Home / Rumah Tangga / Pembalasan Rita / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Pembalasan Rita : Chapter 51 - Chapter 60

72 Chapters

Chapter 51 Pengakuan Narto

"Katakan apa yang kamu pikirkan atau rasakan?" Begitulah pertanyaan yang dilontarkan oleh Arka setelah mereka memastikan Eshan sudah tidur semalam karena jelas pembicaraan mereka tidak untuk didengar oleh anak-anak."Sebelum aku jatuh sakit. Aku bertemu dengan seorang anak.""Anak?""Iya, anak kecil. Lebih muda dari Eshan dan dia memiliki tanda lahir, tompel seperti milik Papa. Dia tampan dan mirip Mas Apri," terang Rita dengan mata berkaca-kaca. "Aku yakin bukan hanya berhalusinasi," tambahnya cepat-cepat begitu Arka tampak tercengang dibuatnya.Arka segera merubah mimik wajah begitu bisa menguasai rasa terkejutnya atas informasi baru ini. Pantas saja Rita merasa depresi. Apakah semuanya mungkin jika anak Rita lagi-lagi tidak meninggal tetapi sengaja dipisahkan darinya.Arka berdehem sebelum berkata, "Aku sangat yakin kamu tidak berhalusinasi tetapi kita harus memastikan dulu jika Jabang Bayi Kliwon memang masih hidup, jikapun dia lahir umurnya masih belum cukup bukan?""Namanya Bia
last updateLast Updated : 2022-10-23
Read more

Chapter 52 Rita Selingkuh

Hendro menatap tajam ke arah ponselnya seakan hanya dengan pandangan matanya benda pipih itu bisa meleleh atau mungkin hancur berkeping-keping. Ia tahu dengan perkataan tidak sopannya terhadap Daya jelas tidak patut, tapi rasa tidak berdaya dan putus asa, lebih tepatnya Hendro merasa kesepian walau bayi Dio yang lucu ada bersamanya.Namun di rumah sebesar ini, tanpa kehadiran Yesi dan ketiga anaknya dari wanita itu. Atmosfer terasa berbeda, udara yang ia hirup tak lagi sama. Menyesal ia menunda untuk segera kembali begitu ada kesempatan hanya saja kantor Aprianto tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Hendro terpaksa harus menggantikan adiknya untuk sementara waktu hingga pecandu itu kembali menemukan pijakannya. Apriyanto nyaris bangkrut jika Hendro tidak muncul di kantor sehari setelah bayi mungil tak bersalah itu berada di pelukannya. Sungguh ternyata sangat repot mengurus makhluk kecil tak berdaya tetapi memiliki dampak yang sangat besar karena adanya dia membuat hidup Hendro diant
last updateLast Updated : 2022-12-02
Read more

Chapter 53 Tidak Meninggal

Hah ... hah ... hah!Rita terengah-engah di pagi yang sudah terasa sangat terik walau waktu masih menunjukkan pukul sembilan, tapi langit sangat cerah dan biru sementara di tanah kuburan ini tidak ada satupun naungan. Lebih tepatnya di bagian tanah sebelah selatan, tempat di mana kuburan untuk para bayi dan anak-anak berada. Sudah satu jam lamanya Rita hilir mudik membaca setiap nisan berkali-kali untuk memastikan bahwa ada nisan bertuliskan Jabang Bayi Kliwon dan itu adalah miliknya tetapi nihil. Saat matanya mulai berkunang-kunang Rita memutuskan untuk berpindah pada sisi utara dan duduk pada bangku beton tepat di bawah pohon mangga. Rita lantas menegak air dari botol yang ia bawa sebelum memeriksa ponselnya. Rita pergi sangat pagi sebelum Arka dan Eshan bangun sehingga kedua pria kesayangannya pasti akan menghubunginya walau Rita sudah meninggalkan pesan dan benar saya 15 panggilan tak terjawab dari Arka dan Eshan. Rita mengusap peluh yang mengalir di pelipisnya sebelum melakukan
last updateLast Updated : 2022-12-03
Read more

Chapter 54 Niat Hati

Rita merapikan penampilannya begitu sampai di halaman parkir sekolah Eshan. Sudah banyak orang tua atau wali murid yang menunggu jam pulang sekolah. Rita memeriksa jam pada pergelangan tangannya yang menunjuk pada pukul 12 lebih 55 menit masih ada waktu lima menit sebelum bell berbunyi. Ia segera meraih kartu identitas wali dan keluar dari mobil. Namun baru saja ia hendak menutup pintu di depannya telah berdiri seorang wanita yang lebih tua darinya, wanita biasa yang saat ini sedang menenteng tas berisi pakaian yang telah akan di laundry.Rita tertegun tak menyangka akan berhadapan langsung dengan wanita yang diduga adalah ibu dari Ambro yang kini membalas tatapannya dengan tanpa ekspresi. Rita yang masih merasa terkejut berusaha mengingat-ingat nama wanita ini sesuai dengan informasi dari Yuda.Belum juga Rita membuka suara wanita itu lebih dulu berkata, “Saya tahu siapa Anda. Anda majikannya Pak Yuda kan? Tolong jangan tanya-tanya tentang keluarga kami. Kami tidak ada hubungannya d
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

Chapter 55 Ada Ambro

"Aku merasa tidak akan mudah sekarang ini untuk mendapatkan anakku," ujar Rita saat ini berada dalam pelukan Arka selepas makan siang."Kita belum bisa memutuskan hal itu Sayang. Masih banyak prosedur harus dijalani.""Kamu mematahkan semangatku?!""Tidak ... bukan begitu, hanya saja jangan terlalu berharap bagaimana jika bukan anak itu. Bisa jadi anakmu ada di panti asuhan dan kita harus memastikan bayi siapa yang dikubur Yesi.""Tapi aku yakin jika dia itu anakku," ujar Rita bersikukuh sampai matanya berkaca-kaca dan memerah, "maka dari itu aku ingin memberikan bantuan supaya Eros bisa melanjutkan kuliah dan nanti bisa bekerja di perusahaan. Boleh kan? Tolong jangan menolak."Rita kini memeluk pinggang Arka erat-erat seolah takut jika kekasihnya itu akan menolak permintaannya. Rencananya bisa berantakan tanpa ada dukungan dari Arka. Nathan Alsaki juga belum memberikan informasi apapun perihal kecelakaan yang menimpanya dulu.Mata Rita membulat begitu teringat dengan berita yang disa
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

BEASISWA EROS

"Biarkan aku yang membuatnya," pinta Rita yang langsung mengambil alih mengaduk cairan teh yang masih mengepul pekat."Awas Bu, masih panas banget."Rita tersenyum simpul. "Tolong ambilkan roti bolu yang sudah dipotong-potong tadi."Eli mengikuti perintah Rita, membuka lemari penyimpanan seraya berkata, "Bu Daya nggak ke sini, Bu?""Rencana sih tadinya mau begitu sama Abang juga tapi rasanya itu nggak mungkin. Ada Ambro, nanti Mama semakin syok.""Bagaimana dengan Ibu?" tanya Eli yang terlihat khawatir dengan keadaannya."Memangnya aku kenapa? Aku baik-baik saja. Entah mengapa aku sangat bahagia saat ini.""Ya, terlihat sekali jika Ibu bahagia sekali." Eli kemudian mendekati Rita dan menambahkan, "Saya merasa ada yang janggal.""Soal apa?" tanya Rita begitu selesai menaruh piring berisi bolu di atas baki."Kenapa mereka pindah. Coba deh Ibu perhatikan, Bu Entin itu usianya udah nggak muda loh. Seusia saya, sepertinya dengan enam orang anak coba untuk apa repot-repot pindah. Terlihat bu
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

SALAHKAN AKU

Entin sudah berada di taman kecil yang sudah mulai sepi karena waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tempat yang sudah dijanjikan untuk mereka bertemu. Namun sosok yang ditunggu tak kunjung terlihat batang hidungnya. Entin merapatkan cardigan usang berwarna biru tua karena hembusan angin malam yang semakin pekat.Bersandarkan pagar gazebo ia menggerutu, "Di mana Bandot Tua ini kok, sama sekali belum datang?"Entin kemudian mengeluarkan ponsel dan melirik pada layarnya yang tampak bersih dari notifikasi. Pesan pun tak ada, sedangkan daya batrenya tersisa 25%."Telepon lagi deh. Awas saja jika sampai tidak datang!"Belum juga Entin menyapa, dari seberang sana sudah lebih dulu berkata ketus sampai terdengar bantingan suara pintu mobil yang ditutup secara kasar, "Kenapa nggak bisa sabar sih? Sudah kangen sama aku? Kamu tahu kan, aku sudah nggak bisa apa-apa sekarang? Hah!""Ini sudah larut malam aku nggak bisa meninggalkan anak-anak terlalu lama.""Ada Eros bersama dengan mereka. Ja
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

TIDAK ASING

Sebelum Entin keluar dari mobil, Narto melempar sebuah kantong plastik berwarna hitam ke atas pangkuannya."Jauhi keluarga Rita. Bilang sama anakmu itu!"Raut kekecewaan muncul pada wajah Entin 'anakmu' padahal kalau pun dilakukan tes DNA, darah Narto jelas mengalir pada Eros."Dia juga anakmu," jawab Entin lirih dengan sisa tenaga karena sakitnya tenggorokan bekas cekikan Narto tadi."Kok, aku sekarang jadi nggak yakin dia anakku?"Entin menatap tajam kali ini. "Berhenti menjadi bajingan, Mas! Dia anakmu, mau buktikan?""Nggak perlu. Uangku cukup berharga untuk membuktikan hal sepele seperti itu!" balas Narto tak kalah emosi."Sepele katamu? Jika dia dengar, kamu bisa dibencinya. Dia satu-satunya anak laki-lakimu."Tak disangka reaksi Narto adalah tertawa terbahak-bahak. "Lucu kamu itu. Terlalu tinggi memandang posisimu di sisiku. Kamu pikir cuma kamu yang bisa kasih aku anak. Anakku semuanya laki-laki. Eros adalah yang terakhir sebelum aku tidak bisa apa-apa."Rasa sesak menghimpit
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

MEMINTA BANTUAN ARKA

Rita meneguk cairan coklat hangat yang baru selesai dibuatnya. Cuaca hari ini sedang tidak bersahabat, sejak semalam hujan disertai angin kencang turun dengan derasnya. Bahkan tadi pagi Arka melarangnya untuk mengantar anak-anak ke sekolah. Alhasil, Arka yang mengantar keempatnya sekaligus berangkat kerja. Ia pun tidak pergi ke pengadilan dan mengutus Erwin sendirian. Saat ini, ia baru selesai memasak untuk makan siang dan menunggu kabar dari Erwin."Bunda."Rita meletakkan gelasnya dan mengulurkan tangan menyambut Eshan yang baru kembali dari sekolah dan langsung disuruh mandi dan keramas karena terkena air hujan."Ya Sayang? Ada apa, kenapa cemberut gitu?""Aku tidak bergairah."Rita terkekeh geli mendengar jawaban anak itu. Rupanya kosakatanya semakin bertambah. Namun melihat postur tubuhnya yang terlihat lesu kata itu sepertinya tepat hanya saja sepertinya tidak cocok diucapkan anak berumur sembilan tahun itu."Kenapa tidak bergairah?" Rita mengusap bahu Eshan dan memijatnya lembu
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

CAPEK BERSEMBUNYI

"Kamu yakin akan menemuinya?" tanya Arka setelah mereka sarapan bersama."Yakin. Aku harus menghadapinya. Rasanya aku sudah capek sembunyi.""Kamu tidak sembunyi. Kamu perlu waktu untuk sendiri. Lagi pula memang sedari awal perceraian adalah keinginanmu. Apakah kamu berubah pikiran sekarang?" tanya Arka yang kini menampilkan raut kekhawatiran.Rita kemudian meraih tangan pria tampan di depannya. "Tidak Sayang. Aku tetap akan melanjutkan perceraian. Aku hanya ingin berbicara empat mata dengannya. Semoga saja dengan apa yang sudah dia lalui dan bertemu muka denganku. Mas Apri akan berubah pikiran.""Kenapa aku merasa sangsi.""Jangan begitu. Jika kamu tidak menguatkan aku lalu siapa yang bisa?""Aku dengar, Hendro dan kakaknya satunya itu akan mencari tahu siapa Bob dan Ilham.""Maksudnya bagaimana?""Mereka merasa curiga karena mesin pabrik kita pindah. Apalagi pabrik itu yang terbesar yang mereka miliki.""Apakah para karyawan di sana berdemo?""Aku rasa tidak. Kan kita gunakan pabrik
last updateLast Updated : 2024-06-16
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status