Home / CEO / Gairah Istri Kelima Juragan / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Gairah Istri Kelima Juragan: Chapter 81 - Chapter 90

95 Chapters

Penjahat Cinta

***"Hei, Moko, terima ini!"Bug!Bug!Gedebugg!Seorang pria besar tinggi dengan luka jahitan di beberapa sisi wajahnya nampak berdiri di belakang Moko dan menghujamkan beberapa pukulan membuat pria berwajah manis itu jatuh tersungkur."Aku ingin berduel denganmu di lapangan lapas "Mengapa aku harus melakukannya?" jawab Moko dingin. "Karena kau b******* dan sudah membuat banyak orang kesusahan. Apa kau tahu kalau ibumu suhita sudah meninggal dunia dan aku tahu keluargamu sekarang bangkrut dan jatuh miskin. Entah ke mana istrimu. Dan adikmu si Prabawa yang tak pernah dididik dengan benar selalu saja berbuat onar. Ia bahkan meminta istrinya untuk bekerja. Benar-benar Keluarga yang luar biasa. Tapi aku tak akan menyalahkan ibumu. Biar bagaimanapun aku pernah makan dari jari jemari tua wanita yang sebenarnya masih memiliki hati yang baik itu."Moko bergeming di tempatnya. Ia mendengarkan dengan seksama perkataan Jaka, jawara lapas yang amat disegani dan ditakuti."Tak apa Jaka, jika me
last updateLast Updated : 2022-10-24
Read more

Kenangan Yang Mengendap

Ruang kerja Chandrakanta di kediaman istri pertamanya nampak gelap.Mungkin pria itu sengaja mematikannya karena ingin berdiam diri dan mengenang kebersamaannya terhadap Yuvati, istri pertamanya.Kedua anak Chandrakanta bersama Yuvati juga berdiam diri di ruangan sebelah. Anak laki-laki itu tak bisa tidur dengan nyenyak.Mereka sudah mengetahui bahwa ibunya meninggalkan sebuah wasiat agar rumah kediaman itu dijual dan uangnya dipergunakan untuk membangun sebuah panti asuhan.Zubair dan Zain merasa dilema, di satu sisi tak rela jika rumah ini dijual karena ada begitu banyak kenangan di dalamnya. Namun, di satu sisi wasiat ibu bagaikan sebuah titah yang mutlak."Ayo, kita temui Baba, Kak," ucap Zubair kepada kakaknya yang saat itu sedang sibuk menekuri langit-langit kamar."Apa yang ingin kamu katakan kepada Baba. Kakak bukan tidak ingin bertemu dan menemanimu. Tapi sepertinya Baba sedang banyak pikiran semenjak kepergian ibu.""Justru itu, semoga saja dengan pandangan kita membuat Baba
last updateLast Updated : 2022-10-25
Read more

Kepulangan Praya

***Bulan berlalu Praya yang tengah menempuh pendidikan dan mengelola bisnisnya di Maroko akhirnya pulang.Wanita berkulit eksotis dengan hidung mancung dan mata bulat besar itu sempat bertengkar karena sesuatu yang tidak diketahui oleh Malini dan yang lain.Mungkinkah itu gara-gara rumah pertama mereka yang dijual? Rumah yang sudah ditempati puluhan tahun oleh Yuvati dan Chandrakanta.Pria itu adalah pria yang baik. Makin tahun, makin ke sini pria itu menjadi pria yang baik untuk anak dan istrinya. Dan ketika mengetahui Praya merajuk tanpa ia ketahui sebabnya, sebisa mungkin Chandrakanta menghibur istrinya agar tak lagi merajuk. Apalagi istrinya sudah merelakan banyak hal untuk pulang kembali ke Indonesia dan meninggalkan dunianya di sana."Mas kan sudah memberitahukan rencana untuk menjual rumah itu. Kamu udah bilang, okay, kan kemarin? Mas, Taka akan lupa, walaupun kamu jauh, Mas selalu saja memberitahu segala sesuatu yang ingin Mas putuskan. Tapi kenapa Ketika pulang ke Indonesi
last updateLast Updated : 2022-10-26
Read more

Calon Pembeli itu, Ternyata

..."Aku benar-benar bersama dengan teman-temanku. Kami sedang membahas sesuatu. Oh ya, besok pagi aku minta Mas bersiap untuk bertemu calon pembeli yang akan membeli rumah Mbak Yuvati.""Apa benar seperti itu?" tanya Chandrakanta tak percaya bahwa Praya bisa menjual rumah kediaman Yuvati dalam waktu beberapa jam saja."Ya, mudah-mudahan saja. Mereka sepertinya benar-benar berniat untuk membeli rumah itu.""Kalau begitu akan mempersiapkan surat-menyuratnya. Jam berapa kira-kira Mas harus bersiap?""Mungkin jam 09.00 atau jam 10.00. Nanti pagi-pagi sekali, aku akan kirim pesan untuk memastikannya. Apakah Zain dan Zubair sudah kembali ke pondok?""Baru saja. Tadi diantar oleh Mang Oding dan Pak Hartoyo.""Uhm, sayang sekali. Tapi mereka sudah memberikan izin.""Sudah sayang ....""Kalau begitu ajak Rania, Malini dan anak-anak juga. Jika Mang Oding dan Pak Hartoyo mau menemani ajak semua untuk bertemu dengan calon pembeli yang akan membeli rumah mbak Yuvati.""Apa boleh seperti itu, sa
last updateLast Updated : 2022-10-27
Read more

Rumah Cinta Praya

..."Ya, benar. Itu Praya Maheswari, Tuan Chandrakanta. Nona Praya yang akan membeli rumah ini. Anda bisa bertemu dengannya langsung," ucap pria itu.Ketika Praya tengah berbicara dengan Chandrakanta, semua sementara ikut bergabung dan bermain bersama anak-anak yang dibawa oleh Anthony dan Praya."Selamat pagi, Mas. Apakah tidur Mas nyenyak semalam?" tanya Praya dengan senyum yang mengembang.Chandrakanta masih tak mengerti."pa maksud semua ini, sayang?""Mas, bolehkah saya yang membeli rumah mbak Yuvati. Bukan untuk saya pribadi. Tapi untuk semua anak-anak itu dan para pengurusnya. Tolong bantu saya, Mas. Saya ingin mewujudkan impian Mbak Yuvati. Tapi saya juga tak ingin menjual rumah itu kepada orang lain."Praya mulai berbicara serius tak ada lagi senyum mengembang di wajahnya yang ada hanya air mata yang menggenang. Malini meninggalkan keduanya tak ingin mengganggu percakapan antara mereka berdua.Rasa nyeri mendera dalam dada Chandrakanta. Saking senang dan bahagianya dadanya
last updateLast Updated : 2022-10-28
Read more

Sepuluh Tahun Kemudian

Sepuluh Tahun Kemudian ***Suhu dingin benar-benar mencekam. Gubuk di tengah hutan itu nampak berselimut kabut tebal. Dua orang wanita menghangatkan tubuh di depan sebuah perapian sederhana. "Ingat, jangan ke mana-mana. Malam ini Nenek ada pekerjaan di luar gubuk.""Pekerjaan? Pekerjaan apa, Nek?" tanya gadis eblasan sambil memasang wajah cemas. Rambut kemerahannya sesekali terlihat berpendar dan berubah warna ketika bara api di hadapannya berkobar tertiup angin yang masuk melalui celah-celah."Yang pasti bukan membunuh orang. Kenapa kau selalu saja ingin tahu? Nenekmu ini tidak pernah melakukan hal-hal yang dilarang oleh norma-norma.""Aku tahu, Nek. Untuk itu ajaklah aku," ucap gadis muda meremas jari jemari neneknya. Neneknya menggeleng."Tidak, belum waktunya. Nanti saja.""Aku akan kesepian di dalam rumah, lebih baik Nenek mengajakku. Aku bisa membantu membawakan tas-tas Nenek atau apapun itu.""Ah, sudahlah. Kau malah akan menyusahkanku.""Tolonglah, Nek ..." pinta cucunya de
last updateLast Updated : 2023-03-30
Read more

Gadis Misterius

***Juragan menembakkan senapannya ke arah langit, cahaya itu berpendar sangat indah. Malini dan putrinya terkejut. Gadis kecil itu menangis dalam pelukan ibunya padahal ia baru saja akan memejamkan mata."Oh, ada apa itu?" tanya Malini menggendong putrinya yang menangis.Keduanya menuruni anak tangga kayu. Pintu ruang tamu terbuka, angin malam yang dingin dan serpihan hujan nampak masuk."Mas membuat keributan di tengah malam. Tidak tahukah kalau keponakanmu baru saja akan tertidur.""Maaf sayang tapi ada sesuatu di sana," tunjuk Juragan."Sesuatu? Maksudmu apa Mas? Serigala, beruang, atau Yeti? Dia tidak akan mengganggu selama kau menutup pintunya. Sudahlah, Mas!""Tapi aku pikir itu manusia." "Ayolah, Mas ! Manusia mana yang rela mengendap-ngendap ke villa tengah hutan, tengah malam seperti ini!""Tapi, aku benar-benar melihat jubahnya yang berwarna merah.""Sudahlah, Mas? Kita sedang berlibur. Jadi jangan bertingkah yang aneh-aneh. Lusa kita pulang ke kota dan Mas bisa kembali be
last updateLast Updated : 2023-03-30
Read more

Pitaloka dan Astungkara

***"Aah .... Ahhh ... Aaah ...."Astungkara mengintip Pitaloka dari sebuah celah. Senyum seringai mewarnai wajahnya yang tegas. Bukannya marah, Astungkara malah tersenyum melihat istri keduanya itu dan apa yang dilakukannya di dalam kamar.Bukannya marah, Astungkara malah mengusap jambang tebalnya dan teringat akan sebuah hal."Hmmm ... Bagus, Pitaloka," gumamnya pelan."Uhhhhhhmmm ... Ahhh ... Ahhh."Erangan itu membawa sebuah senyum di wajah Astungkara. Ia memang sudah lama tak bercinta dengan Pitaloka. Akan tetapi, Astungkara seolah sedang menyiapkan sesuatu bagi istri keduanya. Astungkara berjalan pelan meninggalkan kamarnya. Ia ingin memberikan sebuah jeda bagi Pitaloka menuntaskan apa yang tengah dilakukan di kamar pribadinya dan Astungkara.Gayatri, ibu Astungkara sedang berada di ruang tamu megah dengan ornamen keemasan saat putranya turun. Kudapannya dilempar ke sembarang arah membuat Astungkara menghela napas."Istrimu ke mana, tidur lagi?" "Lagi ada kerjaan di kamar, Bu.
last updateLast Updated : 2023-03-30
Read more

Kebusukan Yang Terbongkar

***Philips datang dengan setelan jas warna hitam. Keadaannya benar-benar sangat mengkhawatirkan. Pitaloka seolah melihat sosok hantu Philips dengan wajah pucat dan senyum menyeringai."Tidak, tidak! Philips sudah mati! Aku sudah membunuhnya," ucap Pitaloka tak sengaja.Astungkara tersenyum menyeringai."Lihatlah, betapa ajaibnya hati wanita ini. Dia benar-benar mengakui bahwa Philips sudah dibuat mati. Kau dengar itu, Philips? Aku tak habis pikir mengapa dulu kau kerap membantu wanita yang tak memiliki hati ini. Ah, sudahlah. Dari pada berlama-lama, lebih baik aku telepon polisi saja," ucap Astungkara geram.Philips menunggu di pojok ruangan sambil memandangi Pitaloka dengan tatapan mata tajam. Jika diizinkan oleh Astungkara, tentu Philips akan lebih menyukai untuk membunuh Pitaloka detik itu juga."Tidak, tidak. Jangan, jangan tangkap aku. Jangan, jangan serahkan aku. Aku mohon ... semua ini aku lakukan karena aku benar-benar ingin memilikimu." Pitaloka benar-benar ketakutan. "Memi
last updateLast Updated : 2023-03-30
Read more

Anak Dari Cinta Pertamanya

***"Nek Bayan, kau mau ke mana?""Pulang. Aku mencemaskan Rohani.""Kenapa?""Aah, pokoknya aku mau pulang."Wanita tua yang dipanggil Nek Bayan itu berjalan cepat. Ia tak menghiraukan cuaca yang dingin. Ia tinggal di hutan di sekitar gunung yang memang selalu mendapatkan hawa sejuk. Bahkan, cuaca yang benar-benar dingin terkadang membuat tulang terasa ngilu dan gigi bergemeletuk. "Aku yakin sekali kalau Rohani keluar dari gubuk. Entah mengapa aku benar-benar tak tenang. Apakah ia menemui ayahnya? Tidak, tidak. Aku tak bisa membayangkan bagaimana jika Juragan Chandrakanta dan Malini mengetahui bahwa Rohani adalah anak juragan. Ah, bodohnya aku. Mengapa aku tak membawanya pergi saja. Gadis muda dengan penglihatan- penglihatan itu pasti akan berusaha untuk menyelamatkan ayah dan ibu sambungnya. Padahal ...," ucap Nek Bayan tak menyelesaikan kalimatnya."Ah, aku harus meminjam salah satu kuda dari beberapa orang pengelana yang lewat," kata Nek Bayan lagi.Nek Bayan bercakap-cakap menaw
last updateLast Updated : 2023-03-30
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status