"Kau tak membalas pesanku sejak semalam." Daryan tampak cemas saat datang. Aku menyeruput "brown sugar milk tea" tanpa boba. Tak mengindahkan ucapannya."Hei, kau pasti marah karena aku tak mengajakmu kemarin, kan?" Dia kembali meyakinkan.Dia benar. Aku merasa kesal karena sudah larut malam dia baru mengabariku. Mengatakan kalau dia baru saja sampai di rumah setelah acara selesai.Padahal dia bilang hanya acara ulang tahun keponakannya. Tidak mungkin selesai sampai larut malam.Aku meliriknya sekilas, lalu mengalihkan pandangan ke arah ponsel. Duduk manis di atas kursi dengan meletakkan dagu di atas meja."Sudah kuduga, kau pasti marah," bujuknya."Untuk apa aku marah. Aku menerima kembali uang yang diberikan ibumu untuk melunasi hutangku. Aku tak punya hak lagi mengambil anaknya," balasku, tanpa melihat wajahnya."Hei, apa-apaan kau!" Giginya merapat dengan geram. Aku tersenyum. "Aku sudah menjualmu. Jadi sebaiknya kau kembali saja. Atau ibumu akan datang dan marah-marah lagi padak
Read more