Home / Romansa / PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN: Chapter 111 - Chapter 120

126 Chapters

Bab 111

"Gini, Tan. Aku sebenarnya ada sesuatu untuk disampaikan berhubung kita bertemu dan aku rasa sudah saatnya. Kalau boleh, tante mau duduk dulu?"Bu Dania menghela napas, dia merasa malu untuk duduk dengan sahabat anaknya di mana dirinya sendiri jauh dari Gio apalagi untuk tahu bagaimana perasaannya tanpa diungkapkan dengan jujur.Setelah Akbar mengambil kursi dalam rumah dan Bu Dania ikut duduk, Dani langsung berkata, "sebenarnya Gio selalu memikirkan ibunya. Setiap hari dia akan bercerita bagaimana bahagianya seorang anak yang dimanjakan ibunya.""Aku gak memanjakan Gio bukan berarti gak sayang sama dia. Harusnya Gio sendiri tahu kalau aku kerja demi dia, supaya dia bahagia dan gak perlu mikir tentang kehidupan.""Tan, apa Tante sadar kalau selama ini Gio gak hidup mewah? Lihat saja motornya, itu dibeli pakai uang sendiri dan sudah lama gak diganti-ganti. Padahal kalau saja mau menerima uang dari Tante, tentu dia sudah punya mobil Pajero mungkin. Gio tidak pernah menerima uang itu dan
Read more

Bab 112

Saat sedang membongkar lemari karena mencari kalung liontin pemberian ibunya, Ayu menemukan sebuah amplop kecil terselip di antara tumpukan baju Akbar. Tangannya segera menyambar dengan rasa penasaran.Sebuah amplop lusuh, di beberapa sisi sudah ada robekan kecil yang menandakan benda itu memang sudah lama. Warnanya pun tidak lagi putih, tetapi kekuningan."Shanum?" gumam Ayu membaca nama itu di pojok kanan ampop.Rasa curiga tiba-tiba hadir mengusik pikirannya, Ayu lekas membuka amplop itu dengan hati-hati dan menemukan selembar kertas beserta sebuah foto berukuran kecil. Seorang gadis yang terlihat anggun dengan senyum menawan.Ayu kemudian menajamkan pandangan karena tidak mau salah sangka. Dia membaca rangkaian kalimat dalam kertas yang juga lusuh itu.____Wa'alaykumussalam, Akhi.Ana sudah membaca surat dari antum, terimakasih atas kejujurannya. Kalau benar antum serius seperti yang ada di surat itu, maka ana bersedia menunggu.Jujur saja, ana tidak suka berharap kepada manusia
Read more

Bab 113

Sampai selesai makan malam, Ayu tidak pernah membahas perkara Shanum lagi karena Akbar pun seperti enggan menjelaskan. Wanita berbadan dua itu memilih diam saja untuk menenangkan pikirannya.Ah, bukan malah tenang, dia malah semakin kepikiran. Dia sengaja menyibukkan diri dengan membaca al-qur'an magrib tadi agar tidak diganggu dan tepatnya belum siap menerima kenyataan.Ayu tahu, untuk mendengarkan sebuah penjelasan dari sang suami membutuhkan hati yang lapang untuk menerima segala konsekuensi. Jangan sampai ternyata Shanum adalah istri sirinya dulu, atau mungkin mantan kekasih yang saat ini masih mengganggunya.Kalau lah Shanum bukan orang penting, maka tidak mungkin surat dan amplop lusuh itu masih disimpan rapi bahkan sampai beberapa bulan setelah pernikahannya. Jika saja Shanum sudah meninggal, maka seharusnya Akbar berani menceritakan perkara itu lalu melupakannya.Wanita mana yang tidak cemburu saat tahu suaminya menyimpan kenangan dengan wanita lain. Memang sebuah kebenaran ka
Read more

Bab 114

"Ya, aku tidak tahu Shanum ada di mana, tetapi kamu tahu sendiri kalau Allah berkehendak mereka kembali bersama pasti bakal ketemu.""Aku tahu, tapi kamu ingat gak sudah berapa lama Malik gak ada? Katamu gak ada kabar lagi dan dari amplop itu pasti kejadiannya sudah lumayan lama. Sekarang yang perlu dipertanyakan itu kamu, kenapa masih menyimpan surat sementara orangnya sudah tidak ada?!"Entah keberanian dari mana, Ayu begitu berani meninggikan suara di depan Akbar. Dia tahu itu bisa menjadi sebuah dosa baginya, tetapi mau bagaimana lagi kalau hati sudah lebih dulu terbakar api cemburu?Bukan hanya Ayu, semua wanita akan merasakan hal yang sama. Tidak banyak dari mereka bisa memahami keadaan suaminya. Seandainya semua yang dijelaskan Akbar adalah kebenaran, kenapa takut menceritakan sejak awal agar tidak terjadi kesalahpahaman? Begitu pikir Ayu.Wanita itu memijit kening, dia tidak sanggup menatap Akbar lama. Sementara Akbar, dia kembali membuka suara setelah beberapa saat berusaha m
Read more

Bab 115

Akbar sudah berangkat kerja, Ayu langsung menyusun strategi untuk menemukan sebuah jawaban. Dia menyambar ponsel dan tas selempang yang digantung di belakang pintu kamar supaya Akbar tidak melihatnya.Pekerjaan rumah sudah beres karena cucian lagi kosong. Ayu merapikan jilbabnya di depan cermin sebelum benar-benar pergi. Tujuannya saat ini adalah rumah ibu mertua karena Akbar menyebut tadi malam kalau bukti itu ada di sana.Kalau tidak ada di setiap tempat atau cela, maka berarti Akbar akan membuat surat palsu untuk mengelabui Ayu, itu yang ada di pikiran wanita itu. Dia mengotak-atik ponsel, ternyata taksi online yang dipesan sudah menunggu di dekat rumah Gio.Ayu melangkah pelan karena takut terpeleset. Beberapa menit kemudian, dia sudah berada dalam taksi yang langsung melaju membelah jalan. Sepanjang jalan dia merasa khawatir, berharap bukti itu memang ada di sana agar keraguan dalam hatinya lekas menghilang."Maaf, Pak, bisa cepet dikit gak?""Bisa, Bu. Tapi kenapa memangnya? Kal
Read more

Bab 116

Pukul lima sore, Akbar sudah kembali. Dia menunjukkan sebuah amplop dari tas kerjanya. Amplop yang juga lusuh dan sedikit kotor. "Ini surat dari Malik."Ayu meraih surat itu dan membacanya perlahan.___Gue sengaja bikin surat ini sebagai kenangan. Lo tau gue mau pergi ke Singapura, kan? Nah, siapa tau aja kita gak ketemu lagi kalau entar gue dijodohin nyokap gue ma orang sana.Akbar, lo sahabat gue yang paling baik dan ngerti soal gue. Kalo nanti gue balik dan gak ngenalin lo, jangan langsung salah paham. Gue gak sejahat itu, tapi pasti ada alasannya.Lo juga ngarep kita ketemu lagi kan nanti? Awas aja lo gak ngarep sama sekali. Ini besok gue udah mo pergi, doain gue selamat sampai tujuan. Cuman elo teman gue, jadi doanya yang panjang-panjang.Tentang Shanum, gue titip dia ke lo. Jaga dan lindungi dia meski gue belum tau hatinya buat siapa. Kalo lo nerima surat dari dia, lo harus simpan dulu. Apapun balasannya gue yakin itu adalah yang terbaik.Kalo bukan bulan depan, tahun depan, mu
Read more

Bab 117

Masalah kembali selesai, aktivitas mereka normal seperti hari lainnya. Selama beberapa bulan pernikahan mereka terlalu banyak air mata yang terkuras sehingga Akbar berpikir untuk membiarkan istrinya menenangkan pikiran dengan cara yang wanita lain sukai."Kita ke mall yuk, Sayang? Kebetulan hari ini cuti, jadi bisa nememin kamu.""Ke mall? Ngapain?"Akbar mendengkus kesal. "Ke mall orang biasanya ngapain kalau gak belanja? Kan kasian kalau kamu cuman di rumah gak ada kegiatan, pasti ngebosenin juga, kan?""Belanja."Tiga jam setelahnya mereka sudah tiba di depan sebuah bangunan yang sangat tinggi. Jalanan sangat macet bahkan sulit memarkir kendaraan. Begitu selesai, Akbar bergegas turun membukakan pintu untuk sang Ratu.Ayu bergelayut di lengan kanan suaminya, tetapi kemudian Akbar harus menepis ketika melihat seorang lelaki tua yang kesulitan menyebrang. Dia meminta istrinya untuk menunggu sejenak."Hai, Manis. Laki-laki tadi suami kamu, ya?" Seorang lelaki bertubuh tinggi mencolek d
Read more

Bab 118

"Iya, kamu akan selalu salah di mata orang yang tidak suka atau tidak mengerti kamu. Tapi saya yakin kalau istrimu tidak akan menyalahkanmu," lanjut Pak Hatta."Benar begitu, Pak? Apa istriku gak bakal marah kalau dia sudah sadar?""Iya, benar. Satu yang perlu kamu ingat, Nak, bahwa sepahit apa pun hidup, kita tidak boleh berputus asa. Jangan pernah berpikir untuk mengakhiri hidup saat sedang depresi, sungguh istrimu saat ini begitu ingin untuk sembuh dan tertawa bersamamu lagi. Kamu percaya?""Bagaimana kalau aku sulit percaya, Pak? Mertuaku saja menyalahkan aku termasuk beberapa orang yang ada di lokasi kejadian tadi.""Maka paksa dirimu, paksa hatimu untuk percaya. Semua yang terjadi di muka bumi adalah takdir dari Tuhan. Mereka menyalahkanmu mungkin karena masih shock. Kalau saja istrimu kecelakaan saat bersama sahabatnya, kamu pasti refleks menyalahkannya juga, kan?"Akbar kembali menangis, ada amarah dalam hatinya untuk menghabisi lelaki yang berani menyentuh istrinya. Kalau saj
Read more

Bab 119

Lima hari di rumah sakit, Ayu sudah diperbolehkan pulang. Meski sudah bisa makan, tetapi rasa nyeri itu selalu ada terutama ketika mau buang air. Padahal sejak zaman gadis, dia selalu berprinsip untuk menghindari caesar.Bagaimana tidak, dia tahu bagaimana sakitnya setelah obat bius hilang dari cerita teman-temannya. Apalagi resiko yang sangat besar harus dia lalui termasuk banyaknya pantangan yang wajib dihindari.Ayu ingin membuang napas kasar, tetapi takut menimbulkan rasa nyeri lagi. Membayangkan saja sudah membuat wanita itu merasa ngilu. Sekarang pun dia harus membuka mulut untuk menerima suapan dari suami tercinta."Kamu harus banyak makan protein, Sayang, biar jahitannya cepat kering. Jangan nonton atau baca buku humor dulu, harus semangat untuk sembuh. Sore nanti kita latihan jalan lagi, ya?""Sakit.""Enggak, kok.""Enggak, enggak. Kamu mana tahu, aku yang ngalamin, By! Sakit asli kalau nyeri datang lagi, serasa dikoyak-koyak. Duh, ngilu."Akbar tersenyum membenarkan Ayu kal
Read more

Bab 120

Jam sudah menunjuk angka empat sore. Tepat ketika Akbar selesai salat asar, dia langsung membantu sang istri untuk bangun. Mereka menuju ruang tengah dan latihan jalan di sana.Ayu memejamkan mata kuat karena perutnya sedikit merasakan nyeri. Namun, dia harus bertahan untuk sembuh karena kata dokter, semakin sering beraktivitas, maka mempercepat pemulihan.Akan tetapi, Ayu juga diingatkan untuk tidak bergerak lebih lama jangan sampai lelah atau melakukan aktivitas berat. Akbar pun terlihat tidak ingin melepas tangan istrinya walau sedetik."Susah, By. Susah geraknya.""Enggak, kok. Kita latihan lagi ya. Kamu ingat pesan ibu tadi siang, kan? Harus semangat untuk sembuh biar Allah kabulkan doa kita.""Kok ibu cepet pulangnya, By? Aku aja gak liat ibu pulang gara-gara ketiduran." Ayu sedikit memanyunkan bibir karena masih rindu pada ibunya."Loh kan ada aku di sini. Kemarin waktu aku kerja kan ibu lama nemenin kamu." Akbar menghela napas. "Lanjut lagi, Sayang."Perlahan Ayu mengangkat ka
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status