki itu memikirkan persoalan runyam yang makin membelit keluarga kami. Apalagi persolan tersebut berhubungan dengan orang-orang terdekatnya. Hari ini aku dan Mas Riza sengaja mendatangi rumah Bapak yang kini tinggal seorang diri di rumahnya. Sebenarnya berkali-kali dia diajak tinggal di rumah Tika, namun dia menolak. Tika pun menolak tinggal di rumah Bapak dengan alasan dia merasa tertekan setiap kali melihat rumah setiap sudut rumah itu. Tinggal bersamaku dan Mas Riza? Tentu saja hal yang mustahil, terutama karena keberadaan Ibu di rumah kami. "Pak, sepertinya untuk sementara waktu Bapak tinggal bersama Tika dulu. Kami khawatir jika Bapak tinggal sendirian di rumah ini. Tika dan Tio tak keberatan, bahkan mereka memintaku untuk membujuk Bapak tinggal bersama mereka." Mas Riza langsung menyampaikan persoalan yang memang ingin kami bahas, tentu selain larangan untuk mendatangi rumah kami untuk se
last updateLast Updated : 2022-11-09
Read more

BAB 139

Mas Riza mengurai kalimatnya panjang lebar. Tetapi lelaki setengah baya di depanku tetap bergeming, tak mengubah ekspresi wajahnya sedikit pun. Datar, bahkan tak terlihat tersinggung dengan penuturan Mas Riza. "Seharusnya Bapak fokus dengan pengobatan Ibu. Keadaannya memburuk, dia lebih sering melukai dirinya sendiri. Satu atau dua minggu ke depan kami akan menengoknya, kuharap Bapak dan Tika juga ikut. Siapa tahu dengan kedatangan keluarga dekatnya bisa memberi dampak positif bagi kesehatannya." Mas Riza menatap tajam ke arah ayah kandungnya. "Berhenti menambah pikiran kami, Pak. Sudah cukup persoalan Ibu yang sampai sekarang masih membutuhkan perhatian kita dan sedang kita usahakan kesembuhannya. Buang buang jauh-jauh keinginan Bapak untuk kembali rujuk, karena itu sungguh memalukan, dan kami—anak-anakmu—tak akan setuju!" Mas Riza bangkit, diikuti aku yang dari awal kedatangan kami tak sekecap pun kata keluar dari mulutku. Kuikuti langkah Mas Riza yang langsung berjalan ke luar r
last updateLast Updated : 2022-11-09
Read more

BAB 140

Siapa Lila? (POV Tika) "Mas, siapa Lila?" Aku mengarahkan tatapan menyelidik ke arah wajah suamiku, yang saat ini baru pulang dari lapaknya berjualan. Lelakiku itu menautkan kedua alisnya. "Kamu buka ponselku, Bu?" tanyanya sambil melepas jaket yang dikenakannya. Dia mengalihkan topik yang sedang kutanyakan. "Siapa Lila, Mas?" Kembali aku menanyakan hal yang sama padanya. Dia menarik napas perlahan sambil duduk di tepian pembaringan kami. Waktu yang sudah menunjuk ke jam sebelas malam membuatku cukup tahu diri untuk tak mengeluarkan kata-kata dengan nada yang keras meski hatiku bergemuruh hebat menahan emosi. Apalagi Fatih yang sudah terlelap tidur setelah seharian ini bermain tak kenal lelah. "Seharusnya bukan hal seperti ini yang kamu lakukan saat suami baru pulang dari mencari nafkah, Bu." "Jawab, Mas! Jangan bertele-tele. Mengapa aku seperti menangkap sesuatu yang tengah kau sembunyikan?" cercaku pada Mas Tio. Lelaki itu bergeming, tak beranjak dari posisinya semula. Dia h
last updateLast Updated : 2022-11-09
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status