Jabang bayik. Mau dibalas bulli, tapi rasa segan sudah merasuki. Didiami kok malah ngelunjak? Mau kamu apa, Ultraflu? Andaikan saja tadi aku belum mengetahui siapa dibalik topeng nan tampan ini, sudah kupastikan kamu akan tralala trilili karena lambe turahku Pak Oppa. "Kita pulang, Pak?" tanyaku yang tak tau lagi mau ngomong apa. kali ini aku yang mati gaya. "Sabar, dong! Belum juga muter-muter cari angin!" tukasnya selembut salju. "Angin gosah di cariin, Pak! Entar itu angin datang kasih kabar, dia bilang se su sanang deng dia di sana," ucapku. Plup! Aku reflek menutup mulut, sereflek mulutku mengucapkan kata-kata barusan dengan lancar tanpa berembel nyanyian. Suer! Plis deh. Pliiiis banget loh, Lut! Aku pengen berubah. Pengen polos, pengen insaf dan pengen taubat dari kenyinyiran yang hakiki terhadap Pak Oppa. Tapi ternyata ini lambe belum bisa move on mendadak. "Gak sekalian aja, Nona Firda, kamu bilang, angin, bisakah kau turunkan hujan, aku—""Pak, ralat! Itu langit, buk
Last Updated : 2024-02-06 Read more